Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mahasiswa Mendobrak, Gas Air Mata Jawabannya

25 September 2019   22:17 Diperbarui: 25 September 2019   22:38 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selasa, 24 September 2019 adalah tonggak perjuangan mahasiswa yang serentak di sebagian besar kota di Indonesia. Dimulai dengan gerakan sehari sebelumnya, yang diladeni polisi dengan simpatik, dan memberikan toleransi sampai malam berada di depan gedung DPR/MPR.

Gerakan masif 24 September 2019 tidak terlepas adanya pertemuan konsultasi Pimpinan DPR dengan Presiden di Istana Negara yang disepakati  menunda 5 RUU Minerba, RKUHP, Permasyarakatan, Ketenagakerjaan, dan Pertanahan.

DPR dan Pemerintah yakin, penundaan tersebut dapat mendinginkan suasana. Dapat menenangkan hati mahasiswa, serta kembali ke kampus untuk duduk di bangku kuliah. Pimpinan DPR menyampaikan bahwa Selasa 24 September 2019 akan Sidang Paripurna membahas hasil konsultasi tersebut.

Rencana Sidang Paripurna DPR tersebut, rupanya menjadi magnit  luar biasa untuk mahasiswa bergerak lebih masif lagi, dan tumplek di depan Gedung DPR memenuhi sepanjang jalan Gatot Subroto.

Para dosen di kampus-kampus memperkenankan bahkan meliburkan jam kuliah untuk pergi demo. Gerakan itu terjadi di hampir semua kampus. Rektor tidak berdaya, bahkan secara sembunyi-sembunyi takut sama Menterinya mendorong dari belakang.

Lantas apa yang mereka tuntut?. Pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk menunda kelima RUU. Seharusnya sudah selesai. Tidak!. Mahasiswa sudah tidak percaya kepada DPR. Isu yang mereka gotong  adalah Mosi tidak percaya kepada DPR. Apa sebab tidak percaya?.

Beberapa hari sebelumnya perwakilan mahasiswa sudah ketemu dengan Sekjen DPR, karena mungkin pimpinan DPR tidak ingin ketemu dengan mereka. Sekjen DPR berjanji akan menyampaikan tuntutan mahasiswa untuk membatalkan RUU yang dianggap memberi angin surga kepada koruptor.

Ternyata pada kesempatan berikutnya, Pimpinan DPR yang membahas beberapa RUU tersebut, menyatakan belum menerima dokumen tuntutan mahasiswa tersebut. Jelas mahasiswa meradang karena merasa disepelekan. Merasa dibohongi. Begitulah mungkin pikiran mereka. Kita saja dibohongi, apalagi rakyat, pada hal  mereka itu wakil rakyat.

Bagi anggota DPR yang terhormat dan dimuliakan Allah SWT, karena sudah "berselingkuh" dengan Pamerintah meminjam istilah Irman Putra Sidin di ILC Selasa kemarin, mungkin menganggap gerakan  mahasiswa itu ecek-ecek. 

Selama ini mahasiswa seolah sudah dininabobokan oleh Menteri Nasir dan para rektor agar mahasiswa duduk manis di bangku kuliah dan  secepatnya menyelesaikan kuliah. Apalagi kalau mahasiswa miskin dan tidak mampu mendapatkan beasiswa  pendidikan bagi siswa miskin.

Demonstrasi mahasiswa Selasa 24 September 2019 sungguh berbeda, dan sangat mencekam dengan ribuan mahasiswa yang berkumpul di depan Gedung DPR. Polisi juga sudah kehilangan saraf simpati nya terhadap gerakan mahasiswa yang terus mendesak  dan ingin masuk ke halaman  DPR dengan merusak pagar besi yang kokoh.

Pada saat Ketua DPR Bamsoet sudah bersedia bertemu perwakilan mahasiswa di depan Gedung DPR, tetapi pada waktu bersamaan gas air mata di tembakan polisi, sehingga situasi semakin mencekam dan Ketua DPR terpaksa diselamatkan di Kantor Polisi Penjaga Objek vital Lembaga Negara dan menyemprotkan air dari mobil water cannon Polisi.

Efek peluru GAM ( Gas Air Mata)

Mungkin sebagian mahasiswa tidak  menduga Polisi akan menembakkan peluru GAM. Karena demo sehari  sebelumnya sangat kondusif dan akomodatif.

Jadi sudah dapat dibayangkan, para demonstran kocar kacir dengan serangan peluru GAM. Kalau water cannon banyak mahasiswa yang menikmati semprotan air tersebut.

Kenapa peluru GAM sangat ditakuti. Apalagi bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri dengan masker atau peralatan lain yang diperlukan.

Informasi dari beberapa sumber, GAM  mempunyai efek yang dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan bagi mereka yang terkena.

Reaksi GAM  menyebabkan sensasi terbakar pada anggota tubuh ( seolah-olah seluruh tubuh mereka terbakar). Oleh karena itu, begitu GAM  di tembakan, para demonstran biasanya langsung berlarian dan menghindari GAM  tersebut.

GAM  atau juga disebut lacrimator, adalah salah satu dari kelompok zat yang mengiritasi selaput lendir mata, menyebabkan sensasi menyengat dan masalah lainnya. Ada tiga macam gas air mata yang saat ini umum digunakan, baik oleh individu maupun aparat keamanan.

Dilansir dari Hello Sehat, ketiganya antara lain CS(chlorobenzyli-denemalononitrile) , CN (chloroacetophenone),     dan semprotan merica. Jenis mana yang digunakan polisi, kita tidak tahu persis.  Jika merica mungkin tidak terlalu berbahaya karena bukan zat kimia, tapi bumbu masa seperti cabe.

Dalam satu kaleng gas air mata, terdapat beberapa kandungan, antara lain arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalononitrile.

Efek GAM  memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Secara umum, GAM  tidak mematikan namun ada yang beracun. Biasanya, efek akan timbul sekitar 30 detik setelah terkena gas.

Gejala setelah terkena GAM  antara lain sensasi panas terbakar di mata, produksi air mata berlebihan, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan nyeri dada. Selain itu, juga akan mengalami air liur berlebihan, iritasi kulit, bersin, batuk, hidung berair, terasa seperti tercekik, kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan, kemarahan intens.

Bahkan, bila sudah terkontaminasi GAM  secara berat juga dapat menimbulkan muntah serta diare.

Jika mahasiswa yang berdemonstrasi berhadapan dengan polisi, perlu di antisipasi untuk kemungkinan mendapatkan serangan peluru GAM, perlu dipersiapkan dan mempersiapkan handuk kecil yang telah diasamkan dalam beberapa menit tersebut untuk bernapas.

Upaya  pencegahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan handuk kecil tersebut yakni dengan merendam nya  dalam jus lemon atau cuka. kemudian menyimpannya dalam sebuah kantong plastik. Lalu gunakan handuk yang telah diasamkan dalam beberapa menit tersebut untuk bernapas.

Kacamata pelindung juga dapat membantu dalam mengurangi efek gas air mata. Misal kacamata renang atau kacamata pelindung bahan kimia. Terdapat salah satu minuman yang umum ditemui yang dinilai dapat mengobati gas air mata, yakni susu. Susu dinilai mampu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh gas air mata.

Aksi mahasiswa terus berlangsung hari ini  sampai malam hari

Hari ini Rabu 25 September 2019, aksi mahasiswa terus berlangsung. Lokasi sedikit berpindah di belakang gedung DPR dan daerah Petamburan. Bahkan juga diikuti pelajar, dan mereka pemuda yang tidak memakai identitas.  Mungkin mereka sudah tidak takut lagi dengan GAM, karena sudah mempersiapkan diri jika diserang dengan peluru GAM.

Sampai malam ini juga, kita belum mendengar pernyataan Presiden Jokowi terkait aksi mahasiswa yang sudah semakin merepotkan polisi, dan membuat Menkeu Sri Mulyani mulai gelisah akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Yang beredar berita di media, adalah Presiden Jokowi tidak akan menerbitkan Perpu terkait UU KPK yang baru. Di satu sisi para mahasiswa meminta  akan UU KPK dicabut dengan menerbitkan Perpu. Mungkin mereka tidak percaya jika diproses melalui Judicial Review  di MK, permohonan pencabutan pasal-pasal  melemahkan KPK dan menguntungkan koruptor, akan ditolak MK , karena Ketua dan anggota MK sendiri sudah pernah menjadi korban  OTT KPK.

Posisi Presiden Jokowi sangat dilematis. Sebagai suatu Pemerintahan, dengan perangkat pemerintahan berupa Menteri-Menteri anggota Kabinet, umurnya tinggal bilangan hari, dan tidak ada kepastian posisi kekuasaan berikutnya, merupakan injury time  yang menentukan kelangsungan pemerintahan periode berikut.

Posisi dilematis tersebut, jika salah dalam membuat kebijakan dalam membaca situasi berhadapan dengan aksi mahasiswa yang bertekad membuat sejarah Reformasi Jilid II , beresiko terhadap terjadinya  kondisi "chaos".

Jika sudah chaos yang paling menderita adalah rakyat kecil. Bagi pemilik modal, mereka yang umumnya asing dan aseng mudah saja hengkang dari Indonesia. Melihat Indonesia remuk redam dari Singapura, Hongkong, Beijing, dan Australia.

Solusinya Pak Presiden, kompromi lah dengan mahasiswa dengan mencabut UU KPK melalui Perpu. Biarlah mundur satu langkah demi kepentingan dan keselamatan sebagian besar rakyat Indonesia.

Cibubur, 25 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun