Program Kampus Mengajar merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kemendikbudristek. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi dengan menjadi mitra guru dalam melakukan pengembangan strategi pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam satuan pendidikan.
 Program Kampus Mengajar ini mendapatkan atensi besar dari mahasiswa seluruh Indonesia karena dengan program ini, selain mendapatkan konversi SKS juga mereka merasa tertantang untuk ikut andil dalam pendidikan terutama di sekolah sekolah yang terpilih.
Sekolah yang terpilih biasanya adalah sekolah dengan akreditasi B atau dibawahnya. Penempatan sekolah pada program Kampus Mengajar adalah berdasarkan jarak zona tempat tinggal mahasiswa dengan sekolah yang 'di data' untuk menjadi tempat dilaksanakannya program kampus mengajar. Jadi mahasiswa tidak bisa memilih mau dimana ia ditempatkan untuk melaksanakan penugasan tersebut. Mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di bawah naungan Kemendikbudristek yang akan ditempatkan di sekolah penugasan di seluruh Indonesia ini dalam upaya membantu peningkatan literasi dan numerasi pendidikan dasar dan menengah.
Salah satu mahasiswa yang awalnya diajak teman lalu penasaran dan iseng mencoba untuk mendaftar di Kampus Mengajar itu adalah Chatrin Yolan, mahasiswa S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran yang sedang menempuh semester 6 di salah salah satu universitas yang berada di Kota Malang, Universitas Negeri Malang.
Setelah memikirkan cukup lama, Ia kemudian mendaftar dengan harapan awal tidak lolos, karena hanya ingin mencoba peruntungannya dalam hal ini. Urutan tahapan dalam proses penerimaan mahasiswa Kampus Mengajar 7 adalah proses rekomendasi dari perguruan tinggi, kemudian setelah di acc adalah proses administrasi, dengan melengkapi berkas berkas yang akan digunakan. Selanjutnya adalah seleksi substansi. Seleksi substansi sendiri dalam Kampus Mengajar ini terdiri dari tes literasi dan numerasi, tes value clariffication and attitude transformation (VCAT), dan survey kebhinekaan.
Beberapa saat kemudian, akan mendapatkan email yang menunjukan lolos atau tidaknya dalam tahap administrasi. Dalam email tersebut tertulis pula tanggal akan dilaksanakannya serangkaian tes seleksi substansi seperti yang sudah disampaikan di atas dan dilaksanakan di laman Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3). Pada saat hari pelaksanaan tes seleksi substansi, dilaksanakan pada pukul 08:00 yang diawali dengan tes literasi. Dilanjutkan dengan tes numerasi, VCAT, lalu survey kebhinekaan. Tetapi pada saaat pengerjaan tes numerasi, web mengalami masalah sehingga tidak bisa mengerjakan tes dengan maksimal. Di sore harinya, mendapatkan email bahwa ada susulan mengenai tes Numerasi yang sebelumnya tidak bisa dikerjakan karena kesalahan pada laman pengerjaan. Berselang 2 bulan, tepatnya pada 17 Januari adalah hari pengumuman penerimaan Kampus Mengajar 7. Dan lokasi penempatannya di:
SMKS Sriwedari beralamat di Jalan Bogor Atas 1, terletak di samping jalan raya di tengah Kota Malang tetapi dengan posisi yang terbilang cukup tidak terlihat untuk diketahui banyak orang. SMK ini tidak juga memiliki bangunan yang besar seperti sekolah kejuruan pada umumnya. Status kepemilikannya sendiri adalah milik yayasan bernama Yayasan Pendidikan Sriwedari. SMK ini memiliki beberapa jurusan, seperti MPLB, DKV, TKJ. Namun, menurut informasi yang didapat, beberapa jurusan berafiliasi dengan pondok sehingga sebagian siswa berada di sana.
Hal pertama sebelum melaksanakan penugasan adalah observasi dan lapor diri yang ditemani oleh DPL. Keadaan lingkungan di SMKS Sriwedari sendiri juga terbilang cukup yang dapat dilihat dengan ruangan kelas yang sudah memadai, serta memiliki lab komputer yang cukup proper. Fasilitas yang kurang dari SMK ini adalah ketiadaan UKS dan perpustakaan yang memadai. Setelah melaksanakan observasi yang dibarengi dengan pelaksanaan pre-test AKM untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa, kemudian di susunlah program kerja yang akan dilaksanakan kedepannya.Â
Yayasan sekolah ini tidak memberlakukan pembayaran SPP dan uang seragam kepada siswanya. Siswa-siswanya sendiri berasal dari latar belakang yang beragam, tetapi kebanyakan adalah siswa yang kurang mampu. Walau siswa di SMK ini kurang dalam hal kedisiplinan, tetapi mereka masih mempunyai semangat untuk mencari ilmu.
Program dari Kampus Mengajar sendiri adalah tes untuk mengukur kemampuan siswa, yaitu pre-test yang dilaksanakan pada awal penugasan dan post-test yang dilaksanakan di akhir penugasan. Dari hasil pre-test sendiri, didapati bahwa kemampuan siswa masih kurang baik. Sedangkan untuk hasil post-test masih didapati hasil yang sama yang kemungkinan hasil ini didapati karena para siswa tidak bersungguh-sungguh dalam pengerjaan dan tergesa-gesa akan pulang.
Tetapi di luar kegiatan pembelajaran akademik, mereka terbilang cukup kompak dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai contoh dalam proker revitalisasi mading sekolah, mereka bersama-sama tolong menolong untuk menempel, mewarnai papan agar terlihat baru kembali, menghias, dll. Hal ini juga terlihat pada program kerja saat pondok ramadhan. Tanpa disuruh, mereka menghias aula yang akan dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan acara secara bersama-sama.
SMKS Sriwedari, dikenal dengan sekolah swasta "anak-anak buangan" di Malang. Nyatanya, sekolahan ini tidak seburuk seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Menurut saya, hal itu dikatakan demikian karena jumlah murid yang terbilang cukup sedikit dan kurangnya kedisiplinan dari siswanya sedangkan untuk kegiatan KBM di sekolah ini sama seperti pada sekolah kejuruan yang lain.Â
Secara tidak langsung, keikutsertaan dalam program Kampus Mengajar 7, telah menambah pengalaman dan cerita baru karena turut andil serta turun langsung di sekolah serta menghadapi berbagai karakter peserta didik yang sebelumnya belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H