Di dalam kehidupan, keberpura-puraan merupakan hal yang lazim terjadi di masyarakat. Namun, dalam klasifikasi psikologi, seringkali kita menemukan seseorang yang dengan sengaja berpura-pura guna mendapatkan perhatian dan simpati dari orang lain. Di dalam klasifikasi psikologi terdapat dua bentuk kepura-puraan yang dapat digolongkan sebagai gangguan psikologis, yaitu factitious disorder (gangguan buatan) dan Malingering.
GANGGUAN FACTITIOUS
Gangguan ini merupakan suatu kondisi dimana seseorang berperan sebagai penderita sakit yang didasari oleh dorongan ketidaksadaran. Penderita ini tidak memiliki motivasi lain seperti ingin mencari keuntungan, untuk lari dari tanggung jawab, atau hal lainnya. Individu yang mengalami gangguan ini seolah menikmati perannya sebagai seseorang yang "sakit". Gejala-gejala fisik maupun psikologis kerap kali menyertai gangguan ini, namun segala gejala yang individu tersebut rasakan adalah sebuah fabrikasi (buatan) yang dilakukan oleh seseorang tanpa ia sadari.Â
Para profesional seperti dokter,perawat dan psikolog kerap kali kesusahan dalam mendeteksi gangguan ini. Karena pada kenyataannya memang terjadi gangguan fisik dan psikis. Hanya saja sesungguhnya awal dari gangguan tersebut diciptakan oleh individu yang bersangkutan. Di dalam banyak kasus, individu yang merasa sakit ini cenderung berbohong akan keterlibatannya dalam menciptakan gangguan pada dirinya, hal inilah yang membuat para profesional kesusahan dalam proses anamnesa (pengumpulan data).
Dalam beberapa kasus penderita akan mengemukakan riwayat penyakit yang dimiliki secara dramatis, namun, tak jarang pula ditemukan inkonsistensi pernyataan apabila penyelidikan dilakukan secara rinci. Seringkali individu yang bersangkutan ini memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai masalah kesehatan, sehingga ia dengan mudah merajut kisahnya sedemikian rupa dan memberi impresi sakit pada tenaga kesehatan yang menanganinya.Â
Secara umum, gangguan ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu golongan yang didominasi oleh gejala psikis dan golongan yang didominasi oleh gejala fisik.
- Gejala Psikis
Gangguan yang didominasi oleh gejala psikis ini ada kalanya disertai dengan pernyataan keinginan sang individu untuk mengakhiri hidup, keadaan depresi, kehilangan sebagian ingatan, pengalaman halusinasi dan berbagai symptoms psikis lainnya yang jika dikaji lebih mendalam sesungguhnya tidak memiliki kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Apabila penderita dihadapkan pada upaya treatment (penanganan), penderita akan cenderung berperilaku tidak kooperatif (tidak mau bekerja sama) dan penderita juga akan cenderung tidak bersedia menjalani terapi yang diberikan dengan berbagai alasan tertentu yang merupakan bentuk dari factitious juga.Â
- Gejala Fisik
 Gangguan yang disertai dengan gejala fisik biasanya di dominasi oleh upaya individu guna memperoleh penanganan medis. Gangguan seperti ini biasanya menjadi kecenderungan individu secara terus-menerus guna memperoleh perawatan medis yang intens. Dan jenis inilah yang biasa dikenal sebagai Munchausen Syndrom.
Dalam usaha membuat dirinya sakit ini, penderita bisa saja menggunakan substansi-substansi tertentu hingga memengaruhi kondisi kesadaran, emosi serta perilakunya. Anamnesa akan menjadi semakin sulit ketika individu yang bersangkutan benar-benar memahami aspek kesehatan secara rinci. Penderita akan dengan mudahnya memanipulasi gejala-gejala yang dialami sedemikian rupa dengan gejala asli yang dimiliki oleh suatu penyakit tertentu hingga tenaga profesional pun dapat terkecoh apabila tidak dilakukan penyelidikan secara menyeluruh dan intens.Â
- Dampak Sindrom MunchausenÂ
Penderita gangguan factitious dengan sindrom Munchausen dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik bagi lingkungan sosial maupun bagi dirinya sendiri. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :Â
Kecemasan keluarga
Masalah ekonomi
Merepotkan perawatan medisÂ
Helpless
Resiko kesehatanÂ
Berpura-pura sebagai korban kekerasanÂ
- Upaya Terapi Penderita Gangguan Factitious
American Psychiatric Association (APA menyatakan bahwa informasi mengenai jenis gangguan ini masih sangat terbatas dan acap kali sulit untuk dikenali. Biasanya gangguan ini berlangsung relatif singkat, namun dengan rentang waktu yang singkat tersebut terkait dengan rentang waktu perawatan pada rumah sakit tertentu. Umumnya, penderita berpindah-pindah rumah sakit dan mengunjungi dokter yang berbeda-beda sehingga ada kalanya gangguan ini bersifat kronis. Jika gangguan ini menjadi kronis, maka yang perlu dilakukan bukan hanya sekadar pencegahan supaya gangguan tidak semakin parah, tetapi perlu dilakukan upaya terapi. Yaitu dengan cara pendekatan realitas dan peningkatan percaya diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H