Sementara itu anak-anak yang sudah, sedang, dan akan terus lahir, tetap menaruh hormat dan tidak pernah kehilangan rasa tanggung jawab untuk tetap memeliharamu sebagai surga nyata di bumi.
Aku tahu, dalam banyak hal engkau seperti dibiarkan bekerja sendiri. Entah karena ketidaktahuan atau kesengajaan yang membuat wajahmu terlihat kusam, bopeng di beberapa sisi, bahkan dianggap sudah tidak perlu lagi dijaga.
Pembalakan hutan serampangan dan penambangan ilegal sepertinya terus menjadi keprihatinan. Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengedukasi anak-anak yang kau lahir agar tidak sampai bertindak ceroboh dan fatal.
Namun, upaya-upaya tersebut masih harus terus diperjuangkan. Perlu kerja-kerja nyata, konsisten, dan terpadu agar pembangunan Flores berjalan berkesinambungan.
Alam ditata, adat dan budaya dilestarikan, manusia-manusia kian teredukasi dan tumbuh sehat, serta kekayaan alam dimanfaatkan sebijaksana mungkin.
Aku berharap seiring berjalannya waktu berita-berita pedih terkait konflik tanah, perusakan alam, angka kematian ibu dan bayi, gizi buruk, dan gagal panen, tidak lagi terlalu sering terdengar.
Sagat kasat mata hal-hal miri situ. Sebagai bagian dari provinsi dengan angka stunting tertinggi secara nasional, dari tahun ke tahun.
Prevalensi stunting mencapai 37,8 persen. Sebanyak 13 dari 22 kabupaten/kota di NTT punya prevalensi balita stunting di bawah angka rata-rata.
Tahukah, beberapa dari antaranya adalah anak-anakmu. Prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Timur di angka 42,9 persen, Kabupaten Manggarai 33,1 persen, Kabupaten Lembata 31,7 persen, Kabupaten Ngada 29 persen, Kabupaten Nagekeo 28,1 persen, dan Kabupaten Sikka 26,6 persen.
Kabupaten Flores Timur yang berada di posisi teratas prevalensi terendah malah masih berada di angka yang tidak aman, 23,4 persen. Berada di bawah prevalensi provinsi, tetapi masih tinggi secara nasional.