Seperti halnya orang dewasa, anak-anak ingin mengetahui tentang dunia mereka dan segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar mereka. Mereka juga ingin mengetahui berbagai hal yang mungkin menarik pikiran mereka. Anak membutuhkan lebih dari informasi; mereka juga membutuhkan pengakuan, penghargaan, dan perhatian. Ada banyak cerita yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak.Â
Sebenarnya, cerita disukai dan dibutuhkan oleh semua orang, terutama oleh anak-anak, yang berada pada tahap penting dalam hidup mereka untuk memperoleh, memupuk, dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan. Â Cerita anak-anak dapat digunakan untuk mempelajari dan menyelesaikan banyak masalah tentang kehidupan, manusia, dan kemanusiaan. Sastra anak tidak harus membahas anak-anak, dunia mereka, atau apa yang terjadi dengan mereka.Â
Sastra anak dapat mencakup topik apa pun yang berkaitan dengan kehidupan, seperti manusia, binatang, tumbuhan, atau makhluk lain. Tetapi cerita apa pun yang diceritakan harus dimulai dari sudut pandang anak, dari cara anak melihat dan memperlakukan sesuatu, dan harus sesuai dengan pikiran dan perasaan anak. Cerita rakyat yang mengangkat genre sastra lama jelas sangat menarik dan perlu dipelajari untuk memperkaya sastra nusantara.Â
Penyampaian cerita dengan cara yang berbeda, yang sebelumnya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lain dalam bentuk lisan dan kemudian disusun secara tertulis, sangat penting untuk membuat cerita tersebut lebih disukai dan dapat dirasakan oleh para pembaca.
Karya sastra didefinisikan sebagai komposisi yang jelas, yang menggunakan kata-kata tertentu dan menuntut penelusuran yang jelas. Segala sesuatu tentang kehidupan dan masalahnya dibahas dalam sastra. Semua orang berkomunikasi dengan cara dan bahasa tertentu karena fakta bahwa mereka adalah kelompok sosial yang umum.
 Proses tulisan mencakup baik metode maupun kebutuhan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tentang berbagai masalah kehidupan.Â
Pembaca sastra mendapatkan berbagai jenis motivasi yang mendorong mereka untuk bertindak, terutama jika mereka adalah anak-anak yang imajinasinya masih berkembang dan mampu menerima cerita dalam bentuk apa pun, tanpa memperhatikan apakah cerita tersebut masuk akal atau tidak. Mengingat sastra bukanlah tulisan biasa, terdapat banyak isi menarik yang layak untuk dibaca dan dipelajari. Bahasa yang menarik mengandung konten yang meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan.
Cerita rakyat adalah kumpulan cerita yang bertahan dari zaman ke zaman. Cerita ini tersebar di seluruh masyarakat, jadi disebut legenda. Cerita rakyat biasanya diceritakan secara lisan oleh narator yang mempertahankan plot; karena itu, mereka juga disebut sastra lisan.Â
Cerita rakyat yang mengangkat karya sastra lama tentu sangat menarik dan perlu dipelajari untuk memperkaya khazanah sastra nusantara. Beragam penelitian mengenai cerita rakyat yang ada secara lokal juga perlu dilakukan agar tidak terjadi keterbatasan dalam pengarsipan baik lisan maupun tulisan (Bahri, 2024). Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat yang di dalamnya mengandung nilai-nilai karaktek.Â
Pembaca anak-anak biasanya akan menyukai buku cerita rakyat yang disusun dengan baik. Akibatnya, penelitian ini berkonsentrasi pada kualitas anak-anak yang digambarkan dalam cerita Malin Kundang. nilai edukasi anak dan hubungannya dengan penelitian psikologi kemajuan anak adalah hal yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa dari buku cerita rakyat, menilai sejauh mana nilai-nilai positif yang ditemukan dalam buku cerita tersebut dapat memengaruhi pembentukan karakter, dan melihat bagaimana sekolah menerapkan nilai karakter pada anak-anak mereka. Kemajuan teknologi yang baru-baru ini dilakukan dapat memengaruhi nilai hidup anak-anak dan memengaruhi karakter maupun moral mereka.Â
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analitis dengan sumber data utamanya adalah cerita rakyat "Malin Kundang", dan teknik pengumpulan yang dila dilakukan melalui studi dokumen dengan mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan serta studi pustaka untuk memperluas teori yang mendukung analisis yang dilakukan oleh penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kisah rakyat Malin Kundang sangat disukai anak-anak karena memberi mereka kepercayaan tersirat. Dengan memanfaatkan media cerita rakyat Malin Kundang, diharapkan dapat mengajarkan dan membentuk karakter siswa sekolah dasar.. Salah satu cerita rakyat Indonesia yang paling terkenal adalah Malin Kundang. Cerita ini populer di seluruh Indonesia dan berasal dari Sumatera Barat.Â
Analisis cerita rakyat "Malin Kundang" sangat penting karena cerita itu tidak hanya dapat dibaca oleh anak-anak, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan ajar karena mengandung nilai-nilai karakter yang akan membantu anak-anak belajar di sekolah. (Permatahati et al., 2022). Pengaruh nilai positif dari buku cerita yang dapat mempengaruhi nilai karakter tergantung pada lingkungan siswa, terlepas dari seberapa banyak nilai yang terkandung dalam buku cerita rakyat.
 Jika siswa memiliki kualitas akademik yang buruk, manfaat yang mereka peroleh tidak akan signifikan sebaliknya, jika lingkungan tempat tinggal siswa baik, manfaat tersebut akan signifikan. (Ardianto et al., 2024). Studi ini menemukan bahwa nilai moral dalam cerita Malin Kundang terdiri dari tiga jenis nilai moral (Permatahati et al., 2022), sebagai berikut :
1) Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan Dirinya sendiri
Moralitas hubungan manusia dengan diri mereka sendiri berkaitan erat dengan perasaan dan keadaan mental mereka tentang diri mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa Malin memiliki nilai-nilai moral seperti keramahan, ketekunan, kerja keras, kecerdasan, dan rasa cinta yang mendalam terhadap kampung halamannya.Â
Awalnya, Malin bekerja sebagai petugas kebersihan di geladak kapal, namun berkat sikap rajin dan kemampuannya yang cepat belajar, ia berhasil dipromosikan menjadi anggota awak kapal dagang.
 Ketika usianya semakin tua, Malin diminta untuk mengambil alih posisi sebagai nahkoda. Ia kemudian menikahi seorang gadis cantik dari keluarga kaya, tetapi ia melupakan ibunya yang tinggal seorang diri di kampung halaman.
2) Moralitas dalam Interaksi Sosial dan Alam
Interaksi antar tokoh, seperti tolong-menolong dan perilaku terhadap orang tua, dapat menunjukkan moralitas dalam hubungan manusia satu sama lain dalam lingkungan alam dan sosial. Malin menjadi seorang saudagar yang sangat kaya, tetapi ia enggan mengakui ibu kandungnya karena merasa malu terhadap ibunya yang sudah tua, hidup dalam kemiskinan, dan penampilannya yang tidak terawat. Ini adalah kutipan yang berkaitan dengan Malin, yang tidak pernah mengingat ibu kandungnya di kampung halamannya.
3) Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan
Dalam hubungan mereka dengan tuhan, manusia dapat mempercayai atau membalas segala sesuatu yang mereka lakukan kepadanya. Seseorang akan dihukum atau diberi pahala atas perbuatan mereka yang pantas jika mereka melakukan perbuatan buruk. Sebaliknya, jika seseorang selalu berbuat baik, mereka akan mendapatkan surga yang sebanding dengan perbuatan baik mereka.Â
Sebagai anak yang baik, kita harus selalu menghargai apa yang diberikan orang tua kita kepada kita, tidak membantah apa yang mereka katakan, dan turuti apa yang mereka katakan selagi mereka ada. Selain itu, jangan pernah berbicara atau memperlakukan orang tua dengan cara yang tidak menyenangkan, apalagi memperlakukan mereka dengan buruk.
Revitalisasi dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya, yaitu; 1) Kepatuhan dan hormat kepada orang tua. Kisah ini menekankan betapa pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua, dan mengajarkan bahwa meninggalkan mereka bisa berdampak buruk, 2) Kesederhanaan dan Kerendahan Hati: Kisah Malin yang sombong setelah menjadi kaya mengajarkan pentingnya mengingat keluarga dan asal usul, 3) Penyampaian nilai moral dan sosial: Cerita rakyat seperti Malin Kundang membantu generasi muda mempelajari nilai-nilai moral dan sosial sambil mempertahankan budaya dan tradisi lokal dan 4) Pembentukan identitas budaya: nilai-nilai budaya penting diwariskan melalui cerita rakyat, yang membantu membentuk identitas budaya dan memperkuat ikatan komunitas. (Ardianto et al., 2024).
Salah satu alasan mengapa buku bacaan sastra harus diberikan kepada orang-orang adalah agar mereka dapat menikmatinya karena karya sastra adalah produk imajinatif pengarang yang ditulis dalam bentuk tulisan yang memiliki nilai estetika. (Sari et al., 2022). Seorang pengarang dapat menggunakan karya sastra sebagai wadah untuk menyampaikan imajinasi dan pengalaman mereka sendiri tentang kehidupan.Â
Sebagai karya sastra, cerita rakyat memiliki banyak unsur yang saling berhubungan, yang disebut unsur intrinsik dan ekstrinsik. Karya sastra memiliki nilai pembelajaran yang dapat diterima pembaca. Cerita rakyat adalah kekayaan bangsa yang didasarkan pada keinginan masyarakat untuk berinteraksi secara sosial. Cerita rakyat menampilkan berbagai tindakan melalui bahasa dan mengajarkan nilai-nilai kepada masyarakat.(Ardianto et al., 2024).Â
Karakter adalah suatu sifat atau kualitas yang dapat diidentifikasi dengan seseorang dan tetap ada dan kekal. Fathurrohman et al. (2013) Faktanya, karakter seseorang sudah ada sejak lahir. Kemudian, lingkungan sehari-hari membuatnya berkembang. Selain itu, lingkungan keluarga seseorang juga berpengaruh aktif pada karakternya, karena keluarga adalah dasar pendidikan dan pembentukan karakter. Pendidikan karakter juga merupakan proses menyebarkan nilai-nilai luhur bangsa melalui pembangunan logika, akhlak, dan keimanan.Â
Tujuan dari proses ini adalah untuk membangun diri manusia yang berakhlak, berwatak, dan bermartabat dari sekolah dasar (SD) hingga jenjang universitas. Lingkungan sekolah memiliki kapasitas untuk berfungsi sebagai tempat pendidikan yang efektif untuk membantu perkembangan karakter siswa. Pendidikan karakter dapat mengintegrasikan apa pun yang terjadi di sekolah. Menurut presentasi tersebut, pendidikan karakter adalah upaya bersama semua siswa untuk menciptakan budaya baru di lingkungan sekolah, yaitu budaya pendidikan karakter.
Untuk menunjukkan perbedaan antara karakter baik dan karakter buruk dalam konteks pembelajaran, cerita Malin Kundang dipilih sebagai contoh. Cerita rakyat ini, termasuk kisah Malin Kundang, dapat berfungsi sebagai alat pendidikan yang efektif dalam membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Legenda ini dapat digunakan oleh para guru sebagai sarana untuk mengajarkan siswa mengenai perbedaan antara sifat baik dan buruk dengan cara yang kontekstual dan relevan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Julia & Sitorus, 2024). Cerita rakyat Malin Kundang memiliki hubungan dengan pendidikan karakter karena ada elemen yang mengacu pada perilaku moral tokoh-tokohnya, seperti yang ditunjukkan dalam naskah, "Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja" sampai sempai sekarang," kata Malin Kundang (Qori'ah & Ningsih, 2021). Tokoh Malin dalam cerita ini hormat dan iba dengan ibunya, menurut naskah ini. Anak sekolah dasar dapat diajarkan rasa hormat dengan berperilaku dengan orang tua dan yang lebih tua.
SIMPULAN
Cerita rakyat seperti "Malin Kundang", tidak hanya menunjukkan keindahan seni semata, tetapi juga menunjukkan berbagai pola dan masalah kehidupan manusia. Cerita seperti ini berfungsi sebagai alat penting untuk menanamkan prinsip-prinsip moral dan sosial kepada generasi berikutnya sambil mempertahankan budaya dan tradisi lokal.
Kita dapat memahami bagaimana cerita rakyat membentuk karakter dan identitas budaya orang dengan melihat nilai-nilai dalam cerita Malin Kundang, seperti iman, ketakwaan, gotong royong, kemandirian, penalaran kritis, dan kreativitas. Dalam membangun sebuah masyarakat yang berbudaya dan berintegritas, cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga integritas, tanggung jawab sosial, dan menghargai keragaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, T., Subekhi, A. I., Keguruan, S. T., Pendidikan, I., & Pandeglang, B. (2024). Analisis Nilai Positif Cerita Rakyat Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Pada Anak. 6(1), 9--16. https://doi.org/10.57121/meta.v6i2.114
Bahri, S. (2024). Analisis nilai profil pelajar pancasila dalam cerita rakyat malin kundang. 1(4), 528--533.
Julia, H., & Sitorus, C. (2024). Eksplorasi karakter dalam Legenda Malin Kundang dan relevansinya dengan profil pelajar Pancasila. 6(2), 298--309. https://doi.org/10.26555/jg.v6i2.10589
Permatahati, S. R., Zulfa, S. I., & Zakiyyah, A. A. (2022). Nilai Moral dalam Cerita Rakyat Malin Kundang. Edukasiana: Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(4), 253--260. https://doi.org/10.56916/ejip.v1i4.197
QORI'AH, P., & NINGSIH, R. (2021). Pembentukan Pendidikan Karakter Pada Siswa SD Dengan Media Cerita Rakyat "Malin Kundang." Prosiding Konseling Kearifan ..., 61--65. https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/kkn/article/view/1390%0Ahttps://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/kkn/article/download/1390/1087
Sari, L. E., Waryanti, E., & Muarifin, M. (2022). Pendidikan Budi Pekerti Cerita Rakyat 'Malin Kundang Dan Sangkuriang' Padasaluran Channel Youtube Karya Riri Kampung Dongeng. Wacana: Jurnal Bahasa, Seni, Dan Pengajaran, 6(1), 39--48. https://doi.org/10.29407/jbsp.v6i1.18324
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H