Apa sih patriarki itu ?
Patriarki secara harfiah adalah kekuasaan bapak. Menurut Adipoetra, mengatakan bahwa istilah patriarki digunakan untuk menyebut keluarga yang dikuasai kaum lelaki, secara spesifik adalah ayah. Sementara, menurut Merriam Webster, Patriarki adalah organisasi sosial yang ditandai dengan supremasi ayah dalam klan atau keluarga, ketergantungan hukum terhadap istri dan anak, serta penghitungan keturunan dan warisan dalam garis keturunan laki-laki.
Seiring berkembangnya waktu, patriarki diartikan sebagai sistem sosial yang menempatkan laki-laki dalam posisi dominan dan memiliki posisi yang lebih dibandingkan perempuan. Berikut ini merupakan beberapa faktor sosial dan budaya yang berkontribusi pada keberlangsungan patriarki.
1. Warisan Budaya dan Tradisi
Banyak nilai-nilai di Masyarakat awam yang diajarkan secara turun temurun bahwa laki-laki selalu ditempatkan sebagai pemimpin keluarga dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Hal tersebut yang membuat terjadinya patrarki di dalam kehidupan berumah tangga.
Contoh nyata di kehidupan sehari-hari adalah di daerah Asia Selatan dan Timur Tengah, tradisi seperti pernikahan anak dan mas kawin masih dipraktikkan. Hal ini berhubungan dengan menilai perempuan berdasarkan pernikahan dan hubungan dengan laki-laki. Tradisi ini tidak hanya membatasi kebebasan perempuan, tetapi juga menciptakan tekanan sosial. Seringkali perempuan merasa terpaksa untuk menerima peran yang telah ditentukan walaupun itu bukan kewajiban mereka.
2. Pendidikam dan Akses Informasi
Di banyak daerah terutama di negara yang berkembang, banyak perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan tidak mengenyam pendidikan, Â perempuan seringkali terjebak dalam peran tradisional yang dimana mereka hanya melakukan pekerjaan rumah tangga dan menurut pada suami.
Contoh nyata seperti di Afghanistan, setelah pengambilan Taliban, banyak sekolah untuk anak perempuan ditutup. Hal itu menyebabkan perempuan tidak mendapatkan pendidikan formal. Perempuan yang tidak mengenyam pendidikan secara formal membuat perempuan tidak bisa mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki namun juga kehilangan suara dalam pengambilan keputusan. Pendidikan adalah kunci untuk memberdayakan perempuan agar mampu menentang patriartikal, namun apabila mereka tidak berpendidikan mereka akan dianggap remeh.
3. Media dan Representasi Gender
Media memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pandangan masyarakat luas. Representasi perempuan dalam iklan, film, dan media sosial lainnya seringkali memperkuat stereotip bahwa laki-laki digambarkan sebagai pahlawan dan perempuan tidak akan bisa melakukan apapun tanpa laki-laki.
Contohnya dalah dalam film dan serial televisi, perempuan seringkali digambarkan sebagai karakter pendukung yang harus diselamatkan oleh tokoh laki-laki. Representasi ini memperkuat pandangan bahawa laki-laki adalah pahlawan dan pengambil keputusan, sedangkan perempuan adalah pengikut. Dari hal tersebut membuat masyarakat mernomalisasi hal tersebut yang membuat budaya patriarki ini makin kuat di masyarakat.
4. Ekonomi dan Ketergantungan Finansial
Ketergantungan finansial juga menjadi salah satu faktor kunci untuk mempertahankan patriarki. Banyak sekali kasus yang sudah memuat bahwa Perempuan susah mendapatkan keadilan dalam lingkup pekerjaan, mereka susah mendapatkan pekerjaan yang layak dan mendapatkan posisi jabatan yang baik.
Di negara-negara seperti India, meskiun ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja, banyak dari mereka yang masih terjebak dalam pekerjaan informal dengan upah yang rendah. Ketika perempuan tidak memiliki akses ke pekerjaan yang layak maka itu membuat mereka bergantung pada anggota keluarga yang laki-laki untuk dukungan finansial. Ketergantungan inilah yang membuat budaya patriarki terus bertahan
5. Tindakan Hukum dan Kebijakan Publik
Di beberapa negara, undang-undang yang melindungi kaum wanita masih sangat lemah atau bahkan tidak ada. Ketika perempuan tidak memiliki perlindungan hukum yang memadai, mereka akan lebih rentan terhadap kekerasan dan diskriminasi.
Seperti di Arab Saudi, sebelum reformasi terkini, perempuan tidak boleh mengendarai mobil sendiri tanpa adanya wali laki-laki. Meskipun ada perubahan, banyak undang-undang masih mencerminkan ketidaksetaraan gender. Tanpa adanya perlindungan hukum yang memadai, perempuan lebih retam terhadap kekerasan dan juga diskriminasi yang ada pada masyarakat.
Dari kelima faktor diatas kita bisa melihat bahwa kesetaraan gender belum tercapai sepenuhnya. Masih banyak orang yang salah mengartikan kesetaraan gender di dunia ini. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa kesetaraan gender ialah ketika perempuan bisa melakukan apapun yang mereka lakukan. Namun disini maksud dari kesetraan gender itu sendiri ialah ketika perempuan bisa mendapatkan hal dan kesempatan yang sama seperti halnya laki-laki bukannya dianggap sebelah mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H