Mohon tunggu...
Charol Maubere
Charol Maubere Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hanya anak-anak yang terjebak dalam kesibukan tanpa tujuan..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bunuh Diri; Menyelesaikan Masalah dengan Masalah

10 Desember 2023   16:15 Diperbarui: 10 Desember 2023   16:15 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sampai saat ini beberapa alasan dibalik kasus bunuh diri masih mennjadi misteri. Orang hanya mengambil kesimpulan berdasarkan isu-isu yang beredar dalam masyarakat dan hanya berdasarkan perspektifnya sendiri yang mungkin saja dapat menjadi alasan yang tepat mengapa seseorang melakukan bunuh diri. Dalam opini ini saya akan memberikan beberapa alsan filosofis dari beberapa filsuf terkait kisah-kisah tragis bunuh diri yang dianalisis berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.

 

Artur Schopenhauer; keinginan sebagai penyebab penderitaan

            Artur Schopenhauer, seorang filsuf berkebangsaan Jerman lahir pada tahun 1780, ia mengatakakan bahwa kehendak merupakan penyebab dari penderitaan manusia. Penderitaan itulah yang kemudian memicu orang untuk bunuh diri. Disaat keinginan itu tidak lagi bisa dipenuhi, manusia akan mengalami penderitaan, ia akan mengutuk dirinya karena tidak mampu mewujudkan angan-angannya kedalam kenyataan dan yang tersisa kemudian hanyalah rasa kecewa dan frustrasi. Dari pendapat Schopenhauer ini mungkin kita bisa bertanya, jika memang kematian adalah gerbang untuk melenyapkan kehendak, dan itu akan menghilangkan penderitaan, mengapa tidak bunuh diri saja supaya bebas dari keinginan-keinginan? Tidak, bukan itu solusi yang tepat. Schopenhauer menawarkan cara yang lain, cara yang lebih dewasa untuk menghindari penderitaan akibat ketidaksesuaian antara keinginan dan kenyataan tersebut. Baginya penderitaan itu dihindari dengan cara menolak kehadirannya. Sederhananya, ekspektasi yang tinggi haruslah dimaklumi bila tidak terrealisasi. Singkatnya, kita harus belajar menerima kenyataan. Dunia juga tidak akan kiamat bila apa yang selama ini dikehendaki tidak sesuai kenyaatan.

 

Sigmun Freud; “bunuh diri merupakan suatu bentuk ungkapan kekecewaan”

            Sigmun freud menagnalisis kasus bunuh diri dari perspektif psikologi. Dalam teori psikoanalisisnya ia  menjelaskan bahwa bunuh diri itu disebabkan oleh konflik internal yang tak terpeccahkan dan juga masalah psikologi yang cukup dalam. Ia mengatakan bahwa bunuh diri merupakan bentuk kemarahan terhadap diri sendiri (depresi) sebagai akibat dari pandangan negatif terhadap dirinya, situasi sekarang, dunia, dan masa depan. Dia memandang dirinya tidak berguna, memandang dunia menuntut terlalu banyak darinya dan memandang masa depan itu suram. Situasi ini disebabkan oleh ketidakstabilan suasana hati (mood disorder). Sehingga bunuh diri merupakn suatu bentuk ungkapan keputusasaan.

 

Emile Durkheim; 

            Ia sempat melakukan penelitian keliling dunia untuk menemukan alasan dibalik orang bunuh diri, karena tidak juga ia temukan alasan yang memuaskan, lalu ia menyimpulkan bahwa bunuh diri diakibatkan oleh gagalnya relasi seseorang terhadap lingkungan sosialnya. Dalam teorinya suicide, ia menemukan empat alasan penyebab orang bunuh diri;

 

  • Bunuh diri egoistic (egoistic suicide), biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sedikit keterikatan dengan keluarga, masyarakat dan komunitas tempat ia berada sehingga orang merasa terasingkan dari orang lain dan kurang mendapat dukungan sosial yang penting untuk perkembangan mental dan emosinya.
  • Bunuh diri altruistic (altruistic suicide), merupakan bunuh diri yang disebabkan oleh terlalu mengutamakan kepentingan sosail, sehingga ia merasa sangat menjadi bagian dari suatu kelompok dan berani mengorbankan diri untuk melakukan hal yang diaangapnya menjadi kebaikan masyarakat atau kelompoknya. Misalnya, kasus bom bunuh diri yang sering terjadi di Indonesia. Bunuh diri autruistik ini lebih diakibatkan oleh kesesatan berpikir, dimana orang merasa bahwa tindakan yang dilakukannya itu dapat berguna bagi banyak orang dan itu akan menjamin keselamatanya di akhirat.
  • Bunuh diri anomik (anomic suicide)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun