Mohon tunggu...
Chaty Trizka Anggini
Chaty Trizka Anggini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi

Halo, Selamat datang dan selamat membaca yaa! Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self-Diagnosis: Fenomena dr. Google dan Romantisasi Gangguan Kesehatan Mental

2 Agustus 2022   21:10 Diperbarui: 2 Agustus 2022   22:03 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanurawan, F. 2012. Strategi pengembangan kesehatan mental di lingkungan sekolah. Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 14(2), 93.

Robertson, N., Polonsky, M., & McQuilken, L. (2014). Are my symptoms serious Dr Google? A resource-based typology of value co-destruction in online self-diagnosis. Australasian Marketing Journal (AMJ), 22(3), 246-256.

Sampetoding, E. A. M., Chuvita, L., Pongtambing, Y. S., Christiana, E., & Ambabunga, Y. A. (2022). Studi Litelatur Penerapan Internet of Things pada Kesehatan Mental: A Literature Review: The Application of IoT in Mental Health. Journal Dynamic Saint, 7(1).

Semigran, H. L., Linder, J. A., Gidengil, C., & Mehrotra, A. (2015). Evaluation of symptom checkers for self diagnosis and triage: audit study. bmj, 351.

Srivastava. 2016. Why the internet cannot diagnose your mental illness, (Online). (https://www.whiteswanfoundation.org/mental-health-matters/understanding-mental-health/self-diagnosing-of-mental-illness), diakses 31 Juli 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun