Bukan. Kalau pemikiran kita masih seperti itu, kita tidak akan berkembang dan tidak dapat berprestasi.Persoalan mengenai suku, budaya dan ras mesti diselesaikan dan tidak boleh ada sekarang. Kita mesti bersatu.
Kekerasan terhadap perempuan juga mesti tidak boleh ada lagi di zaman milenial ini. Laki-laki tidak boleh menganggap rendah martabat perempuan.Â
Karena kita entah laki-laki maupun perempuan memiliki martabat yang sama sebagai manusia dan sama-sama memiliki potensi untuk berprestasi dan mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa. Prinsip mengenai martabat perempuan renda atau dibawah laki-laki harus dihapuskan. Karena kita mesti melihat bahwa banya perempuan Indonesia yang berprestasi.
Sebagai pemuda Indonesia kita harus sering berdialog mengenai cara untuk mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa ini, dan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemuda Indonesia agar tidak ada persoalan suku, agama dan ras:
Pertama, Â berkomunikasi melalui dialog. Sebagai pemuda Indonesia kita mesti sering melakukan diskusi satu sama lain. Kita harus saling melakukan dialog atau komunikasi. Berdialog dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang orang itu. Kita berdialog mengenai cara yang terbaik agar kita dapat berprestasi dan tetap bersatu dalam hidup berbangsa.
Kedua, saling menghargai. Sebagai pemuda Indonesia kita harus saling menghargai satu sama lain. Kita harus saling mendengarkan pendapat dan masukkan dari orang lain. Dan juga menghargai suku, agama dan ras dari orang itu.
Ketiga, bersosialisasi. Pemuda milenial sekarang mesti melakukan sosialisasi ke tengah masyarakat mengenai pentingnya hidup bersama dan indahnya keberagaman dalam hidup bersama, agar tidak ada lagi persoalan suku, agama dan ras di Indonesia. Pemuda mesti memberikan pengarahan kepada masyarakat karena mereka mungkin belum memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H