Kedua, rupanya Vietnam sukses menjalankan strategi untuk setidaknya menahan imbang tuan rumah. Bagi Vietnam hasil seri itu membuat mereka bisa lebih percaya diri untuk memainkan leg kedua di hadapan pendukung sendiri.
Sempat menyulitkan Indonesia di 15 menit awal pertandingan, selebihnya serangan Vietnam tidak terlalu masif. Aliran bola di babak kedua sebagian besar bergulir di area tengah.
Vietnam berupaya agar para pemain Indonesia tidak sampai mendikte pertandingan dengan penguasaan bola yang lebih banyak.
Meski unggul "ball possession", dengan 56 persen berbanding 44 persen, Vietnam hanya sanggup mengukir satu tembakan tepat sasaran dari empat percobaan.
Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding skuad Garuda yang mempunyai dua "shots on target" dari delapan upaya.
Meski tidak lebih tajam dan berbahaya dari Indonesia, menghindari gawangnya dari kebobolan dan bisa memetik hasil seri sudah lebih dari cukup bagi Vietnam untuk berupaya menggagalkan upaya Indonesia ke partai final.
Kontroversi Doan Van Hau
Ketiga, nama Doan Van Hau sungguh mencuri perhatian di laga ini. Sayangnya, bukan karena aksi-aksi memukau yang mengundang decak kagum. Tetapi sebaliknya, tindakannya yang tidak sportif bahkan sangat berisiko.
Pemain bernomor punggung 5 ini melakukan dua pelanggaran keras kepada para pemain Indonesia. Mula-mula melanggar Dendy Sulistyawan. Tekel dua kaki di menit ke-54 yang berlanjut dengan pelanggaran terhadap Ricky Kambuaya di kotak penalti pada menit ke-93.
Lucunya, pemain yang berposisi sebagai full-back itu bertindak seolah-olah dirinya yang dirugikan. Ia terlihat meringis kesakitan. Ternyata, aksinya sangat manjur mengelabui wasit utama dan para wasit garis.
Entah karena para pengadil pertandingan itu benar-benar tidak melihat atau melihat namun tidak menganggap itu pelanggaran, namun dari kaca mata awam, dua tindakan itu seharusnya diberi hukuman.