Jordan Henderson dan kolega akan berjuang memaksimalkan semua laga sisa sambil berharap, meski berat, bisa menyelinap masuk pada pekan-pekan terakhir seperti yang mereka lakukan pada 2021 silam.
Ditambah lagi, fokus Liverpool tidak lagi terpecah setelah menelan pil pahit di berbagai kompetisi. Situasi yang berbeda dengan City yang masih punya mimpi meraih tiga gelar: Liga Premier Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.
Pada waktu bersamaan, nasib tim-tim papan atas, terutama City dan Arsenal, juga berada di tangan Liverpool.
Sebut saja, bila di pertemuan akhir pekan ini Liverpool menggagalkan harapan City mendapat poin, maka Arsenal akan tersenyum lebar. Tekanan mereka akan berkurang ketika menghadapi Leeds United beberapa jam kemudian.
Begitu juga ketika Liverpool menjamu Arsenal pekan berikutnya. Liverpool bisa saja merusak mimpi indah The Gunners.
Mari kita kembali ke laga di Etihad nanti. Bila City tidak berhati-hati maka mereka bisa diterpa bencana.
Memang City belum pernah menderita begitu hebat di kandang saat kedatangan Liverpool. Dengan kata lain, Liverpool belum pernah menang besar di kadang City sejak era kepelatihan Pep Guardiola mulai 2016 silam.
Namun, tidak ada yang mustahil. Kemenangan 7-0 atas Manchester United yang sedang berada di jalur positif adalah isyarat jelas yang harus Guardiola baca.
Bila Mohamed Salah, pemain yang menghukum mereka di perjumpaan pertama, bisa tampil sebaik saat menghancurkan United, maka tidak mudah bagi Nathan Ake untuk menghentikannya. Demikian prediksi Danny Murphy.
Entah kita setuju atau tidak dengan pendapat Murphy, yang pasti City harus waspada. Apalagi bila senjata andalan mereka, Erling Haaland belum sepenuhnya pulih dari cedera pangkal paha.
Sementara tim tamu, tidak hanya Salah, kembalinya Luis Diaz untuk menemani Darwin Nunez membuat lini serang Liverpool benar-benar tak bisa dipandang sebelah mata.Â