Mohon tunggu...
Chaulah Lutfiyana
Chaulah Lutfiyana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya

Chaulah Fi, seorang gadis yang dilahirkan di pulau Garam 19 tahun lalu. Fi juga merupakan seorang mahasiswi aktif jurusan Psikologi di salah satu Universitas yang berada di Surabaya. 19tahun hidup, walau tergolong masih belia, namun beberapa hal mendorongnya untuk terus menulis, salah satunya adalah mimpi untuk dapat terus melanjutkan hidupnya. Fi memiliki minat yang tinggi di dalam bidang avokasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Apakah Synaesthesia Benar-benar Ada?

18 Mei 2022   11:45 Diperbarui: 18 Mei 2022   11:56 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinestesia ditemukan sejak Abad 19, berdasarkan pengakuan dari orang yang mampu melihat warna suara.

Sinestesia bukanlah sebuah penyakit mental, dan beberapa peneliti telah mengabarkan bahwa sinestesia dapat bekerja lebih baik pada tes memori dan kecerdasan tertentu.

Oh, jadi sinestesia beneran ada ya? Dan telah dikatakan bahwa kondisi langka sinestesia ini bukan termasuk kedalam penyakit mental, biasanya orang yang tidak mengetahui mengenai fakta menarik ini, akan menanggapi bahwa orang yang mengidap sinestesia itu lagi halu, hihihi. Jangan sampai itu kalian ya readers!

Yuk, kita lanjut ke pokok bahasan selanjutnya ~~

Alasan dibalik terjadinya Synaesthesia

Setelah mengetahui bahwasanya Sinestesia itu benar-benar ada, akan timbul di dalam benak kita, Bagaimana hal itu bisa terjadi? Prosesnya gimana sih???

Berikut adalah penjelasannya!

Fenomena Sinestesia biasa diturunkan melalui genetik, meski masih sulit dipahami, sebanyak  40% orang yang memiliki Sinestesia melaporkan kerabat tingkat pertama dengan kondisi tersebut. Analisis silsilah Sinestesia menunjukkan penularan yang tinggi dari orang tua ke anaknya.

Di sisi lain, Sinestesia dapat terjadi sebagai respons terhadap obat-obatan (hanya bersifat sementara), kekurangan sensorik, atau kerusakan otak.

Penelitian genetik pada Sinestesia menunjukkan bahwa fenomena tersebut heterogen dan poligenik, namun masih belum jelas apakah Sinestesia pernah memberikan keuntungan selektif atau hanya produk sampingan dari beberapa sifat terpilih yang berguna.

Kekhususan warna yang ditimbulkan berasal dari nada pendengaran dan angka akromatik (tidak berwarna) menjadi menghasilkan warna yang jelas dan mencolok, hal ini akan bertahan secara stabil dari waktu ke waktu pada individu tertentu. Namun, nada maupun grafik yang sama tidak selalu menimbulkan warna yang sama pada orang yang berbeda (setiap individu memiliki warna tersendiri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun