Mohon tunggu...
Chaulah Lutfiyana
Chaulah Lutfiyana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya

Chaulah Fi, seorang gadis yang dilahirkan di pulau Garam 19 tahun lalu. Fi juga merupakan seorang mahasiswi aktif jurusan Psikologi di salah satu Universitas yang berada di Surabaya. 19tahun hidup, walau tergolong masih belia, namun beberapa hal mendorongnya untuk terus menulis, salah satunya adalah mimpi untuk dapat terus melanjutkan hidupnya. Fi memiliki minat yang tinggi di dalam bidang avokasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gangguan Factitious

5 April 2023   00:44 Diperbarui: 5 April 2023   00:52 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kehidupan, keberpura-puraan merupakan hal yang lazim terjadi di masyarakat. Namun, dalam klasifikasi psikologi, seringkali kita menemukan seseorang yang dengan sengaja berpura-pura guna mendapatkan perhatian dan simpati dari orang lain. Di dalam klasifikasi psikologi terdapat dua bentuk kepura-puraan yang dapat digolongkan sebagai gangguan psikologis, yaitu factitious disorder (gangguan buatan) dan Malingering.

GANGGUAN FACTITIOUS

Gangguan ini merupakan suatu kondisi dimana seseorang berperan sebagai penderita sakit yang didasari oleh dorongan ketidaksadaran. Penderita ini tidak memiliki motivasi lain seperti ingin mencari keuntungan, untuk lari dari tanggung jawab, atau hal lainnya. Individu yang mengalami gangguan ini seolah menikmati perannya sebagai seseorang yang "sakit". Gejala-gejala fisik maupun psikologis kerap kali menyertai gangguan ini, namun segala gejala yang individu tersebut rasakan adalah sebuah fabrikasi (buatan) yang dilakukan oleh seseorang tanpa ia sadari. 

Para profesional seperti dokter,perawat dan psikolog kerap kali kesusahan dalam mendeteksi gangguan ini. Karena pada kenyataannya memang terjadi gangguan fisik dan psikis. Hanya saja sesungguhnya awal dari gangguan tersebut diciptakan oleh individu yang bersangkutan. Di dalam banyak kasus, individu yang merasa sakit ini cenderung berbohong akan keterlibatannya dalam menciptakan gangguan pada dirinya, hal inilah yang membuat para profesional kesusahan dalam proses anamnesa (pengumpulan data).

Dalam beberapa kasus penderita akan mengemukakan riwayat penyakit yang dimiliki secara dramatis, namun, tak jarang pula ditemukan inkonsistensi pernyataan apabila penyelidikan dilakukan secara rinci. Seringkali individu yang bersangkutan ini memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai masalah kesehatan, sehingga ia dengan mudah merajut kisahnya sedemikian rupa dan memberi impresi sakit pada tenaga kesehatan yang menanganinya. 

Secara umum, gangguan ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu golongan yang didominasi oleh gejala psikis dan golongan yang didominasi oleh gejala fisik.

  • Gejala Psikis

Gangguan yang didominasi oleh gejala psikis ini ada kalanya disertai dengan pernyataan keinginan sang individu untuk mengakhiri hidup, keadaan depresi, kehilangan sebagian ingatan, pengalaman halusinasi dan berbagai symptoms psikis lainnya yang jika dikaji lebih mendalam sesungguhnya tidak memiliki kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Apabila penderita dihadapkan pada upaya treatment (penanganan), penderita akan cenderung berperilaku tidak kooperatif (tidak mau bekerja sama) dan penderita juga akan cenderung tidak bersedia menjalani terapi yang diberikan dengan berbagai alasan tertentu yang merupakan bentuk dari factitious juga. 

  • Gejala Fisik

 Gangguan yang disertai dengan gejala fisik biasanya di dominasi oleh upaya individu guna memperoleh penanganan medis. Gangguan seperti ini biasanya menjadi kecenderungan individu secara terus-menerus guna memperoleh perawatan medis yang intens. Dan jenis inilah yang biasa dikenal sebagai Munchausen Syndrom.

Dalam usaha membuat dirinya sakit ini, penderita bisa saja menggunakan substansi-substansi tertentu hingga memengaruhi kondisi kesadaran, emosi serta perilakunya. Anamnesa akan menjadi semakin sulit ketika individu yang bersangkutan benar-benar memahami aspek kesehatan secara rinci. Penderita akan dengan mudahnya memanipulasi gejala-gejala yang dialami sedemikian rupa dengan gejala asli yang dimiliki oleh suatu penyakit tertentu hingga tenaga profesional pun dapat terkecoh apabila tidak dilakukan penyelidikan secara menyeluruh dan intens. 

  • Dampak Sindrom Munchausen 

Penderita gangguan factitious dengan sindrom Munchausen dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik bagi lingkungan sosial maupun bagi dirinya sendiri. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut : 

  • Kecemasan keluarga

  • Masalah ekonomi

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun