Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenali si Hormon Bahagia yang Bikin Candu Ini!

12 Agustus 2024   07:59 Diperbarui: 12 Agustus 2024   08:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah artikel di halodoc.com dijelaskan  bahwa dopamine adalah zat kimia dalam otak yang bisa meningkat kadarnya saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Dopamine sendiri memiliki fungsi besar dalam mempengaruhi emosi,Gerakan,sensasi kesenangan,konsentrasi dan merasakan sakit. Bagaimana ia mengambil sensasi dari pikiran manusia?

Dr. Cameron yang merupakan seorang kreator detox dopamine mengungkapkan ada beberapa gejala yang ditimbulkan ketika toleransi dopamine yang terlalu tinggi dalam tubuh manusia, dalam medical news today  dijelaskan bahwa memakan makanan berlebih, penggunaan game dan internet, judi & belanja, pornografi & Masturbasi, projek yang baru serta obat-obatan merupakan faktor besar mempengaruhi dopamine. 

Kesenangan-kesenangan akan hal tersebut dapat meningkatkan zat dopamine meningkat tajam dan menjadi rasa yang tak terpuaskan. Toleransi tinggi tersebut dapat menyebabkan kondisi Kesehatan mental seorang manusia. 

Seseorang akan menolak melakukan hal-hal sepele seperti membaca, menulis dan bekerja karena kegiatan tersebut merupakan toleransi dopamine rendah yang tidak akan menimbulkan sensasi kesenangan dalam otak mereka.

Adakah cara efektif untuk keselarasan dopamine dalam tubuh manusia termasuk remaja sekolah?

Banyak pakar Kesehatan menjelaskan bahwa manusia dapat melatih keselarasan dopamine dengan melakukan detox.  Dengan meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas dopamine rendah seperti membaca atau menulis. 

Detox dopamine memang membutuhkan komitmen yang tinggi untuk sebuah perubahan perilaku yang lebih bagi yang memang sudah mengalami kecanduan parah terhadap gawai atau media sosial. 

Mulai membangun kehidupan sosial yang sehat seperti interaksi personal, mengobrol dengan seseorang, membangun habit baru yang tidak melibatkan smarthphone seperti menyiram tanaman atau berkebun. 

Awal yang sulit memang akan sangat berasa apalagi keterikatan dan perasaan penasaran terhadap media sosial, namun jika mulai dilakukan perlahan-lahan maka seseorang dapat menyeleraskan dopamine yang bertoleransi tinggi menjadi seimbang.

Seseorang harus mampu memutuskan sejam atau sehari untuk tidak melakukan aktifitas dopamine.  Efek kesenangan berlebihan akan mempengaruhi interaksi sosial yang buruk namun jika mampu diseimbangkan dengan pola yang sehat akan memberikan energi positif untuk menjadi pribadi yang lebih berkembang dan kreatif. Bukankah hasil tontonan dapat di kemas dalam satu produk yang berfaedah?

Sebagai guru sangat memungkinkan bagi saya untuk memotivasi siswa-siswi saya agar tidak menghabiskan waktu dengan menonton hal-hal yang tidak berguna namun saya yakin ini bukanlah cara yang efektif karena perilaku pengulangan pasti akan terjadi di rumah atau di lingkungan mereka masing-masing, jadi yang saya lakukan adalah memberi mereka projek pembelajaran berbasis pembelajaran digital. Siswa-siswi saya tetap menggunakan gawai mereka untuk menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan bagi diri mereka sendiri. 

Dalam Pelajaran bahasa Jepang, saya menerapkan pembelajaran berbasis proyek yaitu siswa-siswi dapat mengekpresikan dirinya dalam bentuk projek baik secara mandiri maupun berkelompok. Siswa dapat mengakses tiktok, yang sedang marak-maraknya dan membuat konten perkenalan diri dalam bahasa Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun