Manchester City dan Inter Milan ikut mengantongi tiket perempat final Liga Champions Eropa 2022/2023, menyusul rival sekota AC Milan, berikut Bayern Muenchen, Benfica, dan Chelsea.
Di balik hasil positif yang diraih di leg kedua babak 16 besar, Rabu (15/3/2023) dini hari WIB, tergurat sejumlah catatan penting.
Kita mulai dari Manchester City.
Tim asal Kota Manchester ini tampil fenomenal saat menjadi tuan rumah di Etihad Stadium. Tidak seperti di leg pertama di markas RB Lepzig, performa The Citizen kali ini benar-benar membuat lawannya tak berdaya.
Leipzig boleh bernapas lega setelah memetik hasil imbang 1-1. Namun, armada Marco Rose itu harus menarik napas panjang ketika dihancurkan tuan rumah tujuh gol tanpa balas. Agregat 8-1 menjadi akhir cerita perjumpaan mereka.
Buku Rekor
City unggul dalam segala hal. "Ball possession" 67 persen berbanding 33 persen dengan hanya memberi Leipzig satu tendangan tepat sasaran dari empat percobaan.
Sementara City sendiri begitu leluasa mengulik setiap celah untuk menghasilkan 16 "shots on target". Sebagian besar dari percobaan City mengenai sasaran. Dari 23 "shots", 16 Â berstatus "on target" dan tujuh gol tercipta.
Dari komposisi yang diturunkan Pep Guardiola, mulai dari Ederson Moraes di bawah mistar gawang sampai Jack Grealish di lini depan, nama Erling Haaland lebih mencuri perhatian.
Betapa tidak. Pemain 22 tahun itu mengukir quintrick alias lima gol. Torehan spektakuler yang menempatkannya dalam lembaran sejarah tersendiri, baik di level personal maupun klub.
Haaland membuka keran golnya dari titik penalti sekaligus membuka keunggulan tuan rumah saat laga baru berjalan 20 menit.
Dua menit berselang ia menggandakan keunggulan, memanfaatkan bola rebound tendangan Kevin De Bruyne yang membentur mistar gawang.
Ia menutup babak pertama dengan gol ketiga di masa injury time. Haaland berada di waktu dan posisi tepat menyambut sundulan Ruben Dias yang sempat mengenai tiang lalu coba dihalau Amadou Haidara. Hat-trick kelimanya musim ini!
Penderitaan tim tamu tidak berhenti di situ. Haaland menambah dua gol dalam waktu tak lebih dari empat menit.
Ia mencetak gol kelima bagi City di menit 53, menyusul Ilkay Gundogan yang ikut mencatatkan namanya di papan skor empat menit sebelumnya.
Haaland menunjukkan dirinya sebagai monster di mulut gawang lawan. Dua gol terakhir semuanya bermula dari kemelut di mulut gawang Janis Blaswich.
Haaland kemudian digantikan Julian Alvarez di menit 63. Guardiola menilai cukup bagi pemain itu "melukai" mantan pelatihnya di Dortmund. Ia melangkah ke luar lapangan diiringi tepuk tangan meriah dari seisi Etihad Stadium.
Dari sisi lapangan, ia masih bisa melihat De Bruyne menutup pesta gol di penghujung laga dengan tembakan jarak jauh akurat.
Lima gol ini lebih dari cukup bagi Haaland untuk menulis ulang catatan prestasi. Lima gol ini menempatkannya sebagai pemain tercepat dan termuda yang mencapai 30 gol di level Eropa.
Haaland mengukirnya dalam usia 22 tahun dan 236 hari, 116 hari lebih muda dari pemegang rekor sebelumnya, Kylian Mbappe.
Haaland sudah membukukan 33 gol dalam 25 laga Liga Champions.
Ia pemain termuda yang mencetak lima gol dalam satu pertandingan Liga Champions. Tidak banyak pemain yang bisa melakukannya kecuali Lionel Messi dan Luiz Adriano.
Messi melakukannya saat Barcelona menghadapi Bayer Leverkusen pada 2012. Adriano yang berseragam Shakhtar Donetsk mengukirnya saat bersua BATE Borisov tahun 2014.
Baru berseragam City musim panas lalu, Haaland sudah langsung merangsek ke urutan teratas pemain paling subur dalam semusim Liga Champions.
Haaland sudah mempersembahkan 39 gol di semua kompetisi, dengan 10 di antaranya di Liga Champions. Â Belum ada pemain City sebelumnya yang mampu mengukirnya.
Kesempatan untuk menambah pundi-pundi gol masih terbuka lebar. City masih punya sekitar 19 laga hingga akhir musim. Berapa gol lagi bakal Haaland ciptakan?
Setidaknya untuk saat ini, mantan striker Dortmund dan Red Bull Salzburg itu sudah melewati pencapaian Wayne Rooney, Kaka, hingga Samuel Eto'o.
"Kekuatan super saya adalah mencetak gol," aku Haaland kepada BT Sport melansir bbc.com.
Rekor Haaland dan kemenangan besar ini memberi keuntungan bagi City. Modal penting untuk menghadapi laga krusial berikutnya.
Tim-tim lain tentu menanti dengan penuh kekhawatiran saat-saat menjelang undian pada akhir pekan ini. Mereka berharap timnya tidak sampai bersua Haaland.
Dan Haaland pun bisa terus produktif dalam sistem permainan City yang solid dan tetap terorganisir sempurna.
Setelah 12 tahun
Sepertinya tahun ini menjadi tahun yang baik bagi klub-klub Serie A. Sebelumnya AC Milan, kali ini giliran Inter Milan yang kembali merasakan atmosfer perempat final Liga Champions.
Napoli yang sedang "on fire" pun berpeluang melakukan hal yang sama. Pemuncar Serie A yang memimpin 18 poin dari Inter, bisa menjadi tim Italia ketiga yang lolos dengan modal kemenangan 2-0 atas Eintracht Franfurt di pertemuan pertama.
Akhir penantian 12 tahun Inter Milan terjadi usai menahan imbang Porto di leg kedua. Kemenangan satu gol tanpa balas di leg pertama di San Siro menjadi modal berharga ketika mereka harus melewatkan laga sulit di Portugal.
Inter selalu dalam tekanan baik dari sisi penguasaan bola maupun ancaman. Tuan rumah begitu bersemangat untuk mencetak gol.
Penguasaan bola sebesar 68 persen ditambah 21 percobaan yang menghasilkan tujuh "shots on target" cukup membuat tim besutan Simone Inzaghi bekerja ekstra keras.
Porto melakukan sejumlah ancaman di babak pertama. Tendangan Mehdi Teremi membentur tiang dan mistar gawang Inter. Andre Onana yang mengawal gawang Inter tampil bagus untuk melakukan sejumlah penyelamatan penting. Salah satunya menggagalkan upaya Mateus Uribe.
Setelah jeda, Porto tak mengendurkan serangan. Onana tak juga kehilangan keperkasaannya. Ia ditopang oleh Matteo Darmian, Francesco Acerbi, dan Alessandro Bastoni yang membentuk barikade rapat pertahanan Inter.
Porto yang saat ini berada di posisi kedua Liga Primeira tak bisa diperkuat bek Portugal berusia 40 tahun, Pepe. Pemenang Liga Champions tiga kali bersama Real Madrid itu absen bersama gelandang Otavio yang harus menjalani skors usai mendapat kartu merah pada leg pertama.
Inter bukan tanpa peluang. Percobaan Denzel Dumfries, lalu Edin Dzeko yang mampu digagalkan kiper tuan rumah, Diogo Costa.
Skor kaca mata bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Sukacita di kubu tim tamu meletup dengan keunggulan agregat 1-0.
Tim asal kota mode itu kembali ke delapan besar yang mereka rasakan terakhir kali pada 2011 lalu. Saat itu, Inter dipecundangi klub Jerman, Schalke, dengan skor agregat 3-7.
Apakah Inter tak akan membuang kesempatan yang datang lagi setelah lebih dari satu dekade untuk melangkah lebih jauh? Mungkinkah mereka menambah koleksi tiga trofi Eropa?
Waktu akan menjawab!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H