Akhir-akhir ini sering kita melihat di media sosial berita mengenai kasus bullying yang dilakukan oleh anak-anak remaja terhadap temannya. Kasus bullying ini mempengaruhi psikis korban dan psikis pelaku. Psikis korban terganggu saat di-bully dan pelaku saat berurusan dengan pihak berwajib. Mengapa peristiwa ini sering terjadi?
Peristiwa bullying ini terjadi bisa diakibatkan oleh film-film yang ditonton oleh remaja. Film-film yang isinya adanya kelompok-kelompok yang keren, gaul dan berkuasa pada suatu tempat hingga ditakuti oleh teman-teman dan seenaknya bertindak.
Film-film itu mempengaruhi pola pikir remaja bahwa menampilkan diri seperti itu akan menjadi keren dan jati diri akan gagah perkasa.
Dari situasi yang terjadi dapat kita lihat bahwa pelaku bullying yang ingin diakui sebagai yang berkuasa pada lingkungan tertentu mempraktikkan tindakan yang tidak terpuji terhadap teman agar teman-teman yang lain takut dan menghargai dia.
Yang patut ditelusuri bahwa sikap seorang anak pelaku bullying saat di rumah dan di luar rumah. Yang menimbulkan orangtua kaget saat berurusan dengan pihak berwajib, dengan anaknya yang terlibat kasus bullying.
Sebagai orangtua mereka kaget dengan sikap anak mereka yang berbeda saat di rumah dan di luar rumah. Apakah pelaku bullying melakukan tindakan seperti itu karena terlalu berlebihan kasih sayang? Atau karena situasi keluarga yang menekannya saat di rumah dan saat berada di luar rumah dia berubah? Jawabannya tentu tergantung dari pola berpikir dan pengalamannya.
Korban bullying juga akan mengalami perubahan dari segi cara berbicara dan bertindak setelah mengalami bullying.
Situasi ini membuat korban tidak nyaman dalam belajar dan dalam dirinya penuh dengan amarah sakit hati dan keinginan untuk membalas.
Akan tetapi, dengan situasi yang ada tidak mampu untuk menunjukkan amarahnya, terpaksa diam dan melampiaskan itu dengan tindakan-tindakan yang dapat dilakukannya saat sendiri, baik menghancurkan barang bahkan bisa melukai diri sendiri.
Tindakan bullying ini adalah tindakan yang keliru dari remaja. Sebagai tindakan keliru karena menghancurkan masa depan teman dan juga masa depannya sendiri. Kalau peristiwa-peristiwa ini masih sering terjadi di kalangan remaja dan tidak cepat diatasi, bisa membuat keinginan untuk menciptakan generasi emas di masa mendatang hancur. Cita-cita itu bisa tidak tercapai.
Penyebab Bullying
Dapat dikatakan bahwa bullying terjadi bisa diakibatkan anak-anak sering menonton film-film aksi. Film-film yang menampilkan kekuasaan dari kelompok tertentu dan keberhasilan menghakimi seseorang. Bisa saja terjadi karena ini. Kemudian bisa juga terjadi karena anak-anak membentuk kelompok bermain (geng-geng) yang berujung pada pengambilan keputusan yang keliru. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka itu kelompok yang ditakuti oleh orang lain.
Pembentukan kelompok-kelompok seperti ini harus diwaspadai oleh orangtua, sekolah dan pihak berwajib. Selain tindakan bullying, bisa saja berakibat pada tawuran antara kelompok.
Mengatasi Bullying Dengan Hati
Menurut saya untuk mengatasi peristiwa bullying ini penting pembinaan di sekolah dan di rumah. Pembinaan yang menggunakan hati dengan memperhatikan kondisi dari seorang pribadi. Harus ada komunikasi dari hati ke hati. Pertama Kontrol orangtua.
Orangtua dapat melihat sikap dan tindakan seorang anak serta mempelajari bakat anak dan kegiatannya di media sosial. Dengan memperhatikan grup-grup media sosialnya dan bahkan mengecek isi-isi pesan mereka. Dengan mengetahui perubahan sikap anak, orangtua dapat bersosialisasi dari hati ke hati dengan anak bahkan bisa berkonsultasi dengan pihak-pihak tertentu.
Kedua, sekolah. Bimbingan konseling memang sangat dibutuhkan di sekolah. Untuk membina karakter anak menjadi lebih baik.
Peran guru untuk mengontrol anak-anak didik sangat penting dan mengevaluasi anak-anak yang dididik. Menurut guru-guru anak ini seperti apa. Kemudian bersosialisasi dengan anak-anak tentang saling menghargai dan persaudaraan. Penting juga untuk mengundang ahli-ahli dibidang konseling untuk bersosialisasi dengan anak-anak.
Dengan pengamatan dan pengenalan terhadap anak-anak dengan baik, kemudian melakukan pendekatan terhadap anak yang dari sikapnya menunjukkan kurang baik atau keliru. Penting juga kita mendengar keluhan dari anak-anak terhadap sikap dari beberapa teman.
Ketiga, pihak pemerintah. Menurut saya pihak pemerintah mesti melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang kekeliruan tindakan bullying dan akibat dari tindakan itu. Sosialisasi yang menyadarkan mereka bahwa terdapat tindakan yang boleh dan tindakan yang tidak boleh dilakukan.
Dengan menampilkan pasal-pasal yang ada bila melakukan tindakan keliru. Bukan untuk menakutkan melainkan untuk membawa mereka pada pola pikir mengenai kebenaran dan kebaikan.
Pendekatan personal atau pendekatan menggunakan hati lebih diutamakan. Bisa saja pelaku bullying melakukan tindakan itu karena pengalaman-pengalamannya yang dialaminya.
Menurut saya di sekolah penting juga diberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan bimbingan konseling bersama guru. Guru mesti cerdas dan kreatif mengali pengalaman-pengalaman dari anak agar mereka mampu untuk menceritakan pengalaman-pengalamannya.
Dengan kepedulian dari guru dan pendampingan yang personal seorang anak dapat saja berubah dari tindakan yang keliru menjadi ke tindakan yang baik. Anak-anak akan menjadi paham akan tindakan yang benar dan keliru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H