Dengan kata lain, mampu secara berlahan-lahan untuk membawa anak-anak keluar dari rasa kenyamanan bersama orangtua, untuk merasakan suasana aman di sekolah.Â
Saya merasa bahwa guru kelas satu SD itu luar biasa karena berhadapan dengan anak-anak yang sebagian belum tahu sama sekali tentang dunia pendidikan, membaca belum bisa, menulis dan juga menghitung.
Saya saat masuk sekolah dasar kelas satu SD, saya sama sekali belum bisa membaca, menulis dan menhitung.
Saya berangkat ke sekolah dengan pikiran kosong akan apa itu sekolah. Yang saya tahu bahwa sekolah itu bisa bermain dengan teman-teman dalam jumlah yang banyak. Dan saya berjumpa dengan sosok seorang guru kelas satu yang keras, tidak bisa membaca berlutut.Â
Dengan itu saya menjadi pribadi yang berusaha agar bisa membaca dan menulis sertia menghitung. Karena saya sudah berjumpa dengan guru yang tidak sama dengan orangtua saya.Â
Guru ini seorang yang keras, kalau anak-anak tidak mau dan tidak tahu membaca akan berlutut. Tidak sama seperti di rumah kalau tidak menuruti perintah orangtua dibayar dulu mengunakan uang agar menuruti. Jadi di sekolah mental diubah untuk mandiri.
Saat pulang kita juga pulang secara bersama-sama dan di rumah mama kita siap menanti kedatangan kita dengan senyuman.
Mama saya dulu setiap kurang lebih jam 11 siang, karena anak-anak kelas satu pulangnya sekitar jam itu sudah menunggu saya di pintu rumah, menyambut kedatangan saya, memeluk dan ditanya tentang kegiatan di sekolah. Indahnya sekolah tata muka.
Anak-anak kelas satu sekolah dasar tahun ini menjadi salah "satu korban" dari adanya sekolah online ini.
Mereka tidak bisa berjumpa dengan teman-teman baru, bermain bersama, pergi sekolah bersama dan memakai seragam baru. Mereka belum merasakan kebingungan saat guru memanggil nama kita bahkan kita sendiri juga tidak tahu.Â