Lima dari tujuh wakil Indonesia meraih hasil positif di fase grup BWF World Tour Finals 2022. Berlangsung sejak Rabu (7/12/2022) di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, mereka berhasil mengamankan tiket semifinal.
Kelima wakil Merah-Putih yang melaju adalah Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie (tunggal putra), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra) serta Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari (ganda campuran).
Sayangnya, Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri) dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (ganda putri) terhenti. Sebagai debutan, kegagalan tersebut tetap memberi arti tersendiri.
Sebab, mereka tidak hanya sekadar melengkapi kuota delapan wakil atau pasangan di kedua sektor. Mereka mampu membuat persaingan di fase grup berlangsung ketat. Malah, keduanya berhasil membuat kejutan dengan memetik kemenangan di pertandingan pertama.
Selanjutnya, harapan kontingen Indonesia kini tertuju pada ketiga sektor untuk melangkah ke partai final dan mengakhiri paceklik gelar sejak The Daddies naik podium juara di Guangzhou, China, 2019 silam.
"Perang saudara" Lagi
Hasil undian semifinal yang langsung digelar setelah menuntaskan matchday terakhir fase grup, Rabu (7/12/2022) malam WIB kembali menghadirkan "perang saudara" di sektor tunggal putra.
Ginting dan Jojo kembali berhadapan di empat besar, setelah sebelumnya berada di grup yang sama. Positif bagi Indonesia lantaran memiliki satu wakil di partai pamungkas untuk menghadapi pemenang antara Viktor Axelsen dari Denmark versus "rising star" Jepang, Kodai Naraoka
Perjalanan Ginting dan Jojo di babak penyisihan grup memiliki cerita tersendiri. Keduanya sudah harus berhadapan di laga pertama Grup B yang dimenangkan Ginting melalui pertarungan tiga gim, 6-21, 21-10, dan 21-9.
Ternyata undian tersebut memberi keuntungan bagi Indonesia. Sebab, Ginting dan Jojo kompak meraih kemenangan di dua laga berikutnya. Kemenangan di laga terakhir membuat keduanya menggusur Chou Tien Chen dan Loh Kean Yew masuk kotak.
Ginting menjadi juara grup setelah sapu bersi kemenangan. Usai mengalahkan kompatriotnya, pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu menang 21-14, 12-21, dan 21-19 atas unggulan kedua, Chou Tien Chen. Di laga terakhir, Ginting membuat Loh Kean Yew bertekuk lutut dua gim, 21-12 dan 23-21.
Sedangkan Jojo, berhasil mengunci dua kemenangan beruntun. Pebulutangkis yang menjadi unggulan empat itu menumbangkan Chou Tien Chen, 21-13, 12-21, dan 21-17 dan menang rubber game pula atas jagoan Singapura, 16-21, 22-20, dan 21-10.
Hasil tersebut menempatkan Ginting finis sebagai pemuncak grup, disusul Jojo di posisi kedua. Chou Tien Chen yang di atas kertas lebih diunggulkan, ternyata harus mengakhiri perjuangannya di dasar klasemen. Ia angkat koper lebih awal dengan tanpa sekali pun memetik kemenangan.
Jojo kontra Ginting akan bertemu untuk kedelapan kalinya di turnamen resmi, setelah perjumpaan dua atau tiga hari lalu. Keduanya tentu sudah saling mengenal secara mendalam.
Pertemuan ketujuh menjadi milik Ginting untuk mengubah skor pertemuan menjadi 4-3. Ginting yang sementara ini memimpin atas Jojo tentu bertekad untuk menjaga catatan bagus tersebut.
Namun, Jojo tentu tidak ingin selisih "head to head" kian melebar dan kehilangan tiket ke final BWF World Tour Finals yang sudah di depan mata. Ini akan menjadi kesempatan pertama bagi pemain kelahiran Jakarta itu untuk merasakan atmosfer partai puncak turnamen yang menyediakan total hadiah 1.5 juta USD itu.
Sementara Ginting sedikit lebih berpengalaman di panggung besar ini. Sebab, pemain ranking tujuh BWF atau dua tangga di belakang Jojo, pernah menjadi finalis pada edisi 2019. Sayangnya, Ginting gagal menggapai klimaks setelah dihentikan unggulan pertama dari Jepang, Kento Momota, 21-17, 17-21, dan 14-21.
Pemenang Jojo kontra Ginting kali ini akan ditentukan pada kesiapan masing-masing pemain. Yang kurang siap, baik secara fisik maupun mental akan terpental.
Peluang "All Indonesian Final"
Dua wakil Indonesia di ganda putra masih bertahan. Masing-masing terhindar dari perjumpaan di semifinal meski sama-sama mengakhiri babak grup sebagai runner-up di kedua grup.
Fajar/Rian dan The Daddies meraih hasil minor di laga terakhir penyisihan grup. The Daddies gagal sapu bersih kemenangan di Grup B setelah dijegal pasangan China yang menjadi unggulan keempat dan kemudian menjadi juara grup, Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi, 13-21 dan 18-21.
The Daddies sebenarnya sudah dipastikan mendapat satu tiket semifinal dari Grup B. Bermodalkan kemenangan atas juara dunia asal Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-12 dan 21-15 dan wakil Denmark Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen juga dua gim langsung, 21-13, 21-12.
Berbeda nasib dengan The Daddies dan Liu/Ou, Aaron/Soh dan Kim/Anders harus tersingkir.
Fajar/Rian pun gagal menjaga tren positif. Unggulan teratas ini menelan pil pahit saat berhadapan dengan unggulan tiga dari Malaysia, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi, 21-10, 17-21, dan 19-21. Pertandingan terakhir di Grup A ini sekaligus memastikan siapa yang keluar sebagai jawara grup.
Sedangkan dua kontestan lain di grup A, pemuncak ranking dunia asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dan Choi Sol Gyu/Kim Won Ho dari Korea Selatan harus tersingkir. Keduanya hanya mampu memetik satu kemenangan (Hoki/Kobayashi atas Ong/Teo dan Choi/Kim atas Hoki/Kobayashi).
Ada yang menarik dari undian semifinal ganda putra kali ini. Selain terhindar dari pertemuan sesama rekan senegara, duo ganda putra Indonesia ini akan menghadapi lawan yang mengalahkan kompatriotnya di laga terakhir fase grup.
Fajar/Rian bersua Liu/Ou, sedangkan The Daddies berjumpa Ong/Teo. Bagaimana catatan pertemuan mereka?
Di atas kertas, berdasarkan ranking dunia dan skor "head to head", kedua wakil Merah-Putih itu dalam posisi superior.
Fajar/Rian yang berperingkat tiga BWF unggul dua kali dalam tiga pertemuan atas lawannya yang berada di posisi 11 BWF. Ketiga pertemuan itu terjadi di tahun ini. Jadi kedua pasangan memang sedang dalam semangat tinggi untuk saling mengalahkan.
Pertemuan terakhir di babak 32 besar Singapore Open 2022 menjadi milik Fajar/Rian, 21-18 dan 2-15. Sebelum itu, Liu/Ou menumbangkan Fajar/Rian di perempat final Indonesia Open, 21-18 dan 21-18.
Situasi serupa juga menguntungkan The Daddies. Pasangan senior yang sudah memiliki rekam jejak di panggung ini, mampu mengunci kemenangan di dua pertemuan terakhir dari empat kesempatan keseluruhan.
Perjumpaan sebelumnya terjadi di semifinal India Open yang dimenangi The Daddies dalam dua gim, 21-15 dan 21-18.
Meski demikian, statistik itu tidak menggaransi kemenangan. Ada faktor lain yang akan ikut menentukan jalannya pertandingan nanti.
Pasangan China ingin menggagalkan misi Fajar/Rian menggapai podium tertinggi. Demikian juga pasangan muda Malaysia ingin mengukir prestasi di Bangkok dengan melewati hadangan pasangan paling senior dan sarat prestasi.
Kita tentu berharap, Fajar/Rian dan The Daddies sungguh berada di jalur yang tepat untuk mengulangi kejayaan ganda putra seperti tiga tahun lalu. Lebih istimewa lagi, bila keduanya bisa menyingkirkan lawan-lawannya untuk menciptakan "all Indonesian final", misi yang mustahil terjadi di tunggal putra.
Sejarah baru ganda campuran
Sejarah bagi ganda campuran Indonesia. Pertama kali setelah menanti lima tahun, Merah-Putih memiliki wakil di babak semifinal.
Terakhir kali sektor ini mengirim wakil ke babak "knock out" pada edisi 2017 melalui pasangan kawakan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari sukses mengakhiri penantian cukup panjang itu. Kemenangan di laga "hidup-mati" kontra Thom Gicquel/Delphine Delrue adalah kunci.
Rinov/Pitha mengawali debut mereka di panggung besar ini dengan kemenangan atas pasangan Negeri Jiran, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie, 21-12 dan 21-15.
Rinov/Pitha kemudian menyerah dari unggulan pertama dari China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, 9-21 dan 20-22.
Di laga penentuan, Rinov/Pitha tampil luar biasa. Sempat tertinggal di gim pertama, pertengahan gim kedua, dan akhir gim penentuan, pasangan yang kini berada di ranking 13 BWF berhasil "comeback". Â
Mereka mengejar ketertingalan 17-20 di set ketiga dan berbalik mencapai poin kemenangan dalam laga yang sangat menguras tenaga dan emosi, 14-21, 21-17, dan 24-22.
Kemenangan dalam pertemuan pertama atas pasangan Prancis yang kini berada di lingkaran 10 besar BWF itu memastikan Rinov/Pitha finis sebagai runner-up Grup A, di belakang andalan China yang dua kali menang straight set dan sekali menang "walkover" atas pasangan Malaysia.
Di babak semifinal, pasangan nomor 13 BWF ini akan menghadapi lawan berat. Pemuncak ranking dunia dan andalan tuan rumah. Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Selain ranking dunia yang masih terpaut jauh, Rinov/Pitha pun memiliki rekam jejak negatif saat berhadapan dengan pasangan yang disapa Bass/Popor itu.
Dari tiga pertemuan yang sudah dilakoni, Rinov/Pitha belum sekalipun menang. Hanya saja, Rinov/Pitha tetap memiliki kans.
Keduanya bisa mengubah status "underdog" untuk bermain lepas. Pertemuan terakhir terjadi tahun lalu di semifinal HYLO Open 2021 yang berakhir dengan kekalahan straight set, 20-22 dan 14-21. Rentang waktu satu tahun lebih dari cukup untuk melepaskan diri dari memori pahit itu.
Sebagai gantinya, bertekad menorehkan catatan tersendiri dalam lembaran baru pertemuan, sekaligus mengakhiri rentetan hasil minor itu.
Terlepas dari hasil pertandingan nanti, bagi Rinov/Pitha, lolos ke semifinal sudah menjadi pencapaian tersendiri. Mendapatkan pelajaran berharga untuk melompat lebih tinggi.
Bila kali ini berhasil melakukan loncatan besar menggapai final, maka akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Terpenting bagi Rinov/Pitha bermain tanpa beban, mengerahkan segenap kemampuan, dan mempersiapkan fisik serta mental sebaik mungkin.
Seandainya Dewi Fortuna berkenan tidak ada yang bisa menghentikan Rinov/Pitha untuk menghadapi pemenang antara Zheng/Huang versus Tan Kian Meng/Lai Pei Jing asal Malaysia.
Pengalaman Berharga Jorji dan Apri/Fadia
Gregoria Mariska dan Apri/Fadia mendapat pengalaman berharga di ajang akbar ini. Berada di antara para bintang, tidak menciutkan nyali mereka. Jorji dan Apri/Fadia membuktikan mereka tidak sekadar pelengkap penderita.
Memang rapor akhir tidak meloloskan mereka ke semifinal. Namun, dari tiga pertandingan yang dilakoni, mereka sanggup memetik satu kemenangan.
Jorji menunjukkan banyak sisi positif.Pebulutangkis 23 tahun itu mampu mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 Chen Yu Fei di pertandingan pertama Grup A, 9-21, 21-14, dan 16-21.
Selanjutnya, memaksa pemain nomor satu dan dua dunia untuk bermain rubber game.
Jorji memberi perlawanan kepada An Se-young, unggulan empat di turnamen ini namun berada di ranking dua BWF. Hasil akhir memang belum berpihak pada Jorji. Di balik kekalahan tiga gim, 21-9, 11-21, dan 21-10 dan rekor pertemuan yang kian menjauh 0-4, Jorji sesungguhnya menunjukkan peningkatan performa.
Begitu juga ketika menghadapi pemuncak ranking dunia dari Jepang, Akane Yamaguchi di laga terakhir. Sempat tertinggal di gim pertama, Jorji tidak lantas patah arang.
Jorji sampai harus mendapat perlawanan. Tetapi situasi itu tidak menjadi alasan baginya untuk memberi kemenangan dua gim kepada Yamaguchi. Jorji membuat laga berlangsung tiga gim 15-21 21-13 18-21.
Jorji menempati urutan terakhir di klasemen akhir. Nasibnya setali tiga uang dengan An Se-young, sang juara bertahan yang harus angkat koper lebih awal.
Sementara dua tiket semifinal menjadi milik Chen Yu Fei dan Yamaguchi yang masing-masing finis sebagai juara dan runner-up berkat dua kemenangan.
Usai takluk tiga gim dari Jorji, Chen Yu Fei mampu menggasak An Se-young dan Akane dalam dua gim.
Sedangkan Yamaguchi hanya menderita sekali kekalahan dari lawannya asal China. Kemenangan straight set atas An Se-young dan rubber game atas Jorji mengantarnya ke semifinal.
Meski demikian, Jorji sudah berjuang maksimal. Memberi perlawanan kepada para unggulan dengan begitu gigih.
Tiga kontestan lain mendapat poin dari Jorji melalui pertarungan tiga gim. Sesuatu yang tidak terjadi ketika Chen Yu Fei kalahkan An Se-young dan Akane, atau Akane membungkam An Se-young.
Sambil dengan itu Jorji bisa mengeluarkan berbagai potensi yang selama ini seperti tersembunyi. Selain determinasi dan skill, pebulutangkis kelahiran Wonogiri itu sesungguhya punya mental dan fisik yang bagus.
Di tengah persiapan ke Bangkok yang begitu singkat, Jorji mampu menampilkan yang terbaik. Kecepatan langkah kaki yang kian meningkat, akurasi yang makin baik, serta semangat juang yang tinggi.
Di turnamen penutup tahun ini, Jorji memberi harapan dengan penampilannya yang semakin berkembang. Berbeda dari versi sebelumnya yang rawan kesalahan sendiri, terlihat malas, pergerakan seperti penuh beban, tidak menikmati permainan, hingga kurang berdaya juang.
Jorji pun melengkapi tahun positif dalam kariernya di jenjang senior. Sebuah isyarat bagus untuk menghadapi persaingan di tahun mendatang seiring ranking dunianya yang mulai bergerak mendekati 15 besar BWF.
Sama halnya Apri/Fadia. Kemenangan atas juara French Open 2022, Pearly Tan/Muralitharan Thinaah dari Malaysia dan kegagalan membendung dua pasangan China yang kemudian mewakili Grup B yakni Zhang Shu Xian/Zheng Yu dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan adalah pelajaran untuk mengarungi persaingan di tahun depan dengan target jangka besar: tampil di Olimpiade Paris 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H