Â
Kisah dan perjuangan hidup mesti menjadi prioritas. Untuk dapat bertahan hidup sesorang harus bekerja, dan jika tidak bekerja dia akan kelaparan bahkan mati secara tidak layak.Â
Manusia itu makhluk kerja, maka harus kerja untuk dapat bertahan hidup. Belum lagi manusia yang hidup berkeluarga sebagai sosok seorang bapak, ada istri dan anak, dia mesti hidup menafkahi mereka. Ini sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya terhadap keluarganya.Â
Berikut ini kisah menarik yang saya perhatikan pada seorang pengusaha kecil kios obat pertanian di Lembor-Kabupaten Manggarai Barat- Flores-NTT. Kios ini bernama kios karya tani yang terletak tepat di depan Gereja Katolik Wae Nakeng Lembor, dan ini menjadi kios pertama dari Gereja. Kios sudah berjalan hampir tiga tahun. Dan pemelilik kios ini bernama bapak Chandra.
Kisah awal beradaya kios ini adalah tanpa modal usaha, hanya awalnya bergantung pada seorang wirausahawan kaya. Obat-obat yang dijual di kios dari pengusaha itu semua.Â
Pak Chandra berusaha untuk memperoleh keuntungan sedikit dari persen obat yang terjual. Lumayan dia memperoleh keuntungannya. Siapa sih pak Chandra ini? Awalnya dia adalah seorang yang bekerja pada sebuah perusahaan pertanian sebagai agen promosi obat ke petani-petani di Lembor-Manggarai Barat.Â
Dia bahkan mengubah pola pikir masyarakat atau mentalitas masyarakat petani diubah. Kalau dikatakan sih dia sudah menerapkan revolusi di kalangan petani.
Hal ini berdasarkan kesadarannya akan pentingnya membimbing petani terkait menanam yang baik. Dia menyadari bahwa petani membutuhkan seorang yang membimbing mereka.
Dia mengubah pola kerja dari para petani di Lembor. Sehingga para petani bisa menghasilkan uang lebih banyak. Para petani dianjurkannya untuk memanfaatkan lahan dengan menanam Lombok dan tomat.Â
Juga dalam menanam padi serta cara merawat tanaman padi. Alhasil petani menjadi jaya dan makmur. Ini merupakan sebuah kesuksesan besar menurut saya.Â
Banyak petani pun mengikuti apa yang disarankannya, sehingga hasilnya sekarang dapat terlihat. Bahkan sampai sekarang di saat pak Chandra ada kios Karya tani, dan tidak bekerja pada perusahaan lagi dia tetap membantu petani-petani dalam mengolah lahan.Â
Sehingga di kiosnya banyak petani yang datang untuk berkonsultasi mengenai tanaman. Mulai dari kerusakan pada tanaman, penyebabnya dan obat untuk mengatasinya. Boleh dibilang dia sebagai "dokter pertanian, dan kiosnya apotik pertanian". Ini dalam istilah saya.
Saya hampir satu minggu membantu bekerja di kios ini, dan saya mengamati petani yang datang, cara melayani pak Chandra terhadap petani yang datang dan gaya bicara petaniyang berkonsultasi tentang tanamannya.Â
Pak Chandra menjelaskan ke petaninya penyebab tanaman mengalami gejala seperti itu dan cara pencegahan serta pengobatannya agar tanaman kembali baik.Â
Saya secara pribadi kagum dengan dia, bahkan pak Chandra selalu turun ke lokasi untuk melihat tanamannya. Ini merupakan sebuah kinerja kerja yang bagus dalam masyarakat berusaha untuk membuat masyarakat menjadi makmur dan sejahtera. Konsep memanusiakan manusia itulah prinsip pak Chandra.Â
Karena ada masyarakat yang SDM-nya rendah, oleh karena itu kita yang mengerti mesti mengarahkan dan mengajar mereka. Kepandaian saya secara pribadi diadakan bukan untuk saya sendiri tetapi untuk semua orang, hanya kepandaian itu dititipkan melalui akal budi saya untuk mengertinya, ucap pak Chandra.
Mendengar ucapan ini, saya disadarkan bahwa membimbing dan membagikan pengetahuan kita kepada orang lain itu sesuatu hal yang penting dalam hidup. Pak Chandra ini tidak hanya sebatas berkata-kata saja tanpa melaksanakannya. Dia juga melakukan apa yang dikatakannya kepada petani. Dia juga ikut menanam tomat dan Lombok, supaya secara actual mengyakinkan petani bahwa apa yang disampaikannya adalah benar.
"Kami baru memegang uang dalam jumlah yang banyak"
Inilah kata-kata yang diucapkan para petani Lombok dan tomat yang dibimbing oleh pak Chandra di Lembor. Mereka mengakui bahwa selama menjadi petani Lombok dan tomat yang dibimbing oleh pak Chandra mereka baru memegang uang dalam jumlah yang besar. Sehingga tidak minder dalam bergaul di tengah masyarakat. Perkataan para petani ini menunjukkan bahwa mereka telah sampai pada tahap makmur dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H