Laiknya grup neraka, pertarungan di Grup E Piala Dunia 2022 akan mencapai klimaks pada matchday terakhir, Jumat (2/12/2022). Dua laga penentuan nasib empat kontestan untuk berebut dua tiket ke babak 16 besar.
Spanyol akan menghadapi Jepang di Khalifa International Stadium, sementara pada waktu bersamaan Kosta Rika menantang Jerman di Al Bayt Stadium.
Dengan selisih poin sementara yang tipis, keempat tim memiliki kans ke fase knock out. Spanyol memuncaki klasemen dengan 4 angka, unggul satu poin dari Jepang dan Kosta Rika.
Sekalipun baru mengemas satu poin dan mendekam di posisi juru kunci, Jerman bisa memaksimalkan laga terakhir untuk melakukan loncatan besar.
Di atas kertas, Spanyol dan Jerman adalah favorit. Namun, status itu tidak otomatis menggaransi hasil akhir. Jepang dan Kosta Rika akan bertarung semaksimal mungkin untuk memanfaatkan setiap peluang.
Begitu juga tidak mudah menebak skenario mana yang akan terjadi di dua laga itu untuk pada akhirnya sampai pada konklusi: tim mana yang kemudian melaju dan dua dari antaranya harus tersingkir.
Tak Boleh Ambil Risiko
Spanyol dalam posisi lebih aman dibanding tiga tim lainnya. Hanya dengan menahan imbang Samurai Biru, La Furia Roja sudah bisa melenggang.
Hanya saja, Jepang bukan tim yang mudah dikalahkan. Kemenangan mereka atas Jerman di matchday pertama adalah isyarat jelas yang harus dibaca Luis Enrique.
Pelatih Tim Matador jangan sampai mengambil risiko untuk melakukan rotasi apalagi eksperimen. Jawara edisi 2010 itu masih memiliki sekitar tujuh pemain dari 26 pemain yang diboyong ke Qatar yang belum mendapat menit bermain.
Enrique sudah memberikan isyarat tidak akan bermain-main dengan formasi. Ia sudah berbicara dengan para pemain yang berpotensi menjadi penghangat bangku cadangan.
"Beberapa mungkin akhirnya tidak bermain sama sekali - kita semua tahu cara kerjanya," tegas eks juru taktik Barcelona itu melansir bbc.com.
Enrique hanya perlu mencari pengganti Gavi atau Sergio Busquets. Gavi, gelandang kreatif berusia 18 tahun diketahui absen saat latihan karena mengalami cedera ringan.
Sementara Busquets sudah mendapat satu kartu kuning saat menghadapi Jerman beberapa hari lalu. Bila sampai mendapat kartu kuning karena pelanggaran pada pemain Jepang maka ia bakal absen di babak 16 besar.
Untuk itu, dalam hal ini Enrique akan melakukan kompromi. Tidak memaksa Gavi dan Busquets bermain. Sebagai gantinya, Enrique bisa saja menurunkan gelandang Atletico Madrid, Koke  untuk mengisi posisi Busquets. Satu slot lainnya akan diperebutkan oleh Carlos Soler dan Marcos Llorente.
Bisa jadi juga, Enrique menarik Rodri dari posisi sebelumnya sebagai bek tengah untuk menggantikan Busquets. Pau Torres atau Eric Garcia bisa ditempatkan di jantung pertahanan bersama Aymeric Laporte.
Tantangan berat di kubu Jepang. Â Armada Hajime Moriyasu yang tampil impresif dengan membungkam Jerman di matchday pertama lalu kalah mengejutkan 0-1 dari Tunisia butuh kemenangan untuk lolos.
Sementara dua bek andalan Takehiro Tomiyasu dan Hiroki Sakai diragukan karena cedera hamstring. Begitu juga gelandang Wataru Endo tengah bermasalah dengan lututnya yang memaksanya absen saat latihan.
Moriyasu mungkin akan memberi tempat kepada Maya Yoshida untuk mengukir caps ke-125 dan membentuk kuartet lini pertahanan bersama Miki Yamane, Ko Itakura dan Yuto Nagatomo.
Siapa yang bakal menggantikan Endo? Ao Tanaka atau pemain Leganes, Gaku Shibasaki bisa menjadi opsi.
"Saya ingin para pemain bermain dengan baik sehingga mereka dapat meningkatkan nilainya di mata masyarakat Jepang dan saya harap kami dapat memberikan harapan ketika mereka melihat permainan kami," tegas Hajime Moriyasu.
Dalam situasi seperti ini, Jepang memang harus bekerja ekstra keras. Setelah membuang kesempatan emas di matchday kedua, kini mereka harus menjalani laga berat agar setidaknya bisa mengulangi pencapaian edisi 2018 lalu.
Memori Buruk 2018
Bila Spanyol hanya butuh hasil imbang untuk lolos, sementara Jepang wajib menang bila tidak mau angkat koper, demikian juga Kosta Rika dan Jerman.
Jepang pun bisa lolos dengan hasil imbang. Asalkan saja, duel Kosta Rika versus Jerman pun berakhir sama kuat.
Bila seperti itu, Jepang dan Kosta Rika akan sama-sama mengemas empat angka dari tiga laga. Jepang dengan selisih gol lebih baik lebih berhak ke fase selanjutnya. Saat ini selisih gol Jepang 0, sementara Kosta Rika -6, buntut dari kekalahan telak 0-7 dari Spanyol.
Kosta Rika pun akan berjuang agar jangan sampai imbang, apalagi kalah. Pada waktu bersamaan, berharap saingan terberatnya, Jepang, tak sampai memetik poin sempurna.
Kosta Rika sebenarnya bisa juga lolos dengan modal hasil seri. Asalkan, Jepang menalan pil pahit dari Spanyol.
Bagaimana peluang Jerman? Tim asuhan Hansi Flick tidak punya pilihan lain. Bagi Der Panzer kemenangan adalah harga mati. Bahkan, bila perlu menang dengan selisih gol signifikan, seperti yang dilakukan Tim Matador.
Kemenangan besar akan sangat penting dalam perhitungan akhir, terutama bila Jepang dan Spanyol saling berbagi satu poin alias bermain imbang.
Hitung-hitungannya demikian. Bila Jepang dan Spanyol sama kuat, koleksi poin Jerman dan Jepang adalah identik. Saat itulah, selisih gol akan menjadi penentu.
Skenarioa terbaik untuk meloloskan dua tim unggulan yakni Jerman dan Spanyol adalah kemenangan. Namun, Jepang dan Kosta Rika tidak akan menyerah begitu saja.
Pelatih Kosta Rika, Luis Fernando Suarez akan memanfaatkan kesempatan terakhir untuk meloloskan wakil Amerika Tengah it uke babak 16 besar. Kekalahan telak di laga pertama ternyata tidak meruntuhkan mental dan motivasi. Mereka bisa bangkit saat mengalahkan Jepang.
Kosta Rika bukannya tidak punya catatan apik di Piala Dunia. Mereka pernah merepotkan Italia dan Inggris di fase grup edisi 2014. Inggris ditahan imbang tanpa gol, sedangkan Italia diperdaya satu gol tanpa balas.
"Delapan tahun telah berlalu dan para pemain telah berubah tetapi Anda memiliki kenangan indah," tegas Suarez.
Pelatih asal Kolombia itu senang bila mereka selalu diremehkan. Justru dalam posisi seperti itu mereka bisa bermain lepas.
"Mungkin itu karena gen orang-orang Kosta Rika. Ketika mereka mencapai Piala Dunia, mereka melakukan hal yang berbeda dan mereka bermain dengan baik. Saya tidak hanya berbicara tentang 2014 di Brasil, saya juga berpikir tentang Italia 1990."
Jerman kini dibayangi memori buruk 2018. Sebagai juara bertahan langsung tersingkir paling awal. Kalah 0-2 dari Korea Selatan di matchday pamungkas. Sejarah kelam dalam 80 tahun terakhir pun terukir.
Pelatih Hansi Flick menegaskan dirinya tidak akan mundur bila pada akhirnya Jerman harus menerima kenyataan buruk. Â Suksesor Joachim Loew sejak Agustus 2021 itu akan menatap Piala Eropa 2024 di kandang sendiri.
"Kami ingin mengakhiri pertandingan lebih awal untuk menambah tekanan pada pertandingan grup lainnya. Kami harus memiliki sikap yang kami tunjukkan saat melawan Spanyol," tandas Flick.
Flick bakal mengandalkan Niclas Fullkrug, sebagai ganti Thomas Muller, Â untuk mengulangi catatan positif saat menjadi penyelamat timnya dari kekalahan atas Spanyol beberapa waktu lalu. Begitu juga bisa memasang Leroy Sane sejak menit awal.
Dengan absennya bek tengah Kosta Rika, Francisco Calvo yang harus menjalani sanksi skors, Jerman seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan untuk menang. Karena hanya dengan kemenangan akan meloloskan Die Mannschaft!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H