Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

287 Orang Anggota KPPS KPU Meninggal, Musibah atau Malapetaka

29 April 2019   01:58 Diperbarui: 29 April 2019   07:13 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

1. Beban tugas yang sangat besar, sehingga harus diselesaikan dalam waktu yang panjang, melampaui kapasitas manusia normal. Akibatnya ada yang stress, stamina menurun, penyakit bawaan kambuh, dan meninggal dunia.

2. Ada Ketua KPPS yang gantung diri, karena belum dibayarkan biaya operasional penyelenggaraan Pemilu di TPS.

3. Ada yang bekerja dibawah "tekanan" kelompok kepentingan untuk merubah hasil hitungan suara di TPS. Akibatnya stress berat, sakit, meninggal dunia.

4. Ada yang meninggal karena dibunuh

Indikasi-indikasi penyebab tersebut diatas, perlu dilakukan investigasi oleh tim independen, untuk mencegah berbagai dugaan, isu, prasangka yang akan merusak suasana Pemilu yang sudah "rusak".

Kenapa sudah rusak Pemilu yang diselenggarakan tahun 2019 ini. Jawabannya sudah banyak pihak yang menyatakan KPU tidak jujur dan tidak adil dalam menyelenggarakannya. Jika bicara KPU, bukan saja KPU Pusat, tetapi juga KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Bahkan sebagian besar masyarakat menilai,tidak jujur, dan tidak adil sudah dipertontonkan secara sistematis, terstruktur, masif dan ditambah lagi dengan brutal.

Indikasi sistematis, antara lain, pola kecurangannya sama, salah in-put data, pembakaran kotak suara, pencoblosan oleh petugas di beberapa TPS, pencurian formulir C1, lambatnya Bawaslu dalam melakukan penindakan atas kecurangan.

Terstruktur adalah sudah dalam keadaan disusun dan diatur rapi;.indikasinya sangat terang benderang dapat dilihat. Mulai dari keluarganya Quick count oleh lembaga survey di hari pertama ( 17 April), yang semula unggul Paslon 02, dan dalam beberapa waktu berubah dengan angka di balik, keunggulan untuk Paslon 01, dan serentak dilakukan oleh semua lembaga Survey. Lembaga survey dibayar oleh Tim Paslon 01, media elektronik beritanya cenderung memframing untuk kepentingan Paslon 01. Tidak netralnya Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, ASN, Kepolisian, yang lebih banyak memberikan keuntungan dan peluang bagi Paslon 01.

Masif adalah sesuatu yang terjadi secara besar-besar atau skalanya luas. Contoh masif adalah jatuhnya korban jiwa petugas KPPS penyelenggara Pemilu cukup besar, dan skalanya luas di beberapa provinsi. Ratusan ribu laporan kecurangan di seluruh provinsi menunjukkan luasnya cakupan kecurangan yang dilakukan, dan mencakup jumlah angka yang besar. Bayangkan misalnya dari angka 150 suara, di tambah angka 1 di depan, menjadi 1.150 suara.

Brutal.:; kurang ajar; tidak sopan; kasar, biadab (tentang perilaku). Kecurangan dan kejahatan yang dilakukan untuk memenangkan Pilpres sudah brutal yaitu kurang ajar, tidak sopan, kasar, bahkan biadab. Contoh biadab adalah jika benar KPPS yang meninggal karena di bunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun