Mohon tunggu...
Cheria
Cheria Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Ingin berkarya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterwakilan Perempuan di Kabinet 'Gemoy' Langkah Maju atau Mundur?

17 November 2024   11:08 Diperbarui: 17 November 2024   12:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar:Detik.com

Apa Dampak Jangka Panjang Bagi Indonesia

Langkah memasukkan perempuan dalam kabinet seharusnya dilihat sebagai upaya menciptakan pemerintahan yang lebih beragam dan inklusif. Tapi, tidak akan berarti kalau hanya untuk memenuhi angka, tanpa reformasi struktural yang nyata di sistem politik kita. Perubahan yang benar-benar berdampak harus datang dari kebijakan yang pro perempuan, bukan hanya soal keterwakilan. Jangan sampai perempuan hanya jadi "pemanis" dalam kabinet, tetapi harus benar-benar memiliki pengaruh dalam keputusan penting negara.

Di negara Swedia contohnya salah satu negara yang konsisten memperjuangkan kesetaraan gender. Berdasarkan data Global Gender Gap Index 2020 Swedia ditempatkan di posisi ke 4 negara dengan kesetaraan gender terbaik. Indikator yang mempengaruhi index tersebut yaitu : Economic participation and opportunity, Educational attainment, Health and survival dan Political empowerment. (Mind the 100 Year Gap, 2019), sudah ada kebijakan yang memastikan perempuan benar-benar terlibat dalam politik, ekonomi, dan sosial. Indonesia perlu belajar dari negara ini untuk menciptakan kebijakan yang mendukung perempuan sebagai agen perubahan yang sebenarnya.

Kabinet Gemoy membawa harapan baru, tetapi kritik juga tidak kalah banyak. Banyak yang mempertanyakan apakah perempuan dalam kabinet benar-benar punya peran, atau hanya sekadar alat politik. Kabinet ini seharusnya punya visi yang lebih besar dari sekadar memasukkan perempuan; mereka harus aktif menciptakan kebijakan yang memprioritaskan hak-hak perempuan, sekaligus memperkuat posisi perempuan dalam setiap keputusan di pemerintahan. Jangan sampai perempuan yang duduk di kabinet hanya jadi alat untuk "pencitraan," tanpa punya kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan yang berdampak pada perempuan Indonesia. Harus ada evaluasi ketat tentang dampak dari kehadiran perempuan di kabinet ini bukan cuma dalam angka atau posisi mereka, tetapi seberapa besar dampak mereka pada kehidupan perempuan Indonesia.

Maju atau Mundur?

Masuknya perempuan di Kabinet Gemoy bisa disebut langkah maju, tapi masih banyak PR yang harus diselesaikan. Keterwakilan perempuan harus diwujudkan bukan hanya dalam angka, tetapi dalam substansi kebijakan yang benar benar pro kesetaraan. Keberhasilan perempuan di kabinet ini bukan hanya dilihat dari jumlah, tetapi juga bagaimana mereka mampu menciptakan perubahan yang signifikan di dalam pemerintahan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun