Bek sayap yang bermain untuk Paris Saint-Germain (PSG) itu bahkan mengunci kemenangan Maroko secara indah, setelah upaya eksekutor sebelumnya Badr Benoun diblok Simon. Tendangan panenka diambil dengan penuh percaya diri. Akurat. Simon teperdaya.
Dunia hampir tak percaya. Spanyol harus tersisih dengan cara demikian. Tidak sanggup mencetak gol, sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan laga pembukaan mereka di fase Grup E ketika menghancurkan Kosta Rika tujuh gol tanpa balas.
Demikian juga ketika harus berhadapan dengan tendangan penalti. Â Sama sekali jauh dari kata siap. Tiga penendang awal semuanya gagal. Sementara Maroko bisa dengan tenang memanfaatkan momentum tersebut.
Kita masih ingat pernyataan Luis Enrique yang kembali viral belakangan ini. Mantan juru taktik Barcelona itu sudah memberi pekerjaan rumah bagi para pemain Spanyol sebelum terbang ke Qatar. Setidaknya mengambil 1.000 tendangan penalti.
Pelatih Spanyol menegaskan hal itu lagi saat konferensi pers pra-pertandingan.
"Saya membayangkan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan rumah mereka," beber Enrique melansir dailymail.co.uk.
"Lebih dari setahun yang lalu, di salah satu kamp Spanyol, saya memberi tahu mereka bahwa mereka harus sampai di sini dengan setidaknya 1.000 penalti diambil. Jika Anda menunggu sampai tiba di sini untuk berlatih penalti... [itu tidak akan cukup]."
Ya, Enrique mengharuskan para pemain Spanyol lulus 1.000 penalti sebagai modal ke Timur Tengah.
Enrique tentu punya alasan tersendiri. Hal terpenting adalah kenangan buruk Piala Eropa 2020 yang digelar Juli tahun lalu.
Saat itu, Spanyol yang tampil impresif sejak fase grup harus terhenti di semifinal. Mereka kalah dalam adu tos-tosan dengan sang juara, Italia.
Bermain imbang 1-1 hingga babak extra time berakhir. Namun, kegagalan Alvaro Morata menaklukkan Gianluigi Donnarumma lebih dari cukup menghentikan langkah Spanyol ke partai pamungkas di Wembley, London.