Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Anak Milenial: Berdoa Rosario, Devosi kepada Bunda Maria Bulan Oktober sebagai Umat Katolik di Tengah Covid-19

15 Oktober 2020   10:30 Diperbarui: 15 Oktober 2020   10:36 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Oktober sebagai bulan rosario juga sebagai bulan berdevosi kepada bunda Maria, dimana umat Katolik dengan tekun mendaraskan doa rosario, umat Katolik mendaraskan doa rosario dari rumah ke rumah. 

Sekarang di bulan Oktober ini saya lebih kepada refleksi atau permenungan saya mengenai berdoa rosario di tengah pandemi covid-19. Saya tidak fokus pada asal usul berdoa rosario di bulan Oktober. Sekali lagi saya hanya fokus pada refleksi mengenai berdoa rosario di tengah pandemi covid-19 ini.

Di tengah pandemi covid-19 ini, bagaimana umat Katolik berdoa rosario dari rumah ke rumah? Kalau dari pengalaman saya secara pribadi di Manggarai sana di bulan Oktober biasanya berdoa rosario itu dari rumah ke rumah yang sering disebut dalam bahasa Manggarai ngaji giliran. 

Dalam berdoa rosario itu kebersamaan sebagai umat Katolik dibangun dan ada rasa persaudaraan yang dirasakan diantara umat. Dimana setiap umat saling mengunjungi satu sama lain dari rumah ke rumah. Satu lingkungan setiap malamnya mengunjungi satu rumah.

Setelah berdoa rosario biasanya, ada kebersamaan juga dengan membagikan cerita atau pengalaman masing-Msing sambil menikmati kopi dan snack. Pokoknya seru, bahagia dan penuh persaudaraan. Itu yang terjadi di saat pandemi belum ada. Namun sekarang berbeda halnya. 

Bulan oktober di tengah pandemi ini, membuat jaga jarak sehingga berdoa rosario dari rumah ke rumah tidak ada. Tidak bisa lagi bercanda bersama di malam hari dengan saling membagikan cerita dan medaraskan doa-doa secara bersama-sama.

Akan tetapi, pandemi covid-19 ini bukan berarti menghalangi kita untuk berdoa rosario. Kita tetap mendaraskan doa rosario secara pribadi di tengah pandemi ini. Mendaraskan doa rosario secara pribadi itu penting sekali untuk kita semua, untuk masuk dalam permenungan. Kita berdoa untuk menyerahkan diri kita pada Tuhan di tengah masa krisis ini, agar Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Masalah kita di tengah pandemi ini diserahkan kepada Tuhan melalu Bunda Maria.

Pandemi ini menjadi refleksi bagi kita akan pentingnya kebersamaan dan persaudaraan. Tidak adanya berdoa rosario secara bersama dari rumah ke rumah membuat kita merenung akan pentingnya hidup bersama. Di tengah pandemi ini terbangun rasa rindu atau kangen dalam diri kita akan kebersamaan dalam berdoa rosario di bulan oktober. 

Kesadaran ini membuat kita berefleksi bahwa selama sebelumnya di bulan berdevosi kepada bunda Maria kita tidak pernah ikut dan di tengah pandemi ini kita merefleksikan itu dan sadar bahwa ternyata kebersamaan dan berdoa bersama di bulan rosario itu penting sekali.

Saya secara pribadi menyadari akan hal ini. Di bulan oktober ini saya sadar akan pentingnya kebersamaan dalam berdoa rosario bersama di bulan oktober sebagai momen berdoa bersama dan membangun persaudaraan. Sebelumnya jarang mengikuti doa rosario dari rumah ke rumah dan sekarang menjadi sadar di tengah pandemi ini akan pentingnya berdoa rosario dari rumah ke rumah.

Berdoa rosario bersama di bulan Oktober ini sebagai bentuk berdoa juga untuk bersyukur bersama pemilik rumah yang kita kunjungi dan juga secara khusus berdoa untuk keluarga yang kita kunjungi. Jadi umat Katolik di bulan Oktober selain berdoa rosario bersama juga membangun persaudaraan. 

Di tengah pandemi ini misalnya saya sebagai pemilik rumah rindu juga akan saudara saudara yang mengunjungi rumah saya saat berdoa rosario bersama. Dimana penuh kebahagian dan persaudaraan orang datang.

Bulan Oktober ini sebagai bulan berdoa rosario juga momen dimana anak-anak berkumpul bersama, bercerita bersama. Jadi anak-anak disadarkan sejak keci akan pentingnya kebersamaan, persaudaraan dan berdoa bersama. 

Saya teringat akan masa kecil saya saat di bulan Oktober berdoa rosario. Setelah berdoa rosario selesai, saya dan teman-teman membagikan cerita bersama. Disini ada canda tawa, pokoknya menghibur sekali.

Pandemi covid-19 ini tantangan bagi kita umat Katolik, apakah kita masih setia berdoa rosario pribadi di buln Oktober ini? Karena mungkin kita hanya mau berdoa rosario secara bersama, dan kita kurang menyadari akan pentingnya juga berdoa rosario pribadi. Mungkin kita berpikir bahwa, di tengah pandemi jaga jarak berarti tidak berdoa rosario. Berdoa rosario secara pribadi itu yang mesti dilakukan jika belum bisa berdoa rosario dari rumah ke rumah.

Yang menjadi momen tidak terlupakan di bulan rosario ini yaitu bulan Oktober adalah ketika perarakan patung bunda Maria dari satu tempat ke tempat lain. Dimana yang hadir adalah ribuan umat. Waktu itu tepatnya di Manggarai ada perarakan patung bunda Maria dari sebuah biara menuju ke Gua Maria yang bernama Gua Maria Golocuru. Umat yang hadir itu ribuan dan penuh antusias. Kebersamaan da persaudaraannya luar biasa. Kita berjalan berkilo-kilo sambil mendaraskan doa rosario dengan lilin bernyala, dimana hanya lilin yang bernyala di tengah gelapnya malam.

Sebagai anak milenial yang jatuh pada ketagihan Hanphone atau internetan mungkin lebih cenderung jarang mengikuti kegiatan seperti ini. Lebih suka menonton youtobe, game dan sebagainya dibandingkan kegiatan berdoa bersama dan kegiatan bersama. Anak-anak milenial harus menyadari akan pentingnya kebersamaan. 

Dan peran orang tua untuk menyadari anak-anak milenial ini sangatlah penting. Akan tetapi bila kita sebagai orang tua juga mengabaikan kegiatan doa bersama itu juga akan mempengaruhi anak-anak. Mereka akan mengikuti kita sebagai orang tua, sebaliknya. Singkatnya orang tua menjadi teladan.

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun