Ketika orang beramai-ramai menyebut, bahkan penduduknya sendiri seperti dengan rela mengamini, sebagai bagian dari Nusa Tetap Tertinggal (NTT), seharusnya semua anakmu bertanya diri, bukan malah terus mengolok-olok diri.
Ketika orang seperti merasa putus asa sampai-sampai menyebut NTT sebagai Nanti Tuhan Tolong, mestinya anak-anakmu bergegas memperbaiki diri.
Dalam banyak hal, sebagai bagian dari NTT yang punya banyak sebutan yang menyayat hati itu, anak-anak Flores seharusnya terdorong untuk berbuat sesuatu.
Melakukan aksi nyata agar label-label tersebut berubah menjadi kebanggaan seperti NTT sebagai Nusa Terindah Toleransi.
Aksi membangun daerah bukan malah pergi menjauh dengan nasib yang makin tidak tentu.
NTT pun terkenal dengan kasus human trafficking (perdagangan manusia). Awal tahun ini, tiga peti mati dikirim dari Malaysia melalui Bandara El Tari Kupang. Dua dari Timor, satu dari Flores.
Tahun ini saja sudah 26 orang yang kehilangan nyawa karena bujuk rayu hujan emas di negeri orang. Bukan kesejahteraan yang didapat tetapi harta benda, bahkan harta yang paling berharga yakni kehidupan, direnggut.
Mereka yang menjadi korban adalah buruh migran. Mereka pergi begitu saja tanpa persiapan yang cukup, tidak seperti saudara-saudari lain yang bisa memetik kesuksesan di negeri orang dan ikut menyumbang devisa bagi negara.
Tragedi kemanusiaan yang terus terjadi semestinya segera diakhiri. Para mafia yang coba mengeruh di air keruh untuk menjaring dan menyelundupkan anak-anakmu sudah seharusnya ditindak tegas. Diberangus hingga ke akar-akarnya.
Sejalan dengan itu, akar persoalan yang tak kalah mendasar pun perlu dicarikan jalan keluar. Ketika mereka lebih tergoda untuk pergi ke luar negeri dengan tanpa berpikir panjang, berarti ada sesuatu yang salah dalam diri mereka. Dalam cara pandang mereka terhadap engkau, Flores.