Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Terbunuh di Tanah Rantauan, Seperti Nasib Anak Manggarai Di Makasar

16 September 2020   00:39 Diperbarui: 16 September 2020   20:19 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembunuhan bukanlah sebuah sikap penyelesaian masalah yang cepat, justru pembunuhan mendatangkan masalah baru yang lebih berat, bukan hanya antar keluarga pelaku dengan keluarga korban bahkan jika bisa mencakup seluruh. Apalagi jika pembunuhan itu terjadi bukan di daerah asal dari korban. Dan tindakan pembunuhan ini tentu melanggar hukum. 

Dan cara dia menyelesaikan masalah itu salah. Kita memang tahu bahwa masalah ini sudah dibawa ke ranah hukum, akan tetapi emosional keluarga dari korban tentu belum hilang. 

Oleh karena itu, pihak keamanan bekerja keras dalam bekerja agar tidak terjadi korban lagi. Dan masalah dapat diselesaikan melalui jalur hukum bukan kekerasan fisik lagi.

Kalau setiap masalah diselesaikan dengan kekerasan fisik seperti pembunuhan yang terjadi atau yang dialami Marcel, seperti apakah keadaan yang ada dalam masyarakat. 

Hidup di atas pembunuhan, dendam, dan situasi tidak aman. Kebahagiaan pun menjadi tidak ada. Kita akan hidup dalam ketakutan, kecemasan. Maka, hindari penyelesaian masalah dengan cara seperti pembunuhan.

Anak Rantauan

Nasib menjadi anak rantauan memang tidak menentu, sebagai orang yang datang ke daerah orang dia harus bertidak sopan dan mengikuti kebudayaan setempat. Meskipun dia sudah menampilkan sikap yang sopan, namun tidak sesuai dengan kemauan orang setempat , dia kadang ditindas. 

Nasib menjadi anak rantauan ada yang bernasib baik namun ada juga yang bernasib buruk. Nyawa kadang tidak dihargai oleh orang lain. Tujuan utama mencari nafkah dan pulang bisa membawa kesuksesan ke daerah asal hanya sekedar cerita bagi mereka yang bernasib buruk di tanah rantauan.

Sebagai anak rantauan tentu perjuangan untuk bertahan hidup juga tidak mudah, tuntutan biaya hidup di tanah rantauan dan berusaha untuk  memenuhi kebutuhan keluarga di kampung halaman. Adakalanya makan enak namun terkadang juga makan apa adanya. Yang terpenting bisa membahagiakan keluarga. 

Keluarga di kampung bisa bahagia, tersenyum meskipun mereka tidak tahu apa pekerjaan kita di tanah rantauan. Intinya mereka bangga dengan diri kita. 

Anak rantauan selalu disalahkan oleh mereka yang menganggap diri pintar di situ. Anak rantauan mesti berjalan bungkuk di tengah mereka yang nakal di tanah rantauan, tidak bisa bertindak melarang mereka yang punya kekuasaan bagi diri dan menurut mereka sendiri. Anaka rantauan selalu menjadi pribadi yang mengalah meskipun benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun