Keunikan dari Kerajaan Maritim
Pada akhir abad ke-15, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Dikenal dengan nama Kesultanan Demak, kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Majapahit.Â
Sejak pendiriannya oleh Raden Patah, Kerajaan Demak mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak tiga kali. Secara politik, Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan terbesar di Jawa. Demak berhasil mengakhiri dominasi Majapahit dan eksistensi penguasa Sunda sejak abad ke-6 Masehi.Â
Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Sekitar tahun 1521 hingga 1546, Demak berhasil memperluas wilayah kekuasaannya ke Jawa bagian timur dan barat. Dengan demikian, Kerajaan Demak pun menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa.
Jin Bun (Raden Patah), sebagai salah satu ulama di Demak, mengumpulkan pengikut-pengikut agama Islam. Pengikutnya dikumpulkan baik dari masyarakat Tionghoa maupun dari masyarakat Jawa.Â
Dalam waktu tiga tahun saja, ia berhasil memperoleh pengikut sebanyak 1.000 orang. Lalu pada tahun 1477, Jin Bun menyerbu kota Semarang. Ia tidak bersikap kejam terhadap orang-orang Tionghoa di Semarang yang murtad dan non-Islam.Â
Hal ini dikarenakan oleh rencananya untuk memperbesar perkapalan di kota Semarang. Orang-orang Tionghoa di Semarang sangat mahir dalam bidang pembuatan kapal dan kepandaian mereka sangat diperlukan Jin Bun. Didukung pula dengan letaknya yang dekat dengan jalur pelayaran, Jin Bun pun menguasai lalu lintas kapal di lautan Jawa.
Kerajaan Demak meninggalkan berbagai warisan yang masih bertahan sampai hari ini. Contohnya, Masjid Agung Demak yang dibangun pada masa kepemimpinan Raden Patah. Bangunan ini dipenuhi kaligrafi yang berukir. Pilar yang terdiri dari sepotong kayu yang telah disatukan merupakan keunikan lain yang dimiliki peninggalan ini.Â
Di samping itu, Museum Masjid Agung Demak yang menyimpan berbagai barang peninggalan benda bersejarah juga terletak di sekitar masjid ini. Tempat ini mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama Islam oleh Walisongo.
Selain memiliki kehidupan sosial budaya yang harmonis, kondisi perekonomian Kerajaan ini juga stabil. Sebagai salah satu pelabuhan utama dalam Nusantara, Demak memainkan peran penting dalam perdagangan antar pulau di Indonesia pada masa itu. Berkat letaknya yang strategis, Kerajaan Demak dapat mengembangkan potensi kemaritimannya.Â
Demak berfungsi sebagai pelabuhan transit (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah di kawasan Timur Indonesia. Kehidupan perdagangan tersebut didukung oleh sektor pertaniannya. Komoditas penting yang diekspor oleh Demak, antara lain beras, lilin, dan madu. Dukungan dalam kegiatan ekonomi ditunjukkan dengan dibangunnya pelabuhan untuk perdagangan di sekitar Bonan (Demak) dan untuk kegiatan kemiliteran di Teluk Wetan (Jepara).
Pada tahun 1522, orang-orang Portugis singgah di pelabuhan Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengan raja Sunda. Dalam persetujuan itu, dinyatakan diantaranya bahwa orang-orang Portugis diizinkan mendirikan benteng di wilayah Sunda. Sultan Demak, yang telah memandang orang-orang Portugis sebagai lawannya, tidak senang saat mendengar berita tersebut. Persetujuan itu merugikan monopoli dagang yang dilakukan orang-orang Demak dan juga membahayakan kedudukan kesultanan Demak di kemudian hari.Â
Oleh karena itu, sebelum pihak Portugis berhasil mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kelapa, pelabuhan itu harus direbut dahulu oleh tentara Demak. Maka dari itu, Sultan Trenggana mengirim tentara Demak yang berhasil merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari kekuasaan raja Sunda  dan sebelum diambil oleh armada Portugis. Demikianlah, pada akhir tahun 1526, Kerajaan Demak memperoleh kemenangan sebanyak dua kali. Kemenangan yang pertama diperoleh dalam peperangan melawan raja Sunda dan kemenangan yang kedua dalam melawan orang-orang Portugis.
Walaupun Demak merupakan kerajaan yang jaya, masa berdirinya dapat dianggap relatif pendek. Hal ini dikarenakan oleh kematian Sultan Trenggana yang memicu kemundurannya. Kerajaan Demak mengalami krisis politik akibat terjadinya perang saudara. Perebutan kekuasaan ini memicu pembunuhannya Pangeran Sekar Seda Lepen oleh Sunan Prawoto.Â
Di samping itu, masalah lain seperti perlawanan dengan Portugis juga menyebabkan berakhirnya kekuasaan Demak. Setelah keruntuhannya, kekuasaan Kerajaan Demak berpindah ke tangan Kerajaan Pajang.
Daftar Pustaka
Muljana, Slamet. (2015). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-NegaraÂ
Islam di Nusantara. Yogyakarta: Yayasan LKiS.
Vlekke, Bernard H. M. (2008). Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan PopulerÂ
Gramedia.
Purwadi dan Maharsi. (2012). Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa.Â
Yogyakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Wulandari, Trisna. (2021). Sejarah Kerajaan Demak: Pendirian, Masa Kejayaan, dan RuntuhnyaÂ
Kerajaan. Diakses pada 3 September 2022, dari
Ningsih, Widya Lestari. (2022). Mengapa Kerajaan Demak Tergolong dalam Kerajaan AgrarisÂ
dan Maritim? Diakses 7 September 2022, dariÂ
Kelompok 4 (XIS2):
Blessie Euodia Juvinta (4)
Candice Aileen Cahyadi (6)
Chelsea Christmas Indika (8)
Queenie Yongson (27)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H