[caption caption="TPS Bus, mendatangi pemilih di kota Solo (sumber: Harian Semarang, 2015)"][/caption]
TPS Bus, mendatangi pemilih di kota Solo (sumber: Harian Semarang, 2015)
Menurut Kompasianer, Bambang Setyawan (http://www.kompasiana.com/bamset2014/ssstt-tiga-anak-presiden-golput-di-pilkada-solo_56687e540323bd400745547b) bahwa tiga anak presiden Jokowi, yaitu Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep tidak ikut mencoblos di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo (Surakarta) Jawa Tengah baru baru ini. Sementara itu, Pilkada di kota Solo meriah.
Keluarga presiden Jokowi seharusnya mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 23 yang berada di Kelurahan Manahan, Banjarsari, Surakarta. Hanya ibu Jokowi, Sujiatmi yang memberikan hak suaranya.
TPS dimana keluarga presiden mencoblos, sebenarnya angka golput terbilang rendah. Dari 307 pemilih, 85 orang yang tak datang. Kalau diprosentasekan hanya sekitar 27.69%.
Di Solo, angka partisipasi masyarakat cukup tinggi, yaitu sebesar 73,63 %. Artinya Golput hanya 26,37 %. Angka golput ini dibawah rata rata nasional yang mencapai 48%.
Karena angka golput yang terbilang tinggi, banyak kepala daerah yang hanya dimenangkan oleh Golput daripada pasangan calon (paslon) gubernur, bupati atau walikota.
Usaha Kreatif
Menurut harian Terbit (Kamis, 10 Desember 2015), ada daerah yang angka Golput-nya sampai 65 %. Luar biasa tingginya.
Tidak hadirnya anak anak presiden di acara pencoblosan adalah cerminan masyarakat kita di seluruh tanah air. Masyarakat cenderung apatis dengan Pilkada.
Untuk menekan angka Golput, banyak cara yang sudah dilakukan. Umumnya memakai iklan di media. Banyak juga pakai baleho di setiap sudut jalan agar masyarakat tak Golput.
Panitia di tingkat TPS yang “bersemangat”, biasanya mendatangi rumah tiap tiap calon pemilih. Menggedor pintu masing masing calon pemilih.
Di Kota Solo, cara cukup “unik” diprakarsai oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 7 Nusukan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Mereka melakukan inisiatif sendiri dengan menyediakan bus sebagai TPS keliling.
Selain langsung mendatangi pemilih, bus ini juga “menarik” perhatian masyarakat Solo. Ini agaknya alasan kenapa partisipasi ikut Pilkada di kota Solo termasuk tertinggi di Indonesia.
Undian berhadiah.
Kecenderungan Golput yang tinggi tidak hanya terjadi di negara kita, tapi juga negara maju. Di negara negara maju seperti Inggris, Jepang dan Amerika Serikat angka Golput sangat mengkawatirkan.
Di Inggris, di jaman PM Margaret Thatcher, berkuasa dari tahun 1979 sampai 1990 pernah menyediakan door prize atau undian berhadiah. Beberapa Pemda mengambil inisiatif, memberikan hadiah elektronik (TV, Walkman dan sebagainya) kepada pemilih yang menggunakan haknya. Setelah ikut mengundi, pemilih nunggu hasil undian apakah mereka menang hadiah barang barang elektronik atau tidak.
Selain itu, di beberapa negara negara maju, apakah pemilu nasional atau pilkada akan gampang menemui kalimat seperti ini: “ free drinks, food and door prizes” untuk menekan angka Golput.
Bagaimana agar Golput turun di negara kita di masa depan menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H