Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dejavu! 1.000 Penalti Luis Enrique Hanya Omong Kosong

7 Desember 2022   09:28 Diperbarui: 7 Desember 2022   09:48 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim nasional Spanyol tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia 2022, kalah adu penalti dari Maroko: ODD ANDERSEN/AFP  via bolasport.com

Education City Stadium, Selasa (6/12/2022) tengah malam WIB menjadi panggung kesedihan bagi Spanyol. Tim Matador harus menelan pil pahit. Tersingkir dari babak 16 besar Piala Dunia 2022.

Kegagalan ini sungguh menyakitkan. Ditempatkan sebagai unggulan dan mampu mendominasi pertandingan selama 120 menit namun harus bernasib tragis dalam drama adu penalti.

Tiga eksekutor pertama tak sanggup menjalankan tugas. Pablo Sarabia, Carlos Soler dan Sergio Busquets kompak apes. Mereka tak sanggup menggetarkan gawang Yassine Bounou.

Sebaliknya, Maroko bermain penuh percaya diri. Raut tim besutan Walid Regragui jauh dari kata tegang. Mereka begitu menikmati pertandingan.

Mereka sadar bukan favorit membuat mereka bisa tampil lepas. Bermain tanpa beban membuat mereka bisa memanfaatkan setiap lebar lapangan. Mereka bisa memainkan bola dengan berani di area pertahanan sendiri. Mereka dengan gampang menekan dengan memanfaatkan kecepatan dan postur tubuh jangkung.

"Ball possession" boleh di pihak La Furia Roja. Namun, Singa Atlat tampil lebih efektif, baik dari sisi ancaman maupun tendangan tepat sasaran.

Tidak sampai di situ. Keberanian dan kegembiraan wakil Afrika itu juga terlihat ketika mereka harus sampai pada momen sarat ketegangan. Adu tos-tosan.

Tekanan justru berada di kubu Spanyol. Pemain pengganti Abdelhamid Sabiri yang menjadi algojo pertama dengan tenang menaklukkan Unai Simon.

Sarabia gagal membuka keunggulan bagi Spanyol. Hakim Ziyech yang mendapat kesempatan berikutnya hampir tanpa hambatan menaklukkan Simon.

Spanyol kian tertekan. Maroko makin percaya diri. Sang kapten, Sergio Busquets pun gagal memberi harapan bagi Spanyol. Achraf Hakimi yang bermain luar biasa dengan mematikan pergerakan Dani Olmo di satu sisi dan membantu agresivitas serangan Maroko di sisi lain dengan penuh keyakinan menuntaskan tanggung jawab.

Bek sayap yang bermain untuk Paris Saint-Germain (PSG) itu bahkan mengunci kemenangan Maroko secara indah, setelah upaya eksekutor sebelumnya Badr Benoun diblok Simon. Tendangan panenka diambil dengan penuh percaya diri. Akurat. Simon teperdaya.

Dunia hampir tak percaya. Spanyol harus tersisih dengan cara demikian. Tidak sanggup mencetak gol, sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan laga pembukaan mereka di fase Grup E ketika menghancurkan Kosta Rika tujuh gol tanpa balas.

Demikian juga ketika harus berhadapan dengan tendangan penalti.  Sama sekali jauh dari kata siap. Tiga penendang awal semuanya gagal. Sementara Maroko bisa dengan tenang memanfaatkan momentum tersebut.

Kita masih ingat pernyataan Luis Enrique yang kembali viral belakangan ini. Mantan juru taktik Barcelona itu sudah memberi pekerjaan rumah bagi para pemain Spanyol sebelum terbang ke Qatar. Setidaknya mengambil 1.000 tendangan penalti.

Pelatih Spanyol menegaskan hal itu lagi saat konferensi pers pra-pertandingan.

"Saya membayangkan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan rumah mereka," beber Enrique melansir dailymail.co.uk.

"Lebih dari setahun yang lalu, di salah satu kamp Spanyol, saya memberi tahu mereka bahwa mereka harus sampai di sini dengan setidaknya 1.000 penalti diambil. Jika Anda menunggu sampai tiba di sini untuk berlatih penalti... [itu tidak akan cukup]."

Ya, Enrique mengharuskan para pemain Spanyol lulus 1.000 penalti sebagai modal ke Timur Tengah.

Enrique tentu punya alasan tersendiri. Hal terpenting adalah kenangan buruk Piala Eropa 2020 yang digelar Juli tahun lalu.

Saat itu, Spanyol yang tampil impresif sejak fase grup harus terhenti di semifinal. Mereka kalah dalam adu tos-tosan dengan sang juara, Italia.

Bermain imbang 1-1 hingga babak extra time berakhir. Namun, kegagalan Alvaro Morata menaklukkan Gianluigi Donnarumma lebih dari cukup menghentikan langkah Spanyol ke partai pamungkas di Wembley, London.

Enrique sepertinya tidak ingin mereka kembali tersandung karena penalti. Diberikanlah tugas itu kepada para pemain. Harapannya, keberanian semakin tebal, ketegangan bisa dikelola, dan keberuntungan semakin besar.

"Ini adalah momen ketegangan maksimum, waktu untuk menunjukkan keberanian Anda dan Anda dapat menembak penalti dengan cara yang telah Anda putuskan, jika Anda telah melatihnya ribuan kali. Itu mengatakan banyak tentang setiap pemain."

Prinsip dan pernyataan Enrique itu kemudian bisa kita konfirmasi di lapangan pertandingan. Setelah laga intens tak juga berbuah gol, ujian sesungguhnya itu tiba.

Yang terjadi adalah tiga kegagalan beruntun. Entah mengapa Sarabia, Soler, dan Busquets tak mampu mengoyak gawang Maroko.

Memang harus diakui tendangan penalti mereka buruk. Mudah dibaca lawan.

"Kami benar-benar mendominasi pertandingan, sayang sekali hasilnya seperti itu. Ini hal yang paling sulit, bermain melawan tim seperti Maroko yang pekerja keras." Demikian Enrique usai laga yang sungguh menguras emosi itu.

Itu adalah keempat kalinya Spanyol tersingkir dari Piala Dunia melalui adu penalti. Malah, ini yang kedua secara beruntun.

Dejavu. Pada edisi sebelumnya, Piala Dunia 2018, langkah Spanyol pun tersandung di 16 besar. Takluk dari tuan rumah Rusia lewat adu penalti.

Kala itu, Iago Aspas yang menjadi penendang kelima tak mampu menggetarkan jala Igor Akinfeev. Spanyol menyerah 4-3.

"Penalti merugikan kami, tapi saya sangat bangga dengan tim dan semua pemain. Saya sangat menyesal dengan hasilnya tapi saya mengucapkan selamat kepada Maroko."

Apakah PR 1.000 penalti masih kurang banyak untuk Spanyol? Untuk saat ini, bagi fan Spanyol, yang dikatakan Enrique itu terdengar seperti omong kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun