Mohon tunggu...
Maschun Sofwan
Maschun Sofwan Mohon Tunggu... Penulis - Blog : Aleniasenja.com | IG : @maschunsofwan | Youtube : Maschun Sofwan

Jejak Rindu Di Telaga Nurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Cinta, Biarku Saja

14 Februari 2018   21:54 Diperbarui: 14 Februari 2018   21:55 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia bernama Cinta, nama yang selalu kau inginkan setelah kita menikah dulu, saat kau hamil dulu. Jika anaknya nanti perempuan maka kau meminta agar diberi nama Cinta. Dan permintaanmu telah aku tepati dengan baik dan saat ini. Taukah engkau, jika Cinta sedang tersenyum memandangiku. Dia Cinta, dia sangat cantik sepertimu, dia sangat manis sepertimu, dia sangat lucu sepertimu, dia sangat bawel sepertimu dan dia begitu tangguh dan ceria seperti kamu.

Dia selalu bertanya tentang kamu, bahkan disaat dia ingin tidur, dia selalu meminta untuk diceritakan semua tentangmu saat kau masih ada disini. Dan dia akan terlelap ketika aku belum selesai menceritakan tentangmu. Ya tentangmu yang saat-saat terakhir ada disini. Ketika malam itu, ketika Cinta kau lahirkan kedunia ini. Dia terlahirkan, namun kau tak terselamatkan karena harus kehabisan energi dan mengalami pendarahan yang parah.

Dia selalu tertidur disaat ceritaku memasuki ranah menyedihkan itu. Aku tak paham dan mengerti kenapa selalu begitu. Namun yang jelas, ada kesedihan yang teramat dalam di wajahnya dan dia tak mampu mendengarkan cerita itu. Dia lebih menyukai aku yang ceria, semangat dan tak pernah menyerah dan sama seperti kamu yang tak pernah mengeluh menghadapi hidup yang penuh cobaan dan rintangan saat itu. Aku harap kau disana jangan takut jika aku akan meninggalkannya, ataupun memberikan belaian kasih sayang yang baru untuknya.

Aku akan menjaganya bahkan aku tak akan membiarkannya terluka sedikit pun dan tersentuh amarah kejamnya waktu dunia ini yang akan menyakiti dirinya. Aku mengerti, aku memang tak bisa berjanji akan selalu ada disisinya. Namun kau harus percaya denganku, bahwa aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya hingga nanti. Nanti dan nanti ketika aku tak dapat melihat senyum cerianya seperti hari ini.

Taukah engkau, dia selalu berulah cerdik sepertimu. Suka bercanda dan selalu bertanya untuk hal yang baru. Dia sangat bawel sepertimu dan membuatku merasa jika kau juga tersenyum melihatnya saat ini ketika Cinta selalu bertanya kepadaku, "Ayah, spakah aku sudah mirip dengan Bunda?"

Aku selalu menjawab dengan sangat ramah dan penuh canda, jika dia sangat mirip denganmu walaupun terkadang dia terlalu memaksa untuk bertemu denganmu. Pertanyaan selalu dia ulangi disaat dia melakukan sesuatu dalam kesehariannya. Memang tak mengapa bagiku, namun disaat dia tertidur pulas, aku sering merasa sedih melihat wajahnya jika dia sangat merindukan seorang ibu dalam waktunya.

Pernah juga pada saat ulang tahunnya, dia menangis didekapku dan bertanya, "Ayah, apakah hari ini Bunda akan datang merayakan ulang tahunku?". Aku bingung menjawabnya. Namun dengan nada ceria, aku menjawabnya dengan penuh kasih sayang dengan mengatakan, "Iya nak, bundamu akan datang kesini dan melihatmu berulang tahun hari ini."

Hingga ulang tahunnya berlalu, dia disibukan dengan banyaknya permainan dan juga teman sebayanya yang datang, membuat ia lupa akan pertanyaan itu. Namun dia akan bertanya esok harinya, ketika ulang tahunnya usai. "Ayah, apakah Bunda datang kemarin?"

Aku jawab dengan penuh senyum, "Ia nak, bundamu datang kemarin dan dia menemanimu seharian bermain dan bundamu sangat bahagia". "Ayah, Kok Bunda tidak lama dan tinggal disini saja sama kita?", "Bundamu selalu ada disini nak, bersama kita, melihat kita, menjagamu dan memberimu kasih sayang seperti Ayah yang selalu ada buat kamu."

Cinta selalu begitu, bertanya tentang bundanya ketika ia teringat dan biasanya menangis jika tak diberi penjelasan yang kuat. Namanya juga anak-anak, walaupun setiap hari Jum'at ia selalu aku ajak ke tempat peristirahat terakhir bundanya dan dia mengetahui jika bundanya telah tiada. Namun tetap saja, jika pada hari-hari tertentu dia selalu begitu, bertanya dan bertanya tentang bundanya.

Saat ini aku dan dia tinggal bersama neneknya dan neneknya lah yang selalu menemaninya setiap hari untuk bermain, ke sekolah, dan juga dirumah karena aku siang hari harus bekerja. Semakin hari ia tumbuh menjadi anak yang cantik, ceria, ramah dan juga sangat cerdas. Aku sangat bahagia dengan perkembangannya dan juga pertumbuhannya. Aku harap kamu yang disana juga merasa bahagia seperti apa yang aku rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun