Bale begitu subur. Ia menjadi pencetak gol terbanyak di babak kualifikasi dan mengantar negara itu untuk pertama kali dalam 58 tahun berpartisipasi di Piala Eropa 2016.
Tidak hanya itu. Debut mereka di pentas Eropa pun begitu gemilang. Langsung tancap gas hingga menggasak tim bertabur bintang Belgia, 3-1 untuk menembus semifinal. Langkah mereka ke partai puncak kemudian dihadang Portugal. Gol Cristiano Ronaldo dan Nani mengakhiri perjalanan fenomenal Bale dan Wales.
Cerita indah terus berlanjut. Di usia yang lepas kepala tiga, Bale masih diandalkan untuk mengukir sejarah berikutnya. Bale memimpin negaranya dan mencetak tiga gol krusial ke gawang Austria dan Ukraina untuk kembali ke pentas terakbar sejagad, Piala Dunia pertama sejak 1958.
Kehilangan besar
Memang disayangkan "comeback" Wales ke Piala Dunia harus berakhir di babak grup. Mereka tak bisa bersaing dengan Inggris dan Amerika Serikat ke fase gugur.
Setelah bermain imbang 1-1 kontra Amerika Serikat, Wales dihajar Iran dua gol tanpa balas. Kekalahan 0-3 dari Inggris akhirnya menguburkan segala mimpi indah Bale dan Wales.
Bale tentu kecewa berat saat itu. Ia satu-satunya yang mencetak gol sekaligus gol pertama dan satu-satunya Wales di Piala Dunia setelah 64 tahun. Itu jelas tidak cukup untuk lolos.
Semua pemain, pelatih, dan penggemar pun larut dalam suasana serupa. Bale melambaikan tangan dengan lesu ke arah pendukung usai kekalahan melawan Inggris.
Lambaian tangan yang sesungguhnya mengandung banyak makna. Salah satu kemudian menjadi kenyataan. Lambaian tangan terakhir Bale sebagai pemain Wales.
Lambaian perpisahan, sesuatu yang sangat ditakuti rakyat Wales. Kehilangan salah satu tokoh sentral yang membuat mereka bisa tersenyum bangga.
Keputusan pensiun di usia 33 tahun cukup mengagetkan. Menjadi hari perkabungan bagi sepak bola Wales di awal pekan ini.