Sayangnya wasit utama Omar Al-Yaqoubi tidak melayangkan kartu kuning apalagi kartu merah kepada "aktor" Vietnam itu. Tindakannya terhadap Ricky di kotak penalti pun tidak dianggap melanggar sehingga Indonesia kehilangan kesempatan emas mendapat hadiah penalti.
Memang pertandingan babak kedua berlangsung dalam tensi tinggi. Salah satunya dipicu oleh tindakan tidak fair dari pemain seperti Doan Van Hau. Pemain yang telah menjadi "musuh" publik Malaysia dan Thailand karena aksi serupa ternyata kembali sukses memainkan intrik.
Trik licik yang jelas merugikan Indonesia tetapi membawa keuntungan bagi Vietnam. Apakah ini bagian dari skenario Park Hang-seo yang juga terkenal tengil itu?
Dua skenario
Para fan Merah-Putih memang patut menyesali hasil imbang ini yang semakin diperparah oleh aksi tengil Van Hau dan kepemimpinan Omar Al-Yaqoubi.
Sikap yang juga jelas-jelas ditunjukkan Shin Tae-yong usai laga. Lagi dan lagi, ia mengeluhkan finishing para pemainnya.
Namun, tidak ada gunanya larut dalam kekecewaan. Soal Van Hau dan Omar Al-Yaqoubi biarlah menjadi urusan operator dan penyelenggara turnamen. Semoga suara warganet Indonesia yang dibarengi dengan risakan tanpa ampun ke akun sosial media kedua orang itu bisa mendapat perhatian dari Federasi Sepak Bola ASEAN.
Yang terpenting bagi Indonesia adalah mengevaluasi dan mempersiapkan diri memainkan laga "hidup-mati" di Hanoi awal pekan depan. Dengan waktu istirahat dan persiapan yang sangat sempit, sekiranya tidak menutup ruang perbaikan bagi para pemain.
Indonesia tetap punya peluang mengulangi pencapaian edisi sebelumnya. Jalannya sungguh terjal. Syaratnya memang berat.Â
Cara pertama paling telak yakni mencetak gol dan meraih kemenangan di kandang Vietnam.Â
Bila tidak sanggup membuat perbedaan, Indonesa cukup mengimbangi tuan rumah dengan gol, misalnya 1-1, 2-2, dan seterusnya. Bila demikian Indonesia berhak ke partai pamungkas lantaran unggul agresivitas gol tandang.Â