Jude Victor William Bellingham. Tidak ada namanya di papan skor saat Inggris menggasak Senegal di babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Kemenangan The Three Lions tiga gol tanpa balas atas wakil Afrika di Al Bayt Stadium, Senin (5/12/2022) dini hari WIB ditentukan oleh Jordan Henderson, Harry Kane, dan Bukayo Saka. Dua gol pertama terjadi di paruh pertama.
Meski demikian, pemain belia itu justru mencuri perhatian. Namanya, paling disebut usai laga. Berbagai situs olahraga yang menampilkan statistik pertandingan malah memberi skor penampilan paling tinggi untuk pemain 19 tahun itu.
Ya, pemain kelahiran Stourbridge itu menjadi bagian tak terpisahkan dari langkah Inggris yang makin pasti, kembali mencapai babak delapan besar di Piala Dunia secara beruntun untuk pertama kali sejak 2006.
Bellingham bisa menjalankan perannya di lini tengah secara efektif, taktis, dan ciamik. Dalam formasi "starting line up" 4-1-2-3 yang ditetapkan Gareth Southgate, Jude Bellingham bermain impresif bersama seniornya Jordan Henderson dan pemain muda lainnya Declan Rice.
Sang gelandang tampil energik baik saat berduel, melakukan tekel, penguasaan bola, hingga upaya-upaya lain untuk menghentikan pergerakan lawan. Seperti kita tahu, dari sisi kekuatan dan kecepatan, skuad Singa Teranga itu jelas tidak bisa diremehkan.
Melansir laporan bbc.com, Bellingham begitu menonjol dalam sejumlah aspek di babak pertama. Ia paling banyak memenangkan duel yakni delapan kali, tiga kali tekel sukses, dan dua kali memenangkan penguasaan bola di sepertiga akhir.
Angka-angka tersebut terbilang kecil. Tetapi untuk ukuran pemain muda dan dibandingkan dengan para pemain lain, ia tetap menonjol.
Pergerakan dan sentuhan-sentuhannya begitu krusial. Â Akurasi umpannya pun mengagumkan. Dari enam kali tak satu pun meleset. Artinya, akurasi umpannya di sepertiga akhir adalah 100 persen.
Ia terbilang berhasil menjaga keseimbangan antara lini belakang yang digawangi Jordan Picford di bawah mistar gawang lalu kuarter bek John Stones, Harry Maguire, Luke Shaw, dan Kyle Walker dan trio lini depan Harry Kane, Phil Foden, dan Bukayo Saka.
Bellingham membuat lini tengah Inggris begitu dinamis dan sulit dikoyak. Hal ini jelas tidak lepas dari kepercayaan Henderson dan Declan Rice untuk memberi ruang bagi Bellingham berkembang dan menunjukkan kemampuannya. Begitu juga kerelaan Saka dan Foden untuk bermain lebih melebar, sepenuhnya bergerak dari kedua sayap.
Southgate terbukti benar dengan pilihannya. Tidak hanya terkait kepercayaan pada Bellingham. Tetapi juga mengembalikan Saka dan Foden, dan tetap meninggalkan Rashford yang bermain cemerlang dengan dua gol ke gawang Wales beberapa hari lalu di bangku cadangan. Sementara itu, Raheem Sterling dibiarkan pulang kampung menyusul insiden kemalingan di rumah keluarganya.
Bellingham juga ikut andil membuka keunggulan The Three Lions di menit ke-38. Umpan ciamiknya memungkinkan Henderson bisa memecah kebuntuan, sekaligus menjadikan gelandang Liverpool itu sebagai pencetak gol tertua kedua Inggris di Piala Dunia dalam usia 32 tahun.
Bagi Bellingham asis itu bakal tercatat dalam sejarah sepak bola Inggris. Ia menjadi pemain termuda yang memberikan umpan gol dalam pertandingan Piala Dunia untuk negara tersebut, setidaknya sejak 1966. Bellingham menorehkan catatan itu dalam usia 19 tahun dan 158 hari.
Inggris menguasai bola dengan prosentase keseluruhan 61 persen berbanding 39 persen. Juara Afrika mencoba melepaskan sepuluh percobaan namun hanya satu dari antaranya tepat sasaran.
Satu-satunya "shots on target" itu terjadi di awal laga. Ancaman dini yang cukup mengagetkan dari Boulaye Dia yang sukses dimentahkan Jordan Pickford, sosok vital lainnya di balik hasil positif di laga ini.
Sementara Inggris, meski tidak lebih banyak dari sisi "shots" namun jumlah tembakan tepat sasaran lebih banyak yakni empat. Kiper Chelsea, Edouard Mendy dengan segala pengalamannya di sepak bola Inggris tiga kali harus memungut bola dari dalam gawangnya.
Angka-angka yang menunjukkan betapa Inggris memang lebih superior dari tim yang kehilangan ketajaman di lini depan menyusul absennya sang bintang, Sadio Mane itu. Penampilan Inggris yang cukup berimbang di semua lini dan begitu kentara dengan serangan balik yang berbahaya.
Bellingham yang digantikan Mason Mount di menit ke-76 terjadi setelah Inggris sudah cukup aman dan nyaman bermain. Pada waktu yang sama, Stones juga diistirahatkan dan digantikan Eric Dier.
Southgate malah menarik keluar Foden lebih awal setelah pemain itu memberi asis bagi gol pertama Kane di Piala Dunia 2022 dan gol ketiga Inggris dari Bukayo Saka di menit ke-57.
Patut dicatat, dari Bellingham, Foden mendapat umpan untuk membantu sang kapten mengakhiri paceklik gol di Timur Tengah.
Pergantian Foden dengan Jack Grealish terjadi bersamaan dengan Saka yang memberi tempatnya kepada Marcus Rashford. Â Baru di menit ke-82 giliran Henderson yang memberi tempat kepada Kalvin Phillips.
Pergantian itu tidak mengubah keadaan. Skor tak juga berubah. Inggris tetap dominan hingga wasit meniup peluit panjang.
Inggris pun tak kebobolan alias clean sheet ketiga berturut-turut (sejak 0-0 vs Amerika Serikat dan 3-0 vs Wales di fase Grup B). Ini adalah catatan terbaik Inggris di pesta bola empat tahunan itu sejak 1982.
Hal itu berbanding lurus dengan produktivitas gol. Sudah 12 gol tercipta dalam empat pertandingan terakhir, rekor terbanyak dalam satu turnamen besar, sejajar dengan Piala Dunia 2018 saat mereka finis sebagai semifinalis.
Pujian bagi Bellingham berdatangan dari mana-mana. Foden dengan penuh kehati-hatian tetap tak bisa menyembunyikan kekaguman pada pemain Borussia Dortmund itu.
"Saya tidak ingin terlalu membesarkannya karena dia masih muda, tapi dia salah satu pemain paling berbakat yang pernah saya lihat. Â Dia tidak memiliki kelemahan dalam permainannya. Saya pikir dia akan menjadi gelandang terbaik di dunia," begitu Foden kepada ITV melansir bbc.com.
Henderson malah tidak ingin membuat pemain muda itu jemawa karena baru menunjukkannya secara jelas di satu laga yang baru saja lewat.Â
"Dia masih muda dan kami hanya perlu membiarkan dia bermain sepak bola, tapi dia luar biasa."
Siapa lebih bersinar?
Langkah Tiga Singa berlanjut ke babak berikutnya yang sudah ditunggu Prancis. Beberapa jam sebelumnya, sang juara bertahan sukses melewati hadangan Polandia dengan kemenangan 3-1. Peran penting Kylian Mbappe terlihat di laga itu dengan satu asis untuk gol pembuka dari Olivier Giroud (menit 44) dan sepasang gol (menit 74 dan 90+1).
Perebutan tiket semifinal antara dua wakil Eropa ini akan tersaji di tempat yang sama pada Minggu (11/12/2022) dini hari WIB nanti.
Pertemuan itu tidak hanya menentukan siapa yang berhak ke semifinal. Namun, menjadi panggung pertarungan antara dua tim dengan ambisi dan kepercayaan diri yang sama-sama tengah berada di titik maksimal.
Pertemuan antara kedua tim yang juga bertumpu pada gabungan kekuatan antara pemain senior dan pemain muda. Momen ujian yang lebih berat dan ketat bagi Bellingham dan lini tengah Inggris di satu sisi. Begitu juga bagi Les Bleus yang bertopang pada Adrien Rabiot dan Aurelien Tchouameni, berikut Mbappe, Antoine Griezmann, Ousmane Dembele, dan Giroud, di sisi lain.Â
Salah satu daya tarik adalah melihat bagaimana sinar Bellingham ketika berada satu lapangan dengan  Mbappe. Siapa nanti yang bakal lebih bersinar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H