Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Final "Aneh" India Open 2023: 2 Pemain China Diare dan Pelajaran di Balik Tumbangnya Axelsen di Tangan View

22 Januari 2023   22:56 Diperbarui: 23 Januari 2023   07:46 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai final India Open 2023 mengguratkan cerita tersendiri. Bahkan pemandangan "aneh"-untuk mengatakan tak biasa, terjadi sejak sebelum lampu KD Jadhav Indoor Hall, New Delhi dinyalakan pada Minggu, (22/1/2023) siang WIB.

Dua wakil China mendadak mundur dari turnamen yang baru saja naik level ke BWF World Tour Super 750. Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping yang dijadwalkan membuka partai pemungkas dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di partai ketiga terpaksa kehilangan peluang gelar yang sudah di depan mata.

Dari rilis BWF, Wang Yi Lyu dan Chen Qing Chen kompak mengalami diare. Alhasil, gelar ganda campuran menjadi milik Yuta Watanabe/Arisa Highasino dan Nami Matsuyama/Chiharu Shida berhak atas podium juara ganda putri. Jepang pun mendapat dua gelar secara cuma-cuma.

Jelas situasi ini sungguh tidak diharapkan, baik oleh para pemain dan para pendukungnya, juga segenap penonton baik yang menyaksikannya secara langsung maupun yang menunggu dengan setia di depan layar elektronik.

Pertarungan yang diharapkan bisa memberi warna  tersendiri pada akhir pekan justru berakhir antiklimaks.

Meski demikian, kekecewaan itu terobati dari tiga laga lainnya yang semuanya berakhir rubber game. Durasi panjang yang diisi dengan berbagai drama perjuangan hingga kejutan.

Partai kedua dari sektor tunggal putri menampilkan final ideal antara dua unggulan teratas. An Se Young akhirnya menghentikan empat kemenangan beruntun Akane Yamaguchi.

Bintang muda dari Korea Selatan itu memetik kemenangan 21-15, 16-21, dan 12-21 atas unggulan pertama asal Jepang yang secara keseluruhan sudah 10 kali mengalahkannya dari 15 pertemuan.

Kali ini giliran An Se-young menginjak podium juara setelah pekan lalu di Malaysia Open BWF World Tour Super 1000, ia dipecundangi Akane, juga melalui duel tiga set, 12-21, 21-19, dan 21-11.

Ada aspek dari permainan An Se-young begitu menonjol: pertahanan. Yamaguchi sungguh kewalahan menembusnya sehingga harus mengalami kekalahan pertamanya di final sejak Kejuaraan Bulu Tangkis Asia, Mei lalu.

Ledakan pemain muda

Patut diakui dari tiga partai yang dimainkan hari ini, gelar juara menjadi milik para pemain  muda. Bahkan mereka mampu membuat para unggulan pertama merana.

Ledakan juga terjadi di ganda putra yang mempertemukan Liang Wei Keng/Wang Chang versus Aaron Chia/Soh Wooi Yik.

Di atas kertas, Aaron/Soh berpeluang menang. Pasangan Malaysia ini merupakan unggulan ketiga dan sehari sebelumnya menyingkirkan pasangan nomor satu dunia sekaligus favorit juara, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Ternyata, pasangan China yang mulai merangsek ke 10 besar BWF itu sungguh belajar dari dua perjumpaan sebelumnya. Keduanya mengunci dua pertemuan tahun lalu, masing-masing di perempat final Indonesia Masters dan babak 32 besar French Open.

Statistik pertandingan yang berpihak kepada mereka, semakin mempertebal kepercayaan diri untuk meredam ambisi jagoan Malaysia itu.

Pasangan berusia 22 dan 21 tahun yang memupuskan ambisi Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya untuk kembali berjaya di turnamen yang sudah memberi mereka tiga gelar mampu merebut kemenangan rubber game, 14-21, 21-19, dan 21-18.

Salah satu kunci kemenangan juara Japan Open 2022 adalah mental. Keduanya tak kehilangan kepercayaan diri meski sempat tertinggal 7-12 di set penentuan.

Dengan kecepatan, power, dan akurasi yang dimiliki, akhirnya menstimulus mereka menggapai puncak sekaligus memperbaiki pencapaian mereka di Malaysia pekan lalu yang harus puas sebagai runner-up.

Dengan ini, Liang/Wang memberi kekalahan ketiga kepada juara dunia 2022 itu dan menjadi satu-satunya gelar yang bisa dibawa pulang ke China. Serentak fan Negeri Jiran yang ingin melihat harapan semata wayang itu kembali menggapai klimaks terpaksa gigit jari.

Tumbangnya Axelsen

Selain An Se-young dan Liang/Wang, penampilan fenomenal pemain muda menghadirkan kejutan terbesar di tunggal putra. Sungguh sebuah pilihan yang jitu dari panitia pertandingan menempatkan laga ini sebagai penutup turnamen berhadiah total 900 ribu USD itu.

Betapa tidak. Pertarungan antara Viktor Axelsen kontra Kunlavut Vitidsarn justru berlangsung dalam skenario tak terduga.

Sebelum laga, banyak pihak mutlak menjagokan Viggo. Ayah dari putri bernama Vega itu terlalu perkasa untuk ditumbangkan oleh Jonatan Christie. Apalagi oleh pemain muda dengan ranking dan jam terbang lebih sedikit seperti View.

View yang berusia 21 tahun pun  tak pernah menang dalam enam pertemuan sebelumnya. Ia selalu kalah dua gim langsung, seperti pertemuan terakhir di babak pertama Denmark Open 2022 dengan skor mencolok, 16-21 dan 8-21.

Hasil final India Open 2023, Jepang juara umum: tournamentsoftware.com
Hasil final India Open 2023, Jepang juara umum: tournamentsoftware.com

Laga ini tak ubahnya pertarungan "Daud" versus "Goliath." Ternyata, rekor "head to head" dan prediksi itu sepenuhnya keliru. Status inferior yang dilekatkan pada pemain muda Thailand itu justru membuatnya tampil lebih lepas.

View membuat sesuatu yang tampak tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan ketenangan, kesabaran, dan kerja keras ia bisa menghentikan 13 kemenangan beruntun di final milik jagoan Denmark itu.

View sesungguhnya sudah menunjukkan sisi semangat juang pantang menyerah seperti saat membalikkan keadaan dari Anthony Sinisuka Ginting di babak semifinal.

View tahu ia harus menekan kesalahan ke titik terendah. Bila perlu bersih dari kesalahan dan dengan rapih melancarkan serangan. Dibarengi serangan eksplosif dan pertahanan rapat.

Penampilan View memang patut diacungi jempol. Ia sudah langsung menggebrak sejak gim pertama. Axelsen berusaha bangkit di set kedua. Namun, View tidak mau membiarkan Axelsen terus menggenggam momentum positif.

Si "Daud" yang semula diremehkan itu akhirnya sanggup menumbangkan sang "monster," bahkan tidak sedikit yang menempatkan Axelsen di level berbeda. Dianggap sebagai pemain dari dunia berbeda, semacam "alien" bagi manusia.

Anggapan yang terlampau hiperbolis. Namun, tidak sepenuhnya keliru bila kita menilik rekam jejak Axelsen selama ini. Belakangan ini tidak banyak pemain yang sanggup mengalahkan Axelsen. View berada dalam kelompok kecil bersama Prannoy H.S, Loh Kean Yew, dan Lakhsya Sen.

"Saya tidak memiliki tekanan. Saya tidak bisa bertahan lebih lama dari dia dalam reli, jadi saya menyerang lebih banyak. Saya mencoba untuk tidak berpikir terlalu banyak, dan terus beradaptasi seiring berjalannya pertandingan," View mengungkapkan kunci kemenangannya atas Axelsen kepada BWF.

Axelsen yang terakhir kali menelan kekalahan di final dari Lee Zii Jia di All England 2021, sungguh berbesar hati.

Ia memandang hasil tersebut sebagai sebuah hal yang wajar. Lebih dari itu, menjadi bagian dari proses belajar.

"Itu wajar saja, dan terkadang bagus untuk kalah. Itu membuat Anda tetap tajam dan membuat Anda bekerja keras dan itu memotivasi Anda," aku Viggo.

View yang menjadikan enam pertemuan sebelumnya sebagai kesempatan belajar dan Viggo yang harus menelan pil pahit di luar dugaan banyak orang akan terus memperbaik diri adalah pelajaran sekaligus hikmah yang patut diserap, tidak terkecuali oleh para pebulutangkis Indonesia.

Bahwa kalah dan menang memang bagian tak terpisahkan dari pertandingan. Namun, sikap dan etos kerja adalah nilai yang wajib dipegang teguh untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Persis Viggo katakan. "Ini bulu tangkis yang kompetitif. Meskipun saya telah melakukannya dengan baik di banyak final terakhir, Anda tidak dapat berharap bahwa saya terus menang dan menang dan menang -- itu bukan cara kerjanya."

Ya, sekuat-kuatnya Viggo, ia tetap seorang manusia. Setangguh-tangguhnya dia, ada saat titik lemahnya menampakkan diri lalu diterjang lawan.

Selamat View!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun