Dalam kehidupan ini begitu banyak tantangan dan persoalan hidup yang seringkali melanda manusia. Manusia lahir dengan karakter yang beranekaragam. Dan manusia juga terlahir dengan kemampuan berpikir yang berbeda. Pola pikir yang berbeda ini mendorong manusia berbeda dalam konsep kehidupan.Â
Bahkan juga berbeda argumentasi. Diantara sesama manusia ini ada tidak saling menerima pendapat dan dari hal ini bisa menyebabkan perkelahian.Â
Entah karena tersinggung, cepat marah, tidak mau direndahkan, merasa harga diri direndahkan, dan sebagainya. Dengan demikian kehidupan di tengah masyarakat terkadang tidak harmonis. Hakikat manusia sebagai makhluk berelasi tidak ada jadinya, karena persoalan-persoalan itu.
Manusia sebagai makhluk sosial sebenarnya harus hidup dalam sebuah masyarakat dengan saling memahami karakter masing-masing. Setiap orang harus dewasa dalam berpikir, bahwa manusia itu tidak sama, karena tidak sama maka banyak hal yang berbeda.Â
Ada yang memiliki kekurangan dan ada yang memiliki kelebihan. Sebagai makhluk sosial, manusia harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Esensi dari manusia sebagai makhluk sosial harus tetap ada.
Dalam masyarakat Manggarai persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat harus diselesaikan secara kekeluargaan. Dan persoalan yang ada tidak boleh dibesarkan ( bawa ke pihak berwajib dan sebagainya).Â
Penyelesaian persoalan di Manggarai ini dengan budaya hambor (damai). Yang tadi bermasalah didamaikan agar kembali membangun relasi sebagai manusia, saling menyapa, membagi, bekerja sama dan berelasi layaknya sebagai seorang manusia.
Permusuhan membuat sebagian dari esensi manusia hilang atau lenyap. Bentuk-bentuk persoalan misalnya, persoalan karena perbedaan pendapat, perselingkuhan, pencurian, dan hal-hal lainnya dapat diselesaikan dengan hambor. Langkah-langkah dalam hambor ini ada beberapa:
Pertama, orang penting dalam kampung itu atau dalam sebuah keluarga dan dalam hal ini orang yang umurnya lebih atau juga orang yang pandai berbicara dan bijaksana.Â
Dia yang berusaha untuk menghamborkan orang yang bermasalah. Dia menyelidiki dahulu apa persoalannya sehingga terjadi perselisihan antara kedua belah pihak.
Kedua, dia memanggil keluarga terdekat bila dia bukan bagian dari keluarga itu dan jika dia bagian dari keluarga itu, dia memanggil salah satu pihak yang bermasalah, dan kemudian ditanyakan alasan mengapa terjadi perselisihan. Dan setelah dia bertanya ke pihak itu selanjutnya dia memanggil atau mengunjungi juga pihak sebelah yang bermasalah dengan pihak pertama tadi.
Ketiga, setelah ditelusuri dan mengetahui persoalan kedua belah pihak. Kemudian dia memanggil kedua belah pihak untuk hadir di salah satu rumah. Dan disini terjadilah hambor.
Dalam hambor ini orang yang menjadi pribadi yang menghamborkan berbicara kepada kedua belah pihak bahwa tidak boeh bermusuhan dan jangan simpan di dalam hati segala perkataan dan perbuatan yang sudah berlalu dengan istilah-istilah budaya.Â
Oleh karena itu, dia mengambil tuak/alkohol (simbol untuk mengdamaikan) kedua belah pihak. Kemudian kedua belah pihak memulai saling meminta maaf diantara sesama mereka.Â
Bisa juga mengungkapkan kesalahpahaman atau kekeliruannya melakukan hal demikian. Kedua pihak sudah didamaikan dan saling merangkul satu sama lain. Akhir dari hambor ini kedua pihak saling mengungkapkan bahwa mereka akan membangun relasi, menyapa, mengunjungi dan sebagainya.
Hambor dalam budaya Manggarai sebuah tradisiyang dilakukan untuk membangun keharmonisan dalm hidup bersama. Hambor ini tidak membutuhkan biaya. Karena dalam hambor ini dilakukan melalui sistem kebudayaan. Hambor ini mempersatukan mereka yang tercerai berai.
Saya pernah menyaksikan hambor di dalam sebuah keluarga. Persoalannya adalah kaum laki-laki memukul istrinya dan istrinya ini pulang ke rumah orang tuanya. Setelah mereka hampir berbulan-bulan tidak hidup atau tinggal dalm satu atap, orang yang tertua dari pihak perempuan mengantar perempuan atau istri dari lak-laki ini kembali ke rumah laki-laki.Â
Sampai disana orang yang tertua dari kaum laki-laki juga hadir. Mereka pun mulai mengdamaikan suami-istri ini. dengan kaum laki-laki meminta maaf atas kesalahan yang dilakukanya. Yang saya saksikan waktu itu, suami dari perempuan ini mengambil tuak/alkohol dan meminta maaf ke istrinya dan kaum keluarga.
Setelah itu selesai mereka pun menangis dan saling berpelukan. Artinya bahwa mereka telah dipersatukan lagi. Memang hambor ini cukup sedehana. Akan tetapi tidak semudah yang kita pikirkan.Â
Bayangkan saja bahwa kita berusaha mempersatukan kedua kepala yang memiliki pemikiran masing-masing. Sulit dan berat. Orang yang mendamaikan mereka ini adalah mereka yang paham tentang budaya dan sebagainya. Singkat ata dalam hambor ini ada budaya cica (solusi) agar dapat didamaikan.
Oleh karena itu, dalam budaya Manggarai penyelesaian masalah biasanya diselesaikan dalam tahap ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H