Salah satu petitum pemohon Paslon 01 ke Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi adalah mendiskualifikasi Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden yang mendampingi Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden.
Dalam perjalanan sidang berhai-hari, persoalan cawe-cawe Presiden dalam Pemilu menjadi pembahasan yang cukup mendalam. Dalil yang disampaikan pemohon 01 dan 02 bertubi-tubi menampilkan saksi fakta, saksi ahli dan bukti-bukti potongan pemberitaan dan foto-foto dari media massa yang ditampilkan dalam persidangan MK.
Dari catatan kami, dalil yang disampaikan mulai ketidaknetralan ASN, Polisi dan TNI, penyelenggara negara, para Menteri. Termasuk KPU, Bawaslu, DKPP  yang diduga memihak, serta penggelontoran Bansos melalui  Automatic adjustment 5% dana APBN  sektor kementerian dan program Perlindungan Sosial yang melonjask dalam APBN 2024 495 Triliun serta kerlibatan aparatur desa, untuk memenangkan termohon Paslon 02, karena Calon Wakil Presidennya adalah anak sulung Presiden Jokowi bernama Gibran Rakabuming Raka.
Tulisan ini hanya mengkaji apa kira-kira yang terjadi jika Majelis Hakim MK menyetujui Petitum pemohon Paslon 01, yakni Melakukan Pemungutan Suara Ulang dan Mendiskualifikasi Gibran sebagai Calon Wakil Presiden Paslon 02, dan memerintahkan kepada Calon Presiden Prabowo Subianto mencari calon pengganti Calon Wakil presiden sebagai Paslon 02.Â
Jika hal itu terjadi, tentunya seperti gelombang Tsunami yang melanda kubu partai-partai yang menamakan dirinya Gabungan Partai Indonesia Maju, dan keluarga besar Joko Widodo.
Prabowo tentu segera melakukan konsolidasi dengan Ketua -- Ketua Partai Pendukung Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat yang ada suara di parlemen bersama Jokowi atau tanpa Jokowi.
Dengan (seandainya)  Keputusan MK mendiskualifikasi Gibran, merupakan pukulan telak bagi Presiden Jokowi. Pada saat kekuasaannya sudah mendekati berakhir, mengalami perlakuan ibarat bebek yang salah satu  kakinya patah. Jokowi tidak akan mudah dan gampang menggunakan kekuasaannya secara maksimal. Para pembantunya, apakah itu para Menteri, Kapolri, Panglima TNI, tentu sudah mulai mengukur langkah yang dilakukan karena peta politik kekuasaan sudah bergeser.
Prabowo harus melakukan langkah cepat dan tepat mencari pengganti Gibran. Bisa jadi akan mencari pengganti yang juga tokoh muda yang sudah matang berpolitik. Dalam catatan kami cukup banyak tokoh muda dari partai pendukung Prabowo, apakah itu dari Golkar, maupun Demokrat dan PAN. Dari Demokrat tersebut AHY yang juga Ketua Umum Demokrat dan anak sulung mantan Presiden SBY berpotensi dilamar Pranowo. Dari Golkar wah cukup banyak generasi mudanya. Yang penting apakah elite partai Golkar dan sesepuh, senior dan fungsionaris Golkar berkenan. Karena di Golkar itu sebagai partai usia lanjut, faktor senioritas masih dominan.
Disamping itu Golkar pendukung utama dan pertama untuk Prabowo serta merupakan partai dengan kursi terbanyak kedua sesudah PDI-P.
Prabowo harus dengan cepat melakukan konsolidasi kembali dukungan politik terhadap Paslon 2 jilid 2. Kesepakatan politik dirancang ulang dengan design dan strategi yang berbeda. Secara politik dukungan parai politik terhadap Gibran sebenarnya tidak ada. Kekuatan Gibran selama ini adalah  kekuasaan melalui intervensi Presiden Jokowi (Ayah Gibran).
Bagaimana dengan Presiden Jokowi
Jika keputusan  MK seperti yang diandaikan diatas, sebenarnya Pak Jokowi belum kartu mati. Dalam masa 5 bulan pemerintahan Jokowi akan berakhir banyak hal yang bisa dilakukan untuk memulihkan keadaan situasi yang porak poranda secara politik, dan goncangan ekonomi yang sedang melanda. Kenaikan kurs Dollar yang menembus lebih Rp,16 ribu/ 1 $. Kasus PT Antam Rp. 271 trliun, dan kasus  ilegal nikel ratusan triliun, sampai naiknya harga beras harus dapat diselesaikan oleh Presiden.
Presiden Jokowi sebaiknya menyadari, secara perlahan  kekuasaannya semakin lemah. Diujung kekuasaan Presiden Jokowi mungkin hanya Prof. Pratikno yang setia mendampingi. Yang lainnya  wallahu a'lam. Masih ingat diakhir pemerintahan Presiden Soeharto? Hanya Saadillah Mursjid Mensesneg waktu itu yang setia mendampingi Soeharto bukan saja sampai akhir kekuasaan Soeharto (1998), tetapi sampai akhir hayat Pak Harto.
Sisi gelap Istana seperti yang dikatakan Megawati pada Presiden Jokowi, secara perlahan akan cepat atau lambat terlihat menjelang akhir pemerintahan. Orang-orang yang memuja muji setinggi langit terhadap Jokowi akan segera hilang dan sirna seperti embun pagi menjelang siang.
Bagaimana Peta Hasil Pilpres Pemungutan Suara Ulang Tanpa Gibran?
Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :
- Paslon 02 menang dengan perolehan suara tipis ( 51-52%) dan sekurang-kurangnya 20% di 20 Propinsi. Satu putaran selesai. Tetapi ada kenaikan suara untuk Paslon 01 dan 03.
- Tidak ada Paslon yang mencapai diatas 50% Maka dilakukan putaran kberikutnya  antara Paslon 01 dengan 02, atau 01 dengan 03, atau 02 dengan 03 tergantung urutan peroleh suara.
Pertanyaan menarik berikutnya adalah bagaimana jika Keputusan MK, menolak seluruh Petitum 01 dan 03? Sejujurnya penulis  tidak berani membuat analisis apa yang akan terjadi. Hanya rakyat yang bisa menjawabnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H