Patut diakui kondisi The Reds sedang tidak sestabil City. Dalam lima laga terakhir, perjalanan Si Merah bak "roller coaster."
Pekan sebelumnya Liverpool diimbangi tuan rumah Crystal Palace tanpa gol, setelah sebelumnya menggasak Wolverhampton dua gol tanpa balas.
Kemenangan itu menyusul hasil impresif di Anfield saat berpesta tujuh go tanpa balas ke gawang Manchester United.
Pesta besar yang terjadi setelah dua kali menelan pil pahit, masing-masing saat ditekuk Bournemouth di pentas domestik dan kalah 0-1 dari Real Madrid di leg kedua babak 16 besar yang memastikan tersingkir dari kompetisi elite Eropa itu.
Sebaliknya, City sempurna dalam lima laga terakhir. Bristol, Newcastle United, Crystal Palace, Leipzig, hingga Burnley adalah lawan-lawan yang mereka kalahkan di berbagai level kompetisi.
Dalam situasi tidak menentu, Liverpool dihadapkan pada rentetan pertandingan berat. Setelah istirahat sepekan, Liverpool akan memasuki pekan-pekan krusial.
Tidak hanya menghadapi Manchester City, tetapi juga Chelsea, dan Arsenal dalam rentang waktu delapan hari.
Ketiga laga itu akan menentukan perjalanan mereka menuju empat besar Liga Premier Inggris. Liverpool perlu mengatasi tekanan, bersiasat memaksimalkan tenaga dengan strategi yang tepat, untuk sekurang-kurangnya tidak sampai kehilangan poin.
Pertanyaan berikut, apakah Liverpool bisa mengatasi ujian bertubi-tubi ini?
Kualitas Jurgen Klopp tentu tidak diragukan lagi. Namun, magis pelatih asal Jerman itu jelas terlihat berkurang ampuhnya musim ini, berbeda dengan musim-musim terbaik sebelumnya.
Kemenangan besar atas Setan Merah beberapa pekan lalu mungkin saja menjadi salah satu laga terbaik mereka sejauh ini. Namun, apakah itu dengan sendirinya menunjukkan level permainan Liverpool sudah kembali ke titik semula dan akan konsisten berada di sana?