Gareth Bale mungkin menjadi cinta sesaat bagi para penggemar Real Madrid. Tetapi tidak bagi rakyat Wales.
Masa terbaik Bale sebagai pemain profesional salah satunya saat berseragam Madrid. Salah satu momen yang akan selalu diingat ketika mencetak gol indah ke gawang Liverpool di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Sabtu (26/5/2018).
Umpan silang Marcelo disambutnya dengan tendangan salto yang bersarang mulus di gawang Loris Karius. Gol itu terjadi dua menit setelah Bale masuk lapangan. Membuat timnya berbalik memimpin dan pada akhirnya ikut andil mengantar Madrid ke tangga juara Liga Champions.
Bale menjadi salah satu tokoh protagonis. Di sisi berbeda, Loris Karius menjadi pesakitan. Kegagalannya menggagalkan gol spektakuler Bale tidak akan terlalu disesali ketimbang blunder fatal yang berujung gol pembuka Madrid oleh Karim Benzema.
Bila dirunut sedikit lebih panjang, Bale sesungguhnya banyak mencetak gol menakjubkan dan penting. Gol lainnya terjadi di final Copa del Rey 2014. Pergerakan berani dari lini tengah sukses menembus pertahanan Barcelona.
Apa yang dilakukan Bale bersama Los Blancos adalah harga semestinya yang harus dibayar setelah klub menebusnya dengan harga malah. Malah, Madrid menjadikannya pemain termalah di dunia ketika membelinya dari Tottenham Hotspur pada 2013.
Selama sembilan tahun di Spanyol, Bale mengukir lebih dari 100 gol. Ia menjadi bagian dari perjalanan gemilang Los Merengues memenangi lima trofi Liga Champions dan tiga gelar LaLiga.
Sayangnya, akhir Bale bersama Madrid tidaklah manis. Cedera yang kerap mendera membuat hubungannya dengan para penggemar menjadi tak harmonis.
Bale kerap dikritik tidak hanya oleh para fan tetapi juga media setempat. Komitmennya untuk berjuang mengatasi situasi sulit dianggap mulai menurun.
Para pengkritik kemudian semakin geram ketika Bale melontarkan pernyataan ini. "Saya pasti memiliki lebih banyak kegembiraan ketika bermain untuk Wales."
Wales nomor satu
Apa yang dikatakan Bale akan lebih sebagai menyiram bensin pada api yang tengah bernyala ketika rekaman reaksinya usai Wales menyegel satu tempat di Piala Eropa 2020 beredar luas.
Bale tertawa lepas bersama rekan senegaranya dengan spanduk membentang bertuliskan: "Wales. Golf. Madrid. Dalam urutan itu."
Bisa dipahami bila para penggemar Madrid berang. Bale dianggap tak keberatan dengan skala priortias yang dibuat, menempatkan Madrid pada posisi ketiga setelah negara dan kegemarannya bermain golf.
Apa yang tertulis itu boleh membuat kubu Madrid naik pitam, tetapi tidak mengubah kenyataan bahwa Wales adalah segalanya bagi Bale. Begitu juga sebaliknya. Bale adalah segalanya untuk Wales.
Merayakan salah satu gol terbesar dalam sejarah Liga Champions Eropa, Bale tidak langsung larut dalam perayaan bersama rekan-rekan. Ia justru bergerak untuk mengambil bendera Wales, menggantungkan di bahunya, dan menemaninya berjalan mengitari stadion untuk memberi hormat dan apresiasi kepada para penonton.
Wales dan Bale sudah begitu identik bahkan sejak ia melakukan debut di tim nasional saat berusia 16 tahun pada 2006. Bersama Bale, Wales terus berkembang. Dari negara yang menempati posisi di luar 100 FIFA hingga berada di lingkaran 28 besar dunia.
Bersama anggota generasi emas seperti Aaron Ramsey dan Joe Allen, mereka membawa Wales ke tingkat tertinggi dalam sejarah negara berpendukuk lebih dari tiga juta jiwa itu.
Bale menjadi pusat dari perkembangan timnas Wales. Seperti sebuah simbiosis mutualisme, Wales pun memberi ruang baginya untuk meniti karier terbaik.
Bale begitu subur. Ia menjadi pencetak gol terbanyak di babak kualifikasi dan mengantar negara itu untuk pertama kali dalam 58 tahun berpartisipasi di Piala Eropa 2016.
Tidak hanya itu. Debut mereka di pentas Eropa pun begitu gemilang. Langsung tancap gas hingga menggasak tim bertabur bintang Belgia, 3-1 untuk menembus semifinal. Langkah mereka ke partai puncak kemudian dihadang Portugal. Gol Cristiano Ronaldo dan Nani mengakhiri perjalanan fenomenal Bale dan Wales.
Cerita indah terus berlanjut. Di usia yang lepas kepala tiga, Bale masih diandalkan untuk mengukir sejarah berikutnya. Bale memimpin negaranya dan mencetak tiga gol krusial ke gawang Austria dan Ukraina untuk kembali ke pentas terakbar sejagad, Piala Dunia pertama sejak 1958.
Kehilangan besar
Memang disayangkan "comeback" Wales ke Piala Dunia harus berakhir di babak grup. Mereka tak bisa bersaing dengan Inggris dan Amerika Serikat ke fase gugur.
Setelah bermain imbang 1-1 kontra Amerika Serikat, Wales dihajar Iran dua gol tanpa balas. Kekalahan 0-3 dari Inggris akhirnya menguburkan segala mimpi indah Bale dan Wales.
Bale tentu kecewa berat saat itu. Ia satu-satunya yang mencetak gol sekaligus gol pertama dan satu-satunya Wales di Piala Dunia setelah 64 tahun. Itu jelas tidak cukup untuk lolos.
Semua pemain, pelatih, dan penggemar pun larut dalam suasana serupa. Bale melambaikan tangan dengan lesu ke arah pendukung usai kekalahan melawan Inggris.
Lambaian tangan yang sesungguhnya mengandung banyak makna. Salah satu kemudian menjadi kenyataan. Lambaian tangan terakhir Bale sebagai pemain Wales.
Lambaian perpisahan, sesuatu yang sangat ditakuti rakyat Wales. Kehilangan salah satu tokoh sentral yang membuat mereka bisa tersenyum bangga.
Keputusan pensiun di usia 33 tahun cukup mengagetkan. Menjadi hari perkabungan bagi sepak bola Wales di awal pekan ini.
Sesungguhnya isyaratnya sudah terbaca sejak sebelum putaran final Piala Dunia di Qatar. Sejak memutuskan tidak akan memperpanjang kontrak di Madrid pada musim panas lalu. Sejak kehidupannya di Madrid mulai tidak menentu.
Di balik rasa kehilangan yang dalam akan seorang pemain yang pernah dikenal dengan kecepatan dan driblling yang mengesankan serta tembakan jarak jauh yang bertenaga, ada kebanggaan yang luar biasa.
Wales pernah melahirkan seorang pesepakbola hebat. Sosok yang sudah memberi segalanya. Sosok yang menempatkan negara di atas segalanya.
Meninggalkan karier internasional dengan 41 gol dari 111 penampilan dan akan tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Wales. Perjalanan 17 tahun sebagai pemain profesional yang telah mengangkat derajat sebak bola Wales.
"So for now I am stepping back but not away from the team that lives in me and runs through my veins after all the dragon on my shirt is all I need."
Demikian pesan perpisahan khusus dilayangkan Bale kepada para penggemar Wales. Ya, sampai kapan pun ikatan di antara mereka tidak akan terputus.
Meminjam lelucon Pep Guardiola, setelah ini kita akan melihat Bale lebih banyak di lapangan golf. Selamat berjuang menjadi pegolf top, Bale!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H