Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Rabu Abu 14 Februari 2024: Pertobatan dan Kesadaran

12 Februari 2024   01:06 Diperbarui: 13 Februari 2024   16:02 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya merenungkan bahwa pertobatan itu seperti permintaan maaf dilakukan oleh kita ketika telah melakukan kesalahan terhadap orang lain. Misalnya, sebagai seorang anak melakukan kesalahan dan orangtua menegur kemudian anak ini meminta maaf. 

Dalam diri anak ini timbul kesadaran akan dirinya yang telah melakukan perbuatan kesalahan. Begitu juga pertobatan dengan mengakui dosa-dosa kita dihadapan Allah seperti meminta maaf dan mohon belas kasihan. Agar kembali hidup dengan bebas tanpa beban. 

Bayangkan jika anak tidak meminta maaf dan tidak menjalin hubungan yang baik dengan orangtua selanjutnya, hubungan mereka akan menjadi hancur dan komunikasi pun akan menjadi terputus.

Pertobatan bukan berarti bahwa yang terpenting sudah meminta maaf dan kemudian melakukan lagi kesalahan yang sama setelah itu nanti akan meminta maaf lagi. Saya mengambil jika seorang anak melakukan kesalahan yang sama terus menerus di sekolah, ditegur dan meminta maaf setelah itu mengulangi lagi kesalahan yang sama. 

Guru pasti akan bosan untuk menegur dan membiarkannya saja sampai pada kesadaran dari anak itu. Dengan demikian tidak terjadi komunikasi yang baik antara anak itu dan guru, bahkan terjadi pengabaian satu sama lain. 

Akan tetapi, sebenarnya guru bukan mengabaikan melainkan mendorong anak itu untuk sadar dan merenungkan kesalahannya hingga bertobat. Tuhan juga demikian, Tuhan akan mengamati kita dan selalu mengampuni kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan. Tuhan tetap mencintai kita, Dia menunggu kita datang padaNya untuk bertobat.

Dari Pertobatan Menuju Kebahagiaan

Setelah hubungan kita dengan Tuhan baik kita akan hidup dalam kebahagiaan bahkan sesuatu pencapaian yang luar biasa akan kita alami dalam hidup. 

Saya mengambil contoh bahwa seseorang yang awalnya hidup dengan mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudiaan dia disadarkan akan pengalaman tertentu dan hadir dihadapan Tuhan untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. 

Setelah itu mencari pekerjaan yang layak dan baik yang pada akhirnya mengubah hidupnya kearah yang lebih dan status sosialnya akan berubah. Oleh karena itu, di masa prapaskah ini nanti kita merefleksikan perjalanan hidup kita dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Dari perbuatan-perbuatan yang keliru menuju perbuatan-perbuatan positif.

Pertobatan seperti sebuah tanaman. Ketika tanaman itu kekurangan air pasti akan layu dan tidak segar. Kita yang melihatnya pun tidak tertarik pada tanaman itu. Yang mendorong kita untuk menyegarkan kembali tanaman itu dengan menyiram pada pagi dan sore hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun