Beberapa terpincut saat aku membagi lagu-lagu JKT48 ke kawan, mereka pun langsung mencari oshi mereka masing-masing.
Sempat saya berfikir di momen kelulusan SMP, saya bisa menampilkan seni wotagei, sebuah gerakkan khas dari fan idol grup di Jepang.
Namun, hal itu urung saya lakukan dan hanya membaginya lewat YouTube. Video yang ala kadarnya, tetapi kini jadi saksi bisu bahwa saya sempat sebegitunya dengan JKT48.
Tahun berlalu, saya lulus dari SMP dan beranjak ke SMA. Pelan-pelan hubunganku dengan JKT48 dan Beby seperti melebur.
Lagu-lagunya tidak lagi terdengar, sosial medianya tidak lagi nangkring jadi rekomendasi utama. Singkatnya, saya melupakan JKT48 dan berhenti menyukainya.
Proses melupa itu terjadi hingga aku hampir lulus kuliah. Tujuh tahun tanpa JKT48.
Hingga kemudian, sebuah algoritma YouTube brengsek kembali mengingatkanku akan masa-masa itu.
Sebuah lagu yang terputar di sana, sukses membuatku merasa ingin kembali ke masa-masa itu. Saya terpincut kembali dan lantas mencoba mengulik idol grup itu.
Sebuah kabar yang menyedihkan saya dapat tak lama setelahnya. Beby, oshi  saya yang pertama kali bisa jatuh cinta dengan idol grup ini, telah mengumumkan kelulusannya.
Derai air mata tak terbendung saat detik per detik video itu terputar. Sebuah video yang berisi perpisahan oshi kepada fan.
Kini, dia hanya sedang menunggu konser terakhirnya bersama JKT48 sebelum akhirnya benar-benar berhenti.