Mohon tunggu...
Charles Sareng
Charles Sareng Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

hobi nonton bola, menyukai alam, senang melakukan kegiatan sosial dan suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rindu Masakan Mama

31 Agustus 2024   17:30 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:33 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin karena capek, bekerja seharian dengan berbagai macam perekerjaan mulai dari mencuci, memasak, bersihkan rumah, antar anak sekolah dan masih banyak pekerjaan yang sama di hadapi setiap  hari. Kira-kira begitulah pekerjaan seorang ibu rumah tangga.

Suatu waktu  istriku pernah bilang kepada saya, pa saya sudah cukup bosan untuk memasak. Karena memasak itu bukan diriku, tiap hari kupas bawang merah , kupas bawang putih, iris tomat, kupas jahe, ulek bumbu dan masih banyak bumbu dapur lainnya di bersihkan setiap kali memasak. Walaupun di sisi lain memasak adalah kewajibannya. kami sekeluarga harus akui bahwa masak ibu dari anak-anakku sangat enak dan memiliki cita rasa yang sulit untuk di lupakan.

Apa lagi saat jam makan siang di mana istriku sedang memasak pasti kami semua akan ke dapur menemaninya dan menyaksikan dia memasak sambil berharap cepat selesai.

Sebagai seorang suami, saya sangat memahami perasaan istriku. Kadang saya membantunya ulek bumbu dapur, mencuci piring, mencuci pakaian Bahkan sapu lantai dan mengepel. Itu semua ku kerjakan dengan tulus sebagai bentuk rasa sayangku padanya. Mendengarkan semua keluhannya dan memberikan penguatan padanya bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah salah satu pilihan yang paling mulia demi keluarganya.

 Waktunya sangat berharga untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anak kami dalam hal mengajarkan anak menulis, mengajarkan membaca, mengajarkan disiplin serta yang paling penting mengajarkan sopan santun. Itu terjadi beberapa tahun yang lalu di saat anak-anak kami yang pertama  pada masa berakhir sekolah menengah pertama dan anak bungsu masih sekolah dasar.

Kami memiliki dua anak laki-laki dan itu sudah membuat kami bahagia dalam menjalani hidup dalam keluarga.

Kadang-kadang semua orang pasti merasakan hal sama di mana kita merasa jenuh dengan keadaan dan bosan dengan rutinitas yang sama. Menurutku itu wajar karena pada dasarnya manusia butuh hal-hal baru untuk menyegarkan pikiran seperti piknik di pantai, mendaki gunung atau menyusuri hutan rindang yang di hiasi dengan suara burung-burung yang merdu.

Tibalah waktunya anak harus keluar rumah dan berpisah untuk sementara waktu karena melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh dari keluarga. Setelah beberapa bulan kemudian mulailah istriku  memikirkan bagaimana anaknya menghadapi semua hal-hal baru tidak bersama orang tuanya. Kekuatiran seorang ibu pasti ada alasan karena sangat menyayanginya. Tapi di sisi lain harus ada pilihan, orang tua melepas anaknya agar lebih mandiri, bertanggung jawab dan cita-citanya di tercapai.

Di awal anak jauh dari orang tua, kekuatiran dan rasa rindu terhadap anaknya seperti tak terbendung. Untuk melepas rasa itu mulai dengan menelpon tiap hari entah dari anak duluan atau mama duluan.
Suatu siang saya pulang dari bengkel perbaiki motor sampai di rumah mendapati istri saya sedang sibuk di dapur dengan perasaannya sangat bahagia dan wajah berseri-seri.

Lalu dengan penuh penasaran ku bertanya padanya. ma, kenapa hari ini mama bahagia sekali?. Dengan penuh senyuman dia berdiri di hadapanku sambil cerita tadi anakku menelpon seperti biasa meminta uang bulanan maklum anak kuliahan. Setelah itu anakku bercerita tentang teman barunya, cerita kota yang baru, mencoba masakan khas kota Daeng dan masih banyak cerita soal hal-hal baru karena baru pertama kali keluar kota.

  Terus? Saya menyelah.. istriku melanjutkan katanya di penghujung telpon tadi anakku bilang, mama saya sudah sangat rindu dengan masakan mama. Mujair woku, ayam rica-rica, kue pisang, sub asparagus dan masih banyak menu lain kesukaan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun