Pertama-tama boleh langsung dikatakan Graham Potter baru saja melewati malam terbaik dalam kariernya sebagai pelatih Chelsea.
Pria bernama lengkap Graham Stephen Potter itu berada di ujung tanduk menyusul hasil mengecewakan belakangan ini. Datang dengan ekspektasi besar plus disokong oleh pengeluaran tak sedikit di bursa transfer ternyata tidak sejalan dengan hasil di lapangan pertandingan.
Pro dan kontra terkait masa depan pelatih 47 tahun itu di Stamford Bridge pun tak terhindarkan. Sejumlah pemain The Blues terang-terangan pasang badan untuknya.
Ada dalih Chelsea sebenarnya bermain bagus dan semua pihak sudah memberikan yang terbaik hanya saja Dewi Fortuna memang sedang tidak berpihak.
Sebaliknya, tidak sedikit yang memintanya pergi. Kesuksesannya bersama Brighton & Hove Albion hanyalah masa lalu yang tak berdampak apa-apa. Ia bukanlah suskesor yang tepat bagi Thomas Tuchel, yang didepak setelah merengkuh "Si Kuping Besar".
Potter dengan segala kesabaran-meski terkadang tak segan membela diri-akhirnya bisa menghadirkan kemenangan krusial.
Itu terjadi malam lalu, saat timnya menjamu Borrusia Dortmund di leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2022/2023.
Kemenangan dua gol tanpa balas, Rabu (8/3/2023) dini hari WIB lebih dari cukup meloloskan mereka dari tekanan setelah di pertandingan pertama di Jerman menderita kekalahan 0-1.
Kontroversi
Apa istimewanya Chelsea di laga ini? Apakah keberuntungan yang lama pergi kini sudah kembali?
Statistik akhir pertandingan menempatkan Chelsea dalam tekanan. Tuan rumah hanya memiliki 39 persen penguasaan bola. Jelas, Die Borussien superior memegang kendali pertandingan.
Namun, ada aspek lain yang jauh lebih penting berada di pihak tuan rumah. Dari 13 "shots" Chelsea mampu mengupayakan empat di antaranya tepat sasaran dan dua dari antaranya berujung gol.
Angka-angka tersebut sebenarnya sama seperti milik tim tamu. Hanya saja, mereka memang tidak mampu memaksimalkan peluang karena banyak alasan.
Dari berbagai kesempatan yang terlewatkan, Chelsea akhirnya mampu membuka keunggulan dua menit sebelum jeda. Percobaan kedua Raheem Sterling akhirnya mampu mengoyak gawang Alexander Meyer.
Chelsea akhirnya mendapat momentum delapan menit setelah keluar dari kamar ganti. Penalti yang didapat kemudian menjadi kontroversi, baik dari sisi sebab maupun prosesnya.
Dortmund tak terima ketika tinjauan VAR memutuskan Marius Wolf melakukan handball dari upan silang Ben Chilwell. Ketidakadilan dirasakan semakin meningkat ketika Danny Makkelie menginstruksikan penalti diulang.
Eksekusi pertama Kai Havertz membentur tiang. Wasit asal Belanda itu kemudian memberi kesempatan kedua lantaran Dortmund dianggap melakukan pelanggaran dalam proses tendangan dua belas pas itu.
Havertz yang sempat membuat para fan menarik nafas dalam-dalam dan Potter memilih menatap ke tanah seakan tak mau melihat bencana kedua, akhirnya menghadirkan keceriaan.
Havertz membuat pilihan akurat. Ia mengirim bola ke sisi kanan. Pada waktu bersamaan Meyer justru melompat ke arah berbeda. Gol. Chelsea unggul 2-0.
Keunggulan itu kemudian bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Tuan rumah pun larut dalam kegembiraan. Hasil tersebut memastikan tiket delapan besar menjadi milik tuan rumah dengan keunggulan agregat 2-1.
Sedangkan Dortmund pulang dengan kecewa berat. Mereka terpukul baik oleh kegagalan memaksimalkan penguasaan bola dan berbagai kesempatan emas, juga oleh perlakukan dari sang pengadil pertandingan.
Malam Harapan
Seperti disinggung sebelumnya, hasil akhir dari laga krusial ini sungguh melegakan hati Potter dan para pendukungnya. Usai laga, Potter meninju udara dengan begitu puas di tengah gemuruh para penggemar yang selama ini ia minta agar tetap bersabar.
"Para pemain luar biasa dan pendukungnya luar biasa," puji Potter melansir bbc.com.
Kemenangan ini sekaligus membuatnya memiliki alasan lebih untuk meyakinkan pemilik baru Todd Boehly yang sudah merogoh kocek dalam-dalam.
Performa Liga Premier Inggris yang buruk yang sedikit terobati dengan kemenangan tipis akhir pekan lalu atas Leeds United di kandang sendiri kemudian meningkatkan keyakian setelah kemenangan atas Dortmund.
Memang perjalanan Chelsea masih panjang. Hasil positif ini mengantar mereka ke perempat final, masih cukup jauh dari harapan terbesar untuk kembali menginjak tangga juara sebagai salah satu jalan agar mereka bisa kembali tampil di pentas itu musim depan.
Lebih-lebih, posisi Chelsea yang sungguh tak elok di tabel klasemen sementara Liga Premier. Menempati urutan ke-10 sungguh tidak bisa diterima dan hampir tidak ada yang bisa dibanggakan selain hilangnya kans ke kancah Eropa.
Kekalahan kandang dari penghuni zona degradasi Southampton dan sesama klub London, Tottenham Hotspur membuat Boehly yang semula bergeming dengan berbagai desakan bisa saja mengubah sikapnya.
Sekiranya cerita malam terbaik ini terus berlanjut. Syaratnya, Reece James yang baru saja pulih juga Ben Chilwell terus menjaga puncak performa. Keduanya membangun kemitraan yang menjaga soliditas lini pertahanan Chelsea. Marc Cucurella yang sebelumnya menjadi anak asuh Potter di Brighton bisa terus menjaga ketenangan.
Kepa Arrizabalaga tetap bersinar di bawah mistar gawang seperti saat dia melakukan penyelamatan gemilang atas tendangan bebas dari Marco Reus. Begitu juga para pemain lain.
Di sisi berbeda, Jude Bellingham tak mampu memberi bukti di hadapan penggemar dari klub yang begitu meminatinya. Pemain 19 tahun itu punya beberapa kesempatan. Mulai dari kesempatan emas melepaskan tembakan dari jarak dekat di babak kedua hingga upayanya yang kemudian terpaksa digagalkan Reece James dengan konsekuensi kartu kuning.
Euforia kemenangan baik di dalam maupun di luar lapangan sekiranya menjadi titik balik. Mulai menyaput awan gelap di Stamford Bridge dengan performa yang terus membaik, sekaligus kembali merekatkan hubungan dengan para penggemar yang sempat kecewa.
Patut diakui, Potter di laga ini sungguh berbeda. Bukan sosok Potter yang pasif di sisi lapangan. Ia justru bangkit memberikan instruksi dengan tangan agar para penggemar jangan sampai kehilangan semangat.
Ia kemudian menunjukkan gestikulasi berbeda yang mengingatkan kita pada bagaimana cara Jurgen Klopp merayakan kemenangan bersama penggemarnya.
Semoga malam terbaik Potter ini sungguh menjadi malam penuh harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H