Mohon tunggu...
mahmudah nurur rohmah
mahmudah nurur rohmah Mohon Tunggu... -

hanya seorang gadis kecil di keramaian kota yang terkadang menjemukan karena berbagai kepalsuan dibalik percik kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curhat Mahasiswa DO dan Bapak Cincau

5 April 2015   12:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"hehehe.. bapak jeli banget ya lihat anak-anak kuliahan," jawabku, "begini pak, sebenernya banyak sih yang dari keluarga berkecukupan. tapi ya, mau gimana lagi, lha wong mereka juga ikut mengajukan beasiswa pakai surat keterangan tidak mampu. kalau sudah dapat duitnya, dipakai beli hape atau barang-barang bermerk. emang gak semuanya begitu, tapi ya malah kadang kejadiaan kayak gitu sering terjadi. kalau saya mah apa pak, nilai pas-pasan, orang tua miskin, yasudah, mung bisa terima nasib."

"tapi kalau bapakmu nelayan, bukannya gampang tho mas? lha wong ndak usah menanam sudah bisa panen?"

"iya pak, betul. tapi tahu sendiri, ombak sekarang ganas. maklum, di televisi katanya kutub yang entah dimana itu mencair dan bikin air laut tambah banyak. kalau bapak saya punya kapal ya ndak masalah, lha wong bapak cuma punya perahu kecil. itu juga warisan dari simbah. apalagi, kapal-kapal besar nangkap ikannya banyak, kadang pakai pukat harimau. ya nanti ikannya habis tho, trus bapak saya nanti kebagian apa? katanya pemerintah peduli rakyat kecil dan ngasih bantuan berupa fasilitas cari duit. eh, yang di danai dan di lirik cuma pak tani yang kerjanya ndak pake resiko nyawa. betul ora, pak?"

bapak cincau ketawa, "hee.. bener juga mas. ya maklum, kita orang kecil. ndak punya kewenangan buat ngerubah kebijakan negara. bisanya ya mung terima nasib, lha gimana lagi? modal usaha dikit, persaingan makin melejit. apalagi, sekarang dimana-mana yang laku produk impor dari negara tetangga. wah, jelas cincau saya sekarang ndak laku. lha wong pada suka jajan es jus, ham apa itu namanya.. berger berger.. pisa, hot dok, wes mbuhlah mas, makin tenggelam pokoknya orang-orang kayak kita ini."

sedang enak-enaknya bicara, seorang anak berseragam SMP datang, "pak, cincaunya satu dibungkus ya."

"oohh... iya iya.." sang bapak kemudian berdiri melayani si pembeli. "monggo mas, 2500." sembari menunggu si bapak, ku habiskan sisa cincau yang ada di dalam gelas.

"mau tambah lagi mas?" tawarnya

"boleh pak, segelas lagi. maklum, panas banget."

si bapak tersenyum sembari mengisi ulang gelas yang isinya sudah ku telan habis, "lha bapak kok jual cincaunya murah banget?"

bapak cincau duduk kembali sambil menyerahkan gelasku yang sudah terisi lagi, "lha wong murah begini saja ndak laku, apalagi kalau dijual mahal tho mas? lha wong orang sekarang maunya kan yang murah, isinya banyak dan  enak. lha saya yang jualan jadinya bingung."

aku tertawa kecil, "maklum, pada mental gratisan pak. pada gak mau susah, makanya banyak yang kenapa tipu undian berhadiah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun