Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Relevansi Tanggung Jawab Levinas di Tengah Covid-19

22 Juli 2020   17:12 Diperbarui: 22 Juli 2020   17:11 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Pengantar 

Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, manusia dapat hidup dalam bentuk relasi dengan orang lain. relasi ini sebagai bagian pengambilan dari seorang akan orang lain. aku mengambil bagian dari yang lain sebagai bagian dari aku. Dalam hal ini penulis ingin mengelaborasikan pandangan dari levinas mengenai etika tanggung jawab dengan situasi sosial saat ini. Bagaimana tanggung jawab dari subjek akan yang lain sebagai makhluk sosial di tengah pandemik covid 19. Tanggung jawab dari aku ini akan yang lain ditunjukkan dalam bentuk sikap kepedulian akan keberadaan orang lain.

Tanggung Jawab Dalam Pandangan Levinas

Etika Levinas lebih tepat disebut etika fundamental.[1] Sikap tanggung jawab atas orang lain itulah yang mendorong dia bereksistensi sebagai manusia. Ketika dikaji dan dianalisis secara kritis, konsep tanggung jawab Levinas sangat memberikan inspirasi bagi pembentukan sikap seseorang ketika berelasi dengan orang lain. Salah satu kecenderungan buruk manusia dewasa ini adalah menggunakan kehadiran orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan dirnya sendiri. Begitupun, sikap tanggung jawab biasanya dilakukan seseorang, karena ada dorongan untuk pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri. 

Tanggung Jawab Non Normatif Levinas tidak memberikan suatu perintah atau peraturan tertentu sebagai landasan dalam tanggung jawab. Di sini ia tidak berbicara secara normatif. Bukan normatif dalam arti bahwa Levinas tidak mengatakan bahwa kita harus memperhatikan orang lain, harus menghormatinya, harus bersedia bertanggung jawab atasnya. Ia tidak memberikan suatu aturan yang harus kita laksanakan, karena ia berbicara secara fenomenologis dengan menunjuk pada sebuah kenyataan dalam kesadaran kita.

Ia mau membuka mata kita akan suatu lapisan kenyataan dalam kesadaran yang umumnya tidak diperhatikan. Kita biasanya tenggelam dalam hiruk pikuk kesibukan sesaat, tapi sebenarnya beban tanggung jawab primordial itulah dorongan dasar segala perhatian dan keprihatinan kita.[2] Ia mencoba menunjukkan bahwa manusia dalam segala penghayatan dan segala sikapnya didorong oleh sebuah impuls etis yakni tanggung jawab terhadap sesama.

Kenyataan paling mendasar adalah perjumpaan dengan seseorang. Penampakan Wajah mengundang saya untuk bertanggung jawab. Levinas ingin menegaskan bahwa subjek bukanlah bagi dirinya, tapi seorang untuk Orang Lain. Subjek menjadi subjek karena bertanggung jawab atas Orang Lain. Saya memberi perhatian bukan bagi diriku sendiri namun pertama-tama bagi orang yang mendatangiku dengan wajahnya.[3]

Tanggung jawab yang mau ditekankan oleh Levinas yakni tanggung jawab atas orang lain. Orang lain menjadi target atau sasaran yang harus diperhatikan, diperjuangkan atau lebih tepatnya adalah peduli dengan memiliki sikap simpati dan empati yang mendalam. "Saya memberi perhatian bukan bagi diriku sendiri namun pertama-tama bagi orang yang mendatangiku dengan wajahnya".[4] Sangat jelas bahwa seseorang tidak hidup dalam keegoisannya. Ia hadir bukan hanya untuk dirinya sendiri. Sebaliknya ia juga hadir bagi sesamanya, sebab sesamanya juga adalah bagian dari dirinya. 

Tanggung jawab ini menuntut suatu totalitas, bukan karena ada unsur paksaan. Totalitas yang dimaksudkan adalah seseorang yang benar-benar masuk dan mengalami kehidupan sesama yang menderita, melarat, tersingkirkan, diabaikan dan sejenisnya. Beban orang lain menjadi beban saya, tanggung jawab orang lain menjadi tanggung jawab saya. Artinya, tanggung jawab harus dipahami secara pasif, yang mana tanggung jawab itu berada di luar kebebasanku.[5]

Elaborasi Tanggung Jawab Levinas Dengan Situasi Sosial Di Tengah Pandemik Covid 19

Pandemik covid 19 ini mempengaruhi situasi dalam masyarakat sekarang ini. Timbul krisis relasi dalam masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat menunjukkan relasi dan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Situasi virus ini yang mengajurkan agar setiap pribadi untuk menjaga jarak dan dirumah saja membawa hakikat manusia sebagai manusia terputus. Dan tanggung jawab aku untuk orang lain di tengah pandemik ini masih ada.

Pemerintah bertanggung jawab untuk seluruh masyarakatnya. Aku sebagai tetangga bertanggung jawab dengan yang lain sebagai tetangga dengan memberikan sembako saat mereka krisis dan saya memiliki kelebihan.

Tanggung jawab subyek di sini di satu sisi hanya untuk memenuhi kebutuhan dari tuntutan. Misalnya seorang kepala desa berani membagikan sembako dari rumah ke rumah karena tuntutan dari bupati untuk membagikan sembako yang sebenarnya dia takut untuk menjalankannya. Tanggung jawab dalam hal ini hanya untuk memenuhi tuntutan saja.

Dalam diri subyek yang menjalankan tanggung jawab disini terdapat beban dalam menjalankannya. Sisi positif dari tanggung jawab disini di tengah pandemik ini adalah adanya kepedulian terhadap sesama yang menderita. Kepedulian ini dengan mengambil bagian dari yang lai sebagai bagian dari aku. Aku menghidupkan dalam diriku pribadi yang lain.

Aku sebagai subyek merasakan penderitaan dari orang lain, karena kelaparan di tengah  pandemik ini. Kelaparan yang terpengaruh sebab tidak bisa menjalankan aktivitas. Dengan mengambil bagian dari yang lain saya menunjukkan tanggung jawab aku sebagai makhluk sosial. Dalam diri timbul kesadaran untuk menjaga kenyamanan dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Dengan meng-karantina diri di saat terinveksi virus agar tidak mempengaruhi hidup orang lain.

Aku bertanggung jawab atas diri disini sebagai bentuk bertanggung jawab atas diri orang lain. karantina sebagai bentuk tanggung jawab itu. Bentuk tanggung jawab terhadap yang lain ini muncul dalam diri setiap orang karena kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang peduli akan kehidupan orang lain.

Pandemik ini dapat merusak mental seseorang karena ketakutan, yang membawa pada sebuah kebinggungan dalam menjalankan kehidupan. Sebagai bentuk tanggung jawab dari aku terhadap yang lain. Aku mesti membangun kepercayaan diri dalam pribadi orang itu dengan empati dan menolong. Kemudian mendorong orang lain untuk membantu yang lain pula. Membangkitkan kesadaran dalam diri orang lain bahwa pandemik ini menjangkau banyak orang dan oleh karena itu sikap mendiskrimimasi sosial mesti dihindari. Fenomena sosial diskriminasi ini yang terjadi, mengasingkan mereka yang sedang sakit yang belum diketahui penyakitnya.

 

Daftar Pustaka: 

K Bertens, , 1985, Filsafat Barat Abad XX, Jilid II Prancis: Jakarta. PT Gramedia, 1985.

Suseno Magnis, Etika Abad Kedua Puluh: Emmanuel Levinas, Panggilan Orang Lain, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun