Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bijak Kelola Keuangan, Redam Perilaku "Nyampah" selama Ramadan

16 April 2023   23:32 Diperbarui: 16 April 2023   23:33 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah makanan: shutterstock/Fevziie via Kompas.com

Data Sistem INformasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) terbaru disebutkan jumlah sampah terbesar dikuasai sisa makanan (41,2 persen), baru disusul plastik (18,2 persen), lalu kayu atau ranting (13,5 persen).

Tegas menyebutkan sumber utama gunung sampah itu berasal dari sektor rumah tangga (39,2 persen), mengalahkan sektor-sektor lain seperti perniagaan (21,2 persen) dan pasar tradisional (16,1 persen).

Infografis: kompas.id
Infografis: kompas.id

Pola konsumsi

Sekilas bisa disimpulkan, status darurat sampah makanan yang terjadi di Tanah Air justru dikontribusi oleh sektor domestik. Entah sadar atau tidak sadar, ada sesuatu yang salah dalam pola konsumsi di setiap rumah tangga kita.

Bisa jadi orang menganggap bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri adalah bulan berpesta makanan. Setelah menjalani puaasa sejak fajar hingga matahari terbenam, orang seakan terobsesi untuk menyediakan hidangan makanan dan minuman sebanyak mungkin.

Sayangnya, perhitungan yang tidak cermat membuat banyak makanan kemudian berakhir di tempat-tempat sampah.

Sesungguhnya, kekeliruan itu tidak hanya bermuara pada apa yang sudah tersaji di meja makan. Melainkan juga bertalian dengan sikap keseluruhan. Ada masalah pada perhitungan di awal, dalam pelaksanaan, hingga tindak lanjutnya.

Beberapa kekeliruan yang terkadang tetap terpelihara dari tahun ke tahun antara lain.

Pertama, kalah berbelanja. Berbelanja makanan tanpa perhitungan yang cermat. Apalagi dalam keadaan perut kosong membuat konsentrasi berkurang.

Yang terlihat oleh indra kemudian mengangkangi akal sehat. Orang kemudian hanya berfokus untuk memenuhi rasa lapar yang dicerna oleh indra pengelihatan. Istilahnya, "lapar mata."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun