Mohon tunggu...
charles siahaan
charles siahaan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya penulis freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya penulis freelance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kementan Sigap Tangani Sub Sektor Perkebunan Hadapi Fenomena La Nina

20 November 2021   10:11 Diperbarui: 20 November 2021   10:18 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementan sigap menangani sub sektor perkebunan dalam menghadapi fenomena la nina (sumber: Humas Kementan)

Curah hujan dengan intensitas tinggi dan terus menerus di beberapa wilayah Indonesia serta kejadian bencana alam yang dipicu ole La Nina akan sangat berdampak pada keberlangsungan pertanian termasuk perkebunan.

Rilis  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Oktober lalu memprediksi puncak musim hujan di Indonesia diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022. Menyikapi hal itu, Kementerian Pertanian sigap dan segera melakukan penanganan bagi komoditas pertanian termasuk sub sektor perkebunan agar memiliki mutu yang baik dalam menghadapi kondisi alam ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta seluruh jajarannya agar meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan curah hujan di akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022, dan segera melakukan peringatan atau upaya penanganan untuk seluruh komoditas perkebunan agar tetap aman, terjaga, dan tersedia.

Sesuai arahan Mentan, Ditjen Perkebunan (Ditjenbun) terus berupaya melakukan langkah penanganan atau pencegahan pada sub sektor perkebunan dalam mengantisipasi fenomena La Nina.

Direktur Perlindungan Perkebunan, Ardi Praptono, mengatakan secara umum komiditas perkebunan ditanam pada daerah-daerah lahan kering dan dataran tinggi, serta memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan tanaman pangan maupun holtikultura, di mana kondisi tanaman perkebunan lebih kuat. "Sehingga, apabila terjadi bencana alam akibat fenomena La Nina seperti banjir, angin puting beliung, tanah longsor, banjir bandang dan serangan OPT, tidak berdampak secara signifikan terhadap tanaman perkebunan dan tidak akan berpengaruh terhadap produksi," katanya.

Dampak negatif dari fenomena La Nina terhadap sub sektor perkebunan di Indonesia antara lain menyebabkan terjadinya eksplosi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), khususnya berbagai penyakit akbiat jamur, serangan hama tikus, dan penurunan mutu hasil produksi perkebunan, serta terjadinya banjir pada lahan perkebunan terutama pada lahan gambut yang merupakan lahan yang sensitif untuk ditanami komoditas perkebunan. Apabila tidak dikelola dengan baik terutama pada musim kemarau, berpotansi menyebabkan kebakaran lahan. Sedangkan pada musim penghujan, akan menyebabkan banjir. Tak hanya itu, komoditas perkebunan mayoritas ditanam pada dataran tinggi dengan tingkat topografi yang curam/lereng gunung, sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dapat memicu tanah longsor yang berdampak pada lahan perkebunan.

Sedangkan dampak positif jika terjadi La Nina bagi sektor perkebunan, salah satunya yaitu sebagai cadangan air atau mengisi penampungan air (embung, parit, dan lain-lain) sehingga bisa mengoptimalkan irigasi. Selain itu, air hujan membuat ketersediaan air tanah cukup sehingga penananman tanaman perkebunan dapat dilaksanakan lebih awal.

Program Direktorat Jenderal Perkebunan dalam upaya penanganan dampak La Nina antara lain melalui Penerapan Hama Terpadu (PHT) komoditas perkebunan, Pembuatan Metabolis Sekunder Agens Pengendali Hayati (MS APH), pengendalian secara terpadu melalui sistem aplikasi pada website Ditjenbun (SinTa dan Avi My Darling). Sedangkan untuk mengetahui ketersediaan air tanah, Ditjenbun bekerja sama dengan BMKG dan Balitklimat - Litbang Kementan untuk membangun Sistem Informasi  Rencana Tanam dan Infrastruktur Air Perkebunan untuk Komoditas Utama (SIRAMI KEBUNKU).

"Untuk itu, Kementan melalui Ditjenbun melakukan strategi penanganan fenomena La Nina pada sub sektor perkebunan melalui kegiatan mitigasi dan adaptasi," ujar Ardi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun