"Ketika Anda memaafkan, Anda tidak mengatakan apa yang dilakukan seseorang itu baik-baik saja. Anda memutuskan untuk melepaskan beban emosi yang macet dan belum terselesaikan," tandas Kim Egel, seorang terapis di San Diego, California, melansir www.healthline.com.
Empat Langkah
Berbicara tentang memaafkan itu jelas mudah. Apakah dalam tindakan nyata akan semudah itu pula? Ternyata tidak.
Butuh keberanian, jiwa besar, dan momentum untuk melakukannya. Terkadang memaafkan itu menjadi sulit karena besarnya masalah juga tidak adanya niat baik dari pihak lain untuk meminta maaf.
Robert Enright, psikolog dan profesor yang memelopori studi ilmiah tentang memaafkan, coba memberikan tip.
Ada empat langkah yang bisa dilakukan, sebagaimana diuraikan Jullian Coleman Wheeler, seorang mentor, pembicara, dan penulis yang fokus pada perkembangan pribadi di medium.com (14/3/2017).
Jullian sangat mengandalkan keempat langkah itu untuk menghadapi setiap pasiennya, termasuk yang menderita depresi.
Pertama, mengungkapkan kemarahan Anda dengan mengeksplorasi bagaimana Anda menghindari atau menangani emosi tersebut.
Dalam banyak hal, terkadang kita sengaja menyembunyikan kemarahan, kecuali bila ia meledak dengan tanpa bisa ditutup-tutupi lagi.
Kita sengaja menutupi dari orang lain, bahkan diri sendiri. Untuk itu butuh keberanian untuk berkata jujur tentang kemarahan.
Kedua, membuat keputusan untuk memaafkan. Mulailah dengan mengakui pengampunan adalah jalan terbaik.