Aku menjawab antara cemas, panik dan bahagia. Semua bercampur aduk menjadi satu kala itu. "Iya Bunda, bertahanlah, Akan Ayah antarkan ke tempat bidan persalinan". Aku antarkan kau ke tempat bidan persalinan dan kamu selalu mengenggam tanganku erat dan meminta jangan melepaskannya hingga sampai ke rumah bidan. Sampai ke rumah bidan, aku sangat gelisah dan sangat panik saat itu ketika menunggu persalinanmu.
Apa yang aku rasakan terasa sesak ketika proses persalinanmu menemui kendala. Dimana saat anak kita telah kau lahirkan, kau kehabisan energi dan mengalami pendarahan yang hebat. Karena ditempat bidan tak mencukupi persediaan darah yang ada dan juga peralatan medis yang serba terbatas, bidan menyarankan agar dibawa ke rumah sakit yang cukup jauh dari tempat bidan tersebut.
Kau tak sadarkan diri, Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Aku selalu memegang tanganmu dan wajahmu yang terlihat pucat dan lemah tak berdaya. Tak terasa air mataku menetes melihat kondisimu dan juga orang tuamu dan orang tua ikut prihatin dan sedih melihat keadaanmu. Sampai dirumah sakit, kau langsung dibawa ke UGD dan ditangani oleh para dokter.
Aku menunggumu bersama orang tuamu dan juga keluargaku dengan sangat cemas dan sangat takut akan terjadi sesuatu kepadamu. Selang beberapa jam kami menunggu, dokter pun keluar dari ruangan dan kami pun menemukan dokter untuk bertanya keadaanmu. Dokter dengan wajah sedih dan mengatakan jika aku harus bersabar menerima kenyataan yang terjadi jika nyawamu tak bisa tertolong lagi. Mendengarkan perkataan itu, orang tuamu dan orang tuaku terjatuh pingsan.
Pada saat itu, mendengarkan perkataan dokter, duniaku seakan menghilang dan seakan jiwaku pergi entah kemana dan air mataku tak tersadari mengalir deras membasahi seluruh wajahku. Aku bergegas melihatmu, melihat kamu yang tersenyum syahid dalam pangkuannya. Rasanya aku aku tak mampu menahan kesedihanku hingga tanpa tersadari aku terjatuh pingsan dan ketika aku terbangun, aku berada di pembaringan rumah sakit. Orang-orang tercinta berada disampingku dan berkata, "Apakah kau sudah sadar Nak?", "Alhamdulillah, Aku sudah sadar."
Sambil memegang kepala yang terasa pusing, aku melihat tak ada dia. Dia yang selama ini selalu ada disetiap nafasku dan aku pun bertanya kepada mereka, "Bunda kemana? Apakah dia baik-baik saja?", "Yang sabar ya Nak," kata Ibuku menjawab dengan wajah sangat sedih kala itu. "Kok kalian pada sedih dan menangis, memang apa yang terjadi dengan Bunda?, Apa yang terjadi!, Katakan kepadaku Ibu!"
Aku seakan hilang ingatan paska pingsan tersebut. Padahal sebelum mengalami pingsan, aku sudah melihat dan mengetahui jika kau yang merupakan hidupku selama ini telah pergi, meninggalkan aku, anakmu, dan keluarga tercinta untuk selamanya.
Kepergianmu meninggalkan kesan yang teramat kehilangan bagiku, bukan aku terlalu meng-Tuhan-kan wujud ciptaan-Nya, namun kau terlalu berharga untuk lenyap dalam waktuku. Bukan pula aku merasa cemburu dan iri ataupun merasa dunia ini tak adil ketika Tuhan lebih menyanyangimu, hanya saja aku tak sanggup menghadapi waktu sendirian tanpa hadirmu.
Kepergianmu, aku seperti kehilangan hidupku. Gelap melenyap menghilang entah kemana. Senyum itu redup. Tawaku menghilang dan semangatku tertatih menghadapi kenyataan yang ada terbenani pasti.
Taukah engkau, jika disini aku sangat merindukanmu, Merindukanmu yang pernah mengisi hariku penuh dengan warna, pelangi bahkan bintang-bintang yang kau persembahkan untukku. Taukah engkau, Begitu banyak cinta diluar sana yang menawarkan keindahan dan tempat untukku berlabuh, namun aku tak bisa singgah ditempat itu ketika aku teringat kamu disana. Air mata ini begitu sering menetes dan gambaran diwajahku menjadi pertanda jika aku terlalu setia untuk menjaga cintamu, walaupun kurasa itu hanya akan membuatku terluka dan semakin menderita tanpa seseorang kekasih hati disampingku.
Namun janji itu telah membuatku tersenyum dan kembali semangat ketika aku memandangi foto usangmu, bahwa kau selalu ada disini, di sampingku, dan dihatiku yang ingin selalu aku jaga bersamaan dengan masa depan dan kebahagian untuk anak kita, anak yang saat ini telah menginjak usia 3 tahun paska kepergianmu.