Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Eceng Gondok Tanaman Liar yang Bisa Disulap Menjadi Kerajinan Tangan

11 Februari 2017   14:44 Diperbarui: 11 Februari 2017   15:06 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang mengira dan beranggapan kalau Eceng Gondok hanya lah tanaman penganggu dan tidak ada manfaatnya sama sekali.

Untuk mengetahui lebih jelas Eceng Gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air yang mengapung.

Eceng Gondok. kompas
Eceng Gondok. kompas
Dan ditiap daerah nama Eceng Gondok berbeda - beda namanya semisal kalau diPalembang menyebutnya dengan Kelipuk, Lampung dikenal dengan Ringgak sedangkan Dayak lebih dikenal  dengan Ilung - Ilung dan masih banyak lagi.

Dalam kategori ilmiahnya Eceng Gondok biasa disebut dengan Eichhornia Crassipes.

Ternyata Eceng Gondok mampu dibuat kerajinan tangan memang tidak semua orang bisa mengerjakan ini.

Kita tahu tanaman tersebut sangat mudah ditemui.

Pastinya semua berpikiran apa bisa tanaman sampah bisa dirubah menjadi kerajinan dengan harga mahal.

Awalnya pun saya tidak terlalu percaya apa benar Eceng Gondok bisa dibuat kerajinan tangan?

kerajinan dari Eceng Gondok,dokpri
kerajinan dari Eceng Gondok,dokpri
Berhubung ada seorang rekan yang akan pesan kerajinan berasal dari Eceng Gondok.

Otomatis mulai mencari siapa pengerajin yang biasanya mengerjakan Eceng Gondok secara profesional.

Ketemu lah satu sosok yang cukup dikenal didunia Eceng Gondok yaitu Pak Supardi dan Bu Wiwit.

Melalui tangan Pak Supardi dan Bu Wiwit Eceng Gondok berubah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual lebih.

Ada pun Pak Supardi mulai menggeluti  dunia Eceng Gondok kurang lebih sudah sepuluh tahun.

Awalnya, ada pelatihan kerajinan Eceng Gondok yang digelar persatuan istri purnawirawan TNI Polri yang dikhususkan keluarga miskin (gakin) di perkampungannya.

Karena waktu itu peserta gakin kurang dari 30 orang, akhirnya Wiwit Manfaati, istri Supardi pun mengikuti pelatihan tersebut. 

 Pelatihan tersebut didakan di tahun 2007  berawal dari pelatihan tersebut akhirnya Wiwit terus berlatih membuat kerajinan tangan yang berbahan baku dari Eceng Gondok.

Awalnya hasilnya kerajinannya semuanya diberikan ke tetangga secara cuma-cuma. 

souvenir dari eceng gondok, dokpri
souvenir dari eceng gondok, dokpri
Namun seiring berjalannya waktu ternyata Pemkot Surabaya mendengar bahwa warganya di Kebraon bisa membuat kerajinan tangan berupa tas dari Eceng Gondok.

Akhirnya Supardi dan istrinya pun diminta untuk memaparkan produk kerajinan tas Eceng Gondok di Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.

Dan sampai sekarang usaha Pak Supardi menjadi andalan dari Pemkot Surabaya.

Dan pastinya untuk usaha ini tidak semudah membalikan telapak tangan hingga menjadi besar seperti ini ujarnya.

Perlu diketahui beliau ini tidak pelit ilmu untuk berbagi dalam setiap pelatihan.

salah satu alat yang digunakan dalam kerajinan eceng gondok, dokpri
salah satu alat yang digunakan dalam kerajinan eceng gondok, dokpri
Ini terbukti hampir setiap hari ada aja mahasiswa dari mana saja yang ingin belajar cara membuat kerajinan Eceng Gondok.

Selain itu usaha dari Pak Supardi dan Bu Wiwit merupakan UKM binaan dari Walikota Surabaya Bu Risma.

Yang perlu ketahui juga Bu Wiwit sudah memproduksi 4.000 unit lebih tas eceng gondok untuk peserta PrepCom 3 for Habitat III.

Ada pun pelanggan souveri ini kebanyakan tamu penting Pemkot Surabaya  yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Nampak dirumah yang sekaligus dijadikan workshop berjejer begitu banyak penghargaan.

Per minggu kurang lebih Pak Supardi membutuhkan  bahan baku Eceng Gondok sebanyak tiga kwintal untuk memproduksi tas.

Untuk mempelancar pekerjaan Pak Supardi dibantu tetangganya yang berasal dari daerah Bangkingan,Jeruk dll.

Semoga ilmu dari Pak Supardi dan Bu Wiwit bisa menular untuk mengelolah limbah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya agar tidak mencermari lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun