Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Belis di Manggarai dalam Menikah: Apakah Alasan Menunda Menikah?

16 Februari 2024   02:51 Diperbarui: 16 Februari 2024   03:12 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.congkasae.com/2021/05/menggali-makna-belis-dalam-budaya.html

Kaum Perempuan Diantar Ke rumah Laki-laki

Yang paling menarik juga adalah setelah kesepakatan dalam upacara adat membicarakan belis ini. Selanjutnya adalah kaum perempuan diantar oleh kaum keluarganya ke kampung atau rumah dari keluarga besar kaum laki-laki. dari upacara diantar ini dapat dilihat bahwa terjadi penyerahan dari kaum keluarga perempuan ke kaum keluarga laki-laki untuk dijaga dan sepenuhnya mendukung kehidupan keluarga kecil dari mempelai. Yang selanjutnya setelah sampai di rumah kaum laki-laki juga nantinya dilaksanakan juga upacara adat. Upacara pengantaran ini juga untuk kaum keluarga saling mengenal "tempat asal atau rumah atau kampung". Untuk mengetahui bahwa yang wilayahnya disebut dengan nama ini terletak di daerah ini. Sehingga ketika melewati jalur ini dapat untuk singgah. Upacara pengantaran ini membawa kesedihan tersendiri bagi kaum perempuan. Dia akan hidup dan akan mulai mengenal keluarga baru. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa keluarga dari masing-masing mempelai akan semakin besar.

Menikah Sebagai Pilihan

Menurut saya menikah itu adalah pilihan hidup. Tidak ada aturan atau tuntutan bahwa wajib menikah. Berkaitan dengan menikah atau tidak itu pilihan masing-masing orang. Tidak ada paksaan dari orang lain untuk menikah atau hidup sendiri seumur hidup. Pilihan hidup itu berdasarkan hati nurani orang yang bersangkutan. Dalam masyarakat juga tidak terdapat stigma keburukan bagi orang yang menikah atau tidak menikah. Menikah atau tidak menikah tidak terdapat persoalan sosialnya. Karena itu pilihan hidup. Tidak menikah bukan berarti tidakmampu, tidak normal atau lain sebagainya. Itu adalah pilihan.

Dalam budaya Manggarai juga tidak mewajibkan setiap orang untuk menikah, apabila tidak menikah akan dihukum. Tidak terdapat seperti itu. Kaum keluarga hanya menasihati dan memberikan saran. Berkaitan keputusan hidup untuk menikah atau tidak berada pada dirinya. Semua keputusan menikah atau tidak itu baik. Demi kebaikan masing-masing berdasarkan prinsip hidup masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun